Tulang Rusuk Yang Menggantikan Tulang Punggung episode 8

AKPELNI Semarang

Damayanti bersama penjual yang berada di pasar depan pabrik  polyplas bermaksud pergi ke Semarang untuk membeli kain kiloan di Sritek yang merupakan penyedia kain grosir dan Damayanti mengikuti ke Semarang atas saran teman barunya pedagang makanan yang siap sedia di sekitar pasar. Jam empat  sore Damayanti baru pulang dan ditanya Kartono.

Kartono         : ” Sepeda motornya jadi di jual bu….? ”

Damayanti    : ” Iya pak , kan sudah Yanti bilang….ngambilnya di rumah ketemu sama anak sulungku dan suami…?! ”

Kartono         : ” Iya…ini uangnya….” Kartono menyerahkan uangnya di depan Permana sejumlah Satu Setengah Juta.

Damayanti    : ” Sebetulnya sayang juga ya pak, motor itu kenangan kamu selagi masih kerja di kesatuan ”

Kartono         : ” Ya…sabar bune…..Permana butuh uang banyak…..untuk sekolahnya….” Sebenarnya Kartono masih sayang karena motornya sering dipakai Permana dan adiknya untuk mengantar Damayanti ke pasar atau kemana keperluannya dan istrinya Damayanti tak mau naik sepeda motor lagi sejak jatuh semasa ada almarhum bapaknya. Uang tersebut disimpan Damayanti untuk usaha kain dan sekolah anak-anaknya.

Damayanti  : ” Pak…, aku butuh Lima Ratus Ribu untuk modal dagangan kainku…bagaimana…?”

Kartono       : ” Kau atur sajalah….karena cuma tinggal uang itu sebagai cadangan sekolah anak- anak…”

Damayanti  : ” Iya pak…., doakan usahaku lancar ya pak…..”

Kartono       : ” Tentu bu… kalau tidak ada kamu….terus anak-anak bagaimana….? ” Sebenarnya Kartono amat khawatir dengan kepergian Damayanti…tapi mau bagaimana lagi…, karena Damayanti begitu perhatian terhadap anak-anaknya dan sangat menghargai suaminya Kartono meskipun hanya mengantar mengambilkan pensiun setiap bulannya itu sudah disyukurinya dan sekarang Permana butuh biaya untuk sekolahnya. Dengan sepeda berangkat sekolah yang sekarang tinggal bersama saudaranya di daerah pasar Bulu tepatnya di Suyudono dan Damayanti memberikan sedikit uang untuk keperluan Permana.

Damayanti  : ” Sepedamu dibawa sekalian…., biar sepeda jengkinya di rumah untuk keperluan adikmu ataupun mengantar ibu ”

Permana membawa sepedanya diantarkan pakleknya yang tinggal di Suyudono . Amat jauh memang ….Permana yang tinggal di Gedanganak harus bersekolah di Akpelni tetapi transportasi tak ramai  dan sepeda tersebut dibawa pak leknya  berduaan dengan Permana. Permana duduk di tengah antara sadel dengan setang yang dipisahkan rangka besi penyangga dan mengayunnya sedangkan Lek Sarwono yang memegang setangnya sambil membawa tas di pundaknya.

Damayanti : ” Ati-ati yo Lee….. manut karo lekmu Sarwono dan Sukini istrinya… dia yang akan menjagamu..jadi manut ya sama mereka…”

Permana    : ” Inggih buk-e….Permana budal gih pak-e…..” Kartono menangis menyaksikan kepergian Permana yang diciumnya dengan pelan karena badannya tak bisa memegang erat-erat, mulut Kartono tak banyak berucap dan hanya bisa memandang saja.  Sarwono lewat jalan kampung menuju Banyumanik dan bablas menuju Kaliwiru karena biar Permana hafal jalannya ketika pulang nantinya.

Sarwono    : ” Ibumu sekarang dagang apa Permana…?”

Permana    : ” Dagang makanan kecil dan sedikit- sedikit menjual kain di sore hari Lek….”  Sarwono adalah adik ibunya Bu Prapti yang membantu Permana dalam pendidikan mencari sekolahnya di Akpelni  Semarang .  Permana diterima di Akpelni  dan mempersiapkan pakaian sekolahnya yang rapi, dan semuanya dibantu oleh pak lek dan buleknya yang tinggal di Suyudono .

Om nya Hendra bersama istrinya mampir ke Suyudono menengok keponakannya dan memberikan sedikit uang untuk keperluan sekolahnya .

Hendra       : ” Ingat Permana, kamu sekarang sudah  kuliah untuk hari depanmu…,jadi jangan deket-deket yang namanya kaum hawa karena akan menyengsarakanmu… ”

Padmi ( istri Hendri ) : ” Jangan dengarkan Om kamu….pokoknya kamu jangan pacaran dulu titik.Kasihanilah bapak dan ibu kamu, yang membesarkanmu…mendidikmu agar bisa bahagia rumah tanggamu, dan kamu harus menghargai jerih payah ibu /bapakmu soal wanita itu nomor dua yang penting kamu jadi orang dulu ”

Permana     : ” Inggih Bulik Padmi…. ”  Permana amat senang diperhatikan sama omnya Hendra .

Sore hari Damayanti diantar putra keduanya Permadi ke Babatan dengan meminjam motor uduk mas Icuk , Dengan bantuan Bu Yarmi dagangan kainnya laku banyak, dan Damayanti memberikan persen pada Bu Yarmi berkat bantuannya mau menagihi pelanggan disekitar perumahan Babatan yang dibayarnya tiap Sabtu membuahkan hasil yang lumayan. Bu Yarmi sendiri menjualkan di tempat kerjanya di pabrik makanan roti Nissin.

Yarmi         : ” Bu ini ada pesanan kain yang semotif dengan ini dia meminta lima meter ”

Yanti           : ” Ya buk tak apa-apa asal mau dua meter dan tiga meter panjangnya….tak bisa langsung lima meter..”

Yarmi          : ” Sip soal potongan kain tak masalah wong juga dipakai untuk dua orang kok..”

Yanti            : ” Ya sudah pakai saja yang ini, sesuai dengan keinginannya….”

Yarmi           : ” Alhamdulillah, bejone mbak Atik….pas yang dibutuhkan pas ada….dan ini saya dititipi DPnya ” Bu Yarmi mengeluarkan catatannya  dan memeriksa kekurangannya da segera kembali ke Gedanganak lalu mengembalikan motornya ke mas Icuk. Permadi bermaksud memberikan uang sewa pada mas Icuk tapi mas Icuk tak mau menerimanya .

Icuk             : ” Dak usah ,la wong bensinnya sudah dipenuhin…sudah gak apa mas Permadi , besok boleh pinjam motor saya lagi pokoknya asal bensin dipenuhi itu saja tak usah pakai uang segala kayak siapa saja to kamu ini….”

Permadi     : ” Gih , matur suwun mas Icuk pinjaman motornya”

Icuk             : ” Sami-sami….matur nuwun sanget mas Permadi…..”

Damayanti langsung memeluk suaminya Kartono karena merasa sukss jualannya dan akhirnya Ia mencoba mencari pekerja semacam bu Yarmi untuk menguasai di daerah Gawongan dan Selomerto yang dia kenal orang-orangnya . Tak lupa Damayanti menyisihkan sedikit uangnya untuk keperluan anak-anaknya sampai hutangnya di Bank selesai dan lunas.

Untuk menyekolahkan Permadi Damayanti tak meminjam uang lagi karena sudah ada simpanan uangnya, Kartono amat berterima kasih pada istrinya ata segala jerih payahnya.

Kartono    : ” Terima kasih bune…..kini Permadi tak membutuhkan pinjaman dan kamu semakin maju usahamu…..”

Yanti         : ” Ya….kalau tak ditolongi tetangga kita sangat kesulitan menagihinya…..untung saja ada mas Icuk yang mau menolong tiap Sabtu eminjami motornyayang dipakai Permadi mengantar dari Gawongan ,Selomerto, lanjut Babatan…syukur alhamdulillah pak….”

Sabtu pagi Ajuna geger melihat kakaknya Permana pulang memakai seragam Akpelni yang kelihatan maco banget, Arjuna memelukkakaknya sembari menyium tangannya dan membawanya ke kamar bapaknya yang lagi sakit.

Permana   : ” Bu bapak kenapa lagi….? ”

Yanti          : ” Biasa Permana….pusing katanya….apa kangen sama kamu….itu buktinya begitu mendengar suara kamu bapak langsung bangun…..” Kartono langsung memeluk Permana yang mendapat kabar dari istri mas Icuk sepulang dari pasar Bulu. Mengabarkan kalau bapaknya pak Kartono sakit badannya panas mungkin kangen sama anak sulungnya begitu kata istri mas Icuk pada keluarga Sarwono di Suyudono untuk menyampaikan kepada sulungnya Permana.

Arjuna      : ” Kak Arjuna naik kelas tiga dan mas Permadi sudah masuk SMA Babatan (SMA IV ) ”

Permana bersama temannya sekamar yang kos di tempat buliknya dan masih memakai seragam Akpelni.

Permadi   : ” Kakak cakep sekali kalau pakai seragam itu…kalau mbak Kristin tahu pasti dia mencubit kakak…ha…ha

Permana   : ” Kakak kuliah dulu setelah itu baru kerja…kok  malah mbak Kristin yang di bicarakan….”  Yanti menyiapkan makan siang yang terlambat karena kedatangannya memang tak terduga.

Kartono     : ” Ini tadi naik apa….ke sini….kok gak ada motornya…?!”

Permana    : ” Tadi naik bis pak …mau pakai sepeda tak mungkin karena memang sudah aturan pendidikannya seperti ini, tapi sepedanya Permana buat olah raga kalau di Semarang…..tak apa ya pak …buk….?” Damayanti memegangi pergelangan tangan anak sulungnya karena kangen demikian juga Kartono yang menyandarkan kepalanya di lengan anak sulungnya dengan sangat bangga.

Kartono    : ” Kamu ganteng banget kalau pakai seragam kuliahmu….ini kamu pulangnya besok Minggu kan….? ”

Permana   : ” Inggih pak….” Mereka semua berada diruang tamu dan menuju kamar makan hendak bersantap malam , Kartono sekeluarga amat bahagia dengan pulangnya Permana di Gedanganak.


Tulang Rusuk Yang Menggantikan Tulang Punggung

Tulang Rusuk Yang Menggantikan Tulang Punggung

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2022 Native Language: Indonesia
Menginginkan kehidupan yang bahagia adalah hak semua orang tapi apalah daya nasib menentukan lain,tahun 2003 Kartono terkena serangan stroke ketika bertugas di Purwokerto yang mengakibatkan Kartono mengalami kelumpuhan. Segala upaya sudah dilakukan Damayanti istri Kartono agar suaminya segera sembuh serta pulih lagi seperti sedia kala , tetapi hasilnya kurang meyakinkan , sampai akhirnya istrinya yang dulu sebagai ibu rumah tangga harus menyingsingkan baju untuk bekerja karena Kartono sudah memiliki tiga orang anak yang membutuhkan pendidikan dan memerlukan biaya hidup lebih banyak. Tahun 2005 Damayanti mencoba  mandiri bekerja dengan menerima pesanan makanan Dua puluh satu tahun sudah berlalu...Kartono masih bersama stroke mendampingi hidupnya yang terasa amat membosankan dan penuh penderitaan. Bagaimanakah kisah perjalanan hidupnya..? kesabaran Bu Kartono serta rintangan apa sajakah yang di dapatnya untuk menegakkan rumah tangga yang harus dipeliharanya sampai saat ini...Mari kita simak bersama liku-liku kehidupan Damayanti istri Kartono dalam mengemban hidupnya.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset