Wonotingal pagi ini terasa sejuk sekali, Bu Prapti tetap bangun pagi karena harus menyiapkan sarapan untuk prajurid yang berada di asrama dan saat ini sedang melakukan olah raga rutin tiap hari. Kartono berlari pagi bersama kesatuannya memakai trining merah sambil bernyanyi Maju tak Gentar. Bu Prapti sebagai petugas kantin sudah menyiapkan sarapannya dengan menu sayur rawon yang merupakan menu favorite yang ditambah telur asin .
Kartono : ” Wah cocok sekali menunya…cuma sayang dagingnya kurang banyak dan tak tak ada kerupuknya….” kata Kartono sambil mengambil sarapan
Bu Prapti : ” Kalau krupuk itu ada krupuk terung…tapi sisa kemarin…?!”
Kartono : ” Wah males…kalau mlempem kan kelat-kelot buk…” tapi Kartono tetap memilih kerupuk tersebut.
Bu Prapti : ” Lah ..hla bagaimana … pokoknya adanya itu ya itu….kalau kalian sudah pada kawin bisalah mengaturnya dengan istri kalian…”
Bambang : ” Santai buk….biarkan saja Kartono ngoceh sana sini….dasar hitam tak tahu trima kasih……….aku dapat kerupuk yang keras nih….” sambil menunjukkan kerupuk pada satuannya, dan mereka pada berdiri untuk mengambil kerupuknya. Bu Prapti tersenyum pada Kartono pria hitam manis yang berasal dari Brebes yang melahab nasi rawon dengan nikmatnya dan berterima kasih pada Bu Prapti.
Kartono : ” Lezat sekali rawonnya buk…..” sambil menepuk punggung Bambang yang bersiap bersama apel pagi.
Giyanti teman yang membatu Bu Prapti meminta izin untuk libur tiga hari karena mengantarkan mertuanya pulang ke Kalimandi Banjarnegara
Prapti : ” Jangan lama-lama aku dicarikan temen pocokan..”
Giyanti : ” Ajak saja Damayanti untuk membantu bu Prapti dua tiga hari…pasti Damayanti mau…”
Prapti : ” Apa mau dia…..ya akan ku coba…tapi bener kau tak bisa cari tenaga pocokan….?”
Giyanti : ” Tak sempat cari buuuk….mertuaku sudah ditunggu adiknya kelihatannya ada perlu apa gak tahu saya…karena pulang setengah memaksa…”
Prapti : ” Yo wis kono…pulangnya jangan lupa mampir Banjarnegara untuk membeli getuk goreng ma tempe yang masih mentah untuk ku buat mendoan..”
Selesai mempersiapkan makan untuk malam hari Giyanti pulang dan diikuti Suparti yang kebingungan mencari akal bagaimana merayu anaknya Damayanti agar mau membantu ibunya di kantin prajurid Wonotingal . Damayanti pulang dari sekolah jam 17. 00.
Bu Prapti : ” Nduk kok soremen kamu sampai rumah….?! ”
Damayanti ( Yanti ) begitu biasanya orang memanggilnya meletakkan tas sekolahnya dan mengambil air minum lalu menjawab pertanyaan ibunya : ” Maaf buk….Yanti ke rumah teman sekolah di jalan Kawi 3 dan waktu pulang sepatu Yanti haknya lepas…Yanti kepanasan..akhirnya nunggu sore hari yang adem …” Suatu kesempatan Prapti menggunakan cara mengajak Yanti ke tempat kerjanya.
Bu Prapti : ” Owh ..jadi masalah sepatu to…tapi kan masih ada yang lainnya..?! ”
Yanti : ” Tinggal sepatu kat…itupun sudah robek……! ”
Bu Prapti : ” Yo sabar nduuuk…nanti ibu belikan yang baru…”
Yanti : ” Bener buk….ihiiir…Yanti akan dibelikan sepatu baru…tapi yang pantofel ya buk…? Yanti menari-nari anak yang baru klas 3 SMP itu riang gembira.
Bu Prapti : ” Eit….tapi ada syaratnya…….?”
Yanti : ” Berees buk…..akan Yanti kerjakan….apa buk syaratnya…?”
Bu Prapti : ” Kamu harus menolong ibuk…karena bu Giyanti pulang ke Banjarnegara…kurang lebih tiga hari……”
Yanti : ” Tiga hari buk…..berarti Yanti hari Senin masih libur dong….”
Bu Prapti : ” Gimana……..mau…..?! ” dengan berat hati Yanti menyanggupinya
Yanti : ” Ya…sudah buk….Yanti libur dulu sekolah dan belajar kelompoknya…” sama gedruk-gedruk kaki.
Kakak Sulung Yanti yang bernama Hendra mendengar suara adik perempuannya yang sedang galau keluar dari kamar menghampirinya.
Hendra : ” Kenapa…..kok agak males kelihatannya…? ”
Yanti : ” Itu …ibuk……” dengan manjanya Yanti menungjuk ibuknya, malah Hendra semakin bingung dibuatnya , lalu Hendra menanyakan pada ibuknya.
Hendra : ” Kenapa Yanti buk….?! ”
Bu Prapti : ” Itu sepatunya haknya prothol, minta dibelikan tapi ibu minta tolong bantuannya…dan Ia menyanggupinya…kok malah gedrog-gedrog…”
Hendra : ” Ya sudahlah…kalau sudah sanggup ya dijalankan…sabar… kakak baru dapat pekerjaan nanti kalau sudah gajian akan kakak belikan…yang iklas ya…” suara Hendra yang menenangkan membuat Yanti terdiam dan menurut pada kakaknya. Yanti adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dan merupakan anak perempuan satu-satunya dengan kedua kakak lelakinya Hendra yang Sulung lalu Hendri anak keduanya, pantas saja Yanti amat dimanja oleh kakak-kakaknya yang amat menyayangi adik perempuannya. Setelah Yanti mandi langsung diajak ke katin oleh ibuknya.
Henri : ” Tumbenan mau diajak ke kantin prajurid, tentu ada maunya nih yeee…” Yanti hanya bersungut saja mendengar kelakar kakak ke duanya
Hendra : ” Kok ditanyain kak Henri diam saja….?”
Yanti : ” Biarin…….” . Singkat kata Yanti sudah berada di mess prajurid yang sore itu masih pada istirahat, Yanti yang berbadan tinggi semampai amat menarik perhatian para prajurid ABRI yang terkenal kala itu. Beberapa orang menanyakan keberadaan bu Giyanti.
Susilo : ” Bu Giyanti jadi pulang ke Banjarnegara bu Prapti….?”
Bu Prapti : ” Iya….tadi sehabis makan siang….”
Susilo : ” Tapi segera kembali ke sini kan….membantu ibuk….?”
Bu Prapti : ” Iya…wong cuma nganter saja kok , ya …paling menginaplah sehari dua hari…kenapa…?”
Susilo : ” Pengen kenal saja sama….” sambil menunjuk ke arah Yanti….lalu ibunya pemperkenalkan Damayanti kepada mereka yang saling berebut berjabat tangan, Damayanti yang masih pemalu berada di samping ibuknya sambil mengelap ompreng ( piring makan prajurid ) dan gelas serta sendoknya sesekali menyodorkan tangan untuk berkenalan derinya pada prajurid karena tak enak pada ibunya. Yanti merasa kikuk sendiri kepada para prajurid yang sedang makan yang berisik membicarakannya . Yanti mengambil semua ompreng semua dan mencucinya sampai bersih dan meletakkannya ditempat peralatan makan sambil menanti mereka yang datang terlambat ataupun belum selesai makan .
Bu Prapti : ” ‘Duk itu bawang merahnya dikupas biar besok pagi ibu tinggal membuat telur dadar dan sambel teri saja “. Yanti menurut saja sambil menunduk dengan perasaan yang tak karuan dan ingin lekas pulang. Karena semuanya sudah makan Bu Prapti dan Yanti segera pulang ke rumah yang berjarak lima ratus meter dari mass prajurid, kakaknya Hendri dan Hendra sudah menunggu kepulangannya dan bertanya.
Hendara : ” Yanti bagaimana keadaan mess para prajurid…? ” Yanti memandang ibunya yang mengangguk suruh manceritakan keadaan mess prajurid.
Yanti : ” Yanti malu maaaaaasss…..” sambil menangis ia mengatakan perasaannya dan merajuk pada kakaknya.
Hendra : ” Lo kok nangis…prajurid itu pengayom masyarakat …harusnya engkau bangga pada mereka semua dan berterima kasih telah mengenal lingkungan ABRI yang merupakan singkatan dari Angkatan Bersenjata Repubik Indonesia , jadi kau harus bangga lo. Ia berjuang di medan perang melindungi rakyat sampai ada yang bertuga ABRI masuk desa, mereka itu membantu memperbaiki vasilitas yang perlu di beberapa Desa ” Cerita Hendra mendapat acungan jempol bu Prapti yang tulus dan iklas membantu dan bekerja di mess bersama Giyanti dan lain-lainnya. Mak Wiryo dan Mariyam yang bertugas besok pagi dan Bu Prapti berbelanja ke pasar harusnya sama bu Giyanti tapi kali ini akan ditemani Yanti berangkat ke pasarnya.
Hendri : ” Buk mbok biar Yanti sekolah saja…dan biar Hendri yang menemani ibuk juga membawakan belanjaannya….kasihan Yanti menangis terus…” Hendri memohon pada ibuknya.
Bu Prapti : ” Ya sudah terserah kamu kalau begitu…tapi bener ya …ibu dibantu besok pagi, tapi sekolah kamu bagaimana….? ”
Hendri : ” Biar …Hendri mbolos dulu buk…biar Yanti bisa sekolah karena Ia akan testing semester satu…”. Bu Prapti bersukur karena anaknya sangat memperhatikan dengan keadaan keluarganya .