“siang pak, pesan apa pak?”, sapa pelayan wanita, sambil menyodorkan menu,
“nasi goreng Seafood ya mbak, minumnya… Mmm.. Es teh”, jawab Riza,
“baik pak, ada yang lain?”, tanyanya lagi,
“itu aja mbak, makasi mbak”, Riza menambahkan,
“sama-sama pak, ditunggu pesanannya”.
Dia teringat hampir setiap pulang sekolah ia datang untuk makan siang bersama Sherly. Pandangannya berkeliling melihat-lihat,
“oh, sepertinya aku tidak asing dengan cewek SMP itu”, gumamnya. Ia memandang ke gadis muda,
ia duduk didepan riza hanya berselang satu meja makan membelakanginya. Itu seperti sherly, dari kulit dan bentuk tubuhnya, tapi potongan rambutnya pendek, ah.. Mungkin bukan, pikir Riza.
“jus tomat mix strawberry, tanpa susu ya mbak”, gadis muda itu memesan.
Suaranya sampai ke telinga Riza, ia tak asing, ia tahu satu-satunya orang yang memesan minuman aneh itu adalah sherly, tapi jelas ia memotong pendek rambutnya.
***
Suasana dikelas yang ramai, saat jam pergantian pelajaran..
“apa maksudmu?”, jawab Riza sepertinya kesal.
“ya habisnya gerah banget za!”, jelas sherly,
“memangnya kalau kamu potong rambut pendek kamu gak kegerahan? Sama aja kali! Kecuali kalau kamu mau jadi kuntilanak brambut pendek”, jawab riza terkekeh.
“tutup mulutmu kadal!!”, Sherly kesal,
“sepertinya kamulah satu-satunya manusia di dunia ini yang melarangku memotong rambut!?” jawabnya keheranan..
***
Setelah lama memikirkan alasan untuk mendekati Sherly akhirnya.
“ummmm.. Kamu sendirian? Oh.. Maksud saya, adik sendirian?”, tanya Riza kepada gadis muda itu,
“ya”, jawabnya, matanya berkeliling melihat bangku yang sudah terisi penuh,
“Silakan kalau om mau duduk di sini,” tambahnya,
“baik, terima kasih ya dik”, jawab Riza, gadis muda itu hanya mengangguk dan tersenyum..
“apakah kamu bersekolah di dekat sini?”, Riza memulai pembicaraan,
“ya, apa om memesan nasi goreng? Sepertinya mbak itu mencari seseorang yang telah berpindah tempat duduk” gadis itu melambaikan tangan membantu Riza memanggil pelayan tersebut.
“ini pesanannya pak, maaf saya tidak tahu kalau bapak pindah tempat” pelayan itu berkata.
“oh, tidak masalalah mbak,” jawab Riza.
“dan ini pesanan kamu Sherly,” kata pelayan itu, dan menaruh minuman di depan tangan Sherly.
“terima kasih mbak.” jawabnya,
matanya berbinar melihat minumannya tidak sabar untuk segera menghabiskannya.
“apa itu? Sepertinya kamu sangat menyukainya?”, Riza memulai percakapan lagi,
“ini jus tomat mix Strawberry om”, jawabnya,
“mix jus teraneh yang pernah kudengar”, tambah Riza geli,
Sherly hanya tersenyum sambil terus menyesapnya. Sherly adalah gadis yang tidak mudah terbuka kepada orang asing, jadi dia hanya menjawab seperlunya.
Dia tetap cantik dengan rambut pendek seperti itu, tapi bagaimana aku mendekatinya lagi ditubuh om om ini, rasanya seperti pedofilia saja..! Riza berkutat dengan pikirannya, dan terus memandangi Sherly, sedangkan Sherly hanya memandangi ponselnya, dengan mulut menempel pada pipet minumannya.
“apakah om terus memperhatikanku?” tanyanya frontal,
“ah.. Ohhh.. Tidak aku hanya.. Mmm, anu, aku hanya ingat seseorang yang mirip dengan kamu dik, i.. Iya begitu”, jawabnya gugup.
“ow..” gumam Sherly singkat, mengangkat alisnya. Dasar om om aneh! Apa dia pikir aku cewek SMP murahan! Dasar mesum Brengsek! Pikir Sherly kesal. Sebaiknya aku cepat-cepat pergi. Dan ia pun pergi tanpa pamit, karena terlanjur kesal.
“dik kamu gak menghabiskan jusnya?”, tanya Riza. Sherly hanya terus berjalan cepat.
“Dik, hey dik!”, Riza terus memanggilnya. Sherly tidak peduli dan pergi.
“kenapa dia? Apa yang dipikirkannya.. Aneh.. Aku hanya mau memberikan sapu tangannya yang tertinggal”, gumamnya, memandangi sapu tangan merah di genggamannya bergambar Minnie mouse Tokoh kartun favoritnya. Kenapa dia?
Aneh, lanjutnya di dalam hati.
“maaf pak..”, tiba-tiba pelayan berkata di belakangnya. Riza setengah kaget,
“gadis yang duduk dengan bapak sudah pergi?” tambahnya.
“ow, ya dia sudah pergi, ada apa ya mbak?”, tanya Riza,
“ohh.. Dia sepertinya buru-buru sekali, bahkan dia belum sempat membayar minumannya”, jawabnya,
“o, begitu, biar saya yang bayar” tawar Riza,
“oh tidak perlu pak, kami mengenalnya, mungkin dia hanya lupa, dia pasti datang lagi besok” pelayan itu menolak sopan,
“maaf saya memaksa biar saya yang bayar”, jawab Riza lebih mirip memohon.
“baiklah kalau begitu pak!”..
Apa perlu kukejar? Ah sepertinya dia ketakutan, lebih baik nanti saja. bathin riza