Aris Munandar kebingungan apa yang menjadi fikirannya benar terjadi , lama-lama masyarakat menjadi jenuh dengan keadaan pandemi yang sudah enam bulan berlangsung, ekonomi hampir lumpuh kegiatan transaksi keuangan mengeruh, perusahaan pada tutup, proyek tak jalan sehingga banyak tenaga kerja menganggur sampai kapankah ini akan berakhir Ya Allah ? .
Tabungan Aris sudah menipis karena disumbangkan kepada orang yang benar-benar membutuhkan buat makan. Tapi dari pantauannya warung Sariyah malah eksis karena banyak petani menjual hasil pertaniannya dijual langsung di Sariyah dengan harga normal. Dan Sariyah mengambil keuntungan tidak banyak mengingat semuanya butuh makan untuk hidup.
Aris menyiapkan desinfektan untuk cuci tangan dan kebersihan rumah , setiap pelanggan yang masuk dan keluar tokonya harus bebas kuman. Hand sanitazer wajib di gunakan dan Aris membuatnya sendiri serta dijual dengan harga murah dan yang tak memiliki uang diberikan secara gratis . Sarapan sampai jam 10 pagipun disumbangkan secara cuma-cuma bagi yang membutuhkan.
Sekolahan pada diliburkan pemerintah tapi bagaimana dengan urusan perut ? apa ya harus libur ? . Aris mengumpulkan grup di WAnya tiap hari lima orang diberikan pengarahan dan setiap hari itu pula ada yang memberikan bantuan , social phisical dan social distancing ditrapkannya demi keamanan . Yang masuk ke dalam rumah memang harus dibatasi baik itu yang menyumbang dan yang membutuhkan saling mengamati dan rumah Aris Munandar dibuat percontohan sebagai wadah keluhan.
Bu RT Adnan membawakan nasi dan lauk seadanya untuk makan siang apabila ada yang menginginkan. Mereka yang hendak masuk melongok kedalam dan melihat suasana apakah aman yang ada di dalam dan mereka gak jadi masuk apabila sudah ada lima orang, mereka jalan lagi atau menunggu bila ada yang keluar untuk menggantikannya. Keadaan ini menjadi disiplin diterapkan ketat oleh keluarga Aris.
De Malem dan menantunya Asih demi keamanan pengunjung diperintahkan Aris untuk berjaga disamping pintu masuk dan keluar agar tak memasuki halaman dan mengamati para pengunjung . De Malem yang mengawasinya juga Asih apabila ada pembeli atau sumbangan mereka dipersilahkan masuk langsung ke pak Bambang atau Bu Sariyah dan Aris yang mengatur segala sumbangan baik uang tunai maupun bahan makanan.
Mas Pengky datang bersama bosnya untuk memberikan bantuan uang tunai dan sembako mereka di foto dan dimasukkan ke facebook Semarang Sejahtera . Bu Sariyah menemuinya dan mengucapkan terima kasih , Aris meminta saran,
” Maaf pak, kira-kira sumbangan ini akan diberikan kepada siapa pak ? mungkin ada masukan untuk penerimanya ? Bosnya mas Pengky tertawa
” Monggolah diatur saya iklas diberikan ke siapa saja terutama makan siap saji diutamakan disini. Saya melihat ada yang makan disini dan ada yang memberikan lauk berupa keluban dan ayam goreng walaupun jumlahnya tidak banyak tapi berbagai lauk ada disini, saya amat terharu melihatnya dan juga senang atas perhatiannya, khususnya mas Aris mau menggalang jiwa sosial yang tanpa pamrih “.
Aris dan pak Bambang mengucapkan terima kasih dan membuka amplop uang tunai serta menghitungnya.Bosnya mas Pengky yang bernama Silalahi mempersilahkan membuka amplop tersebet. “Maaf tak seberapa, hanya tiga puluh juta dan saya mohon berikan dulu pada pelayan yang membantu disini baik mas Aris, Ibu Sariyah maupun pak Bambang harus diperhatikan kesehatannya”. ” Terima kasih pak Silalahi akan kami perhatikan saran bapak dan terima kasih sekali bantuannya”.
” Mungkin kami besok akan kesini lagi dan akan mengajak sahabat serta teman untuk membantunya, dan saya mohon pamit semoga barokah sumbangan yang tak seberapa ini “. Sebelum pulang pak Silalahi mencicipi makan siang bersama dua orang pengunjung dan dermawan yang lainnya. Aris bahagia sekali kini ternyata masih banyak orang yang membantu masyarakat dan care atas nasib bangsa ini.
Bu RT Adnan dan bu Marzuki membuat asem-asem dan tempe goreng untuk yang membutuhkan seharian bu Marzuki membantu mencuci piring dan memasak yang lainnya.
Karena siang ini tak ada yang mengirim sumbangan makanan siap saji dan bu Sariyah mengolahnya dari sayuran tokonya dan bu Adnan membantunya, hari ini yang membutuhkan makanan banyak sekali Aris mengeluarkan dana untuk makan minum dan menyiapkan beras dan gula dari mas Pengky untuk daerah Sayung Mranggen yang minus beras dan gula serta air mineral kabar ini diterima dari koran IKLIM dan pak Marwanto yang memintanya.
Face book Semarang sejahtera mengirimkan foto-foto dermawan dan semua santunan dipusatkan di Aris sehingga Marlina sahabat SMPnya ikut membantu dan yang menginginkan sumbangan harus hadir dan mengambilnya sendiri. Pak Marwantopun akhirnya ikut pindah di Halmahera rumah pak Bambang meskipun kurang luas rumah itu tapi tertata rapi dan bersih dan mudah trasportasinya. Karena kurang muat untuk gudang sembakonya pak RT Adnan memberikan kamar depan sebagai gudang beras ke-2 .
Mbak Erna berbelanja di toko kelihatan sepi bu Sariyah sedang membersihkan meja makan disitu terlihat ada orang tua sedang makan bersama istrinya lalu mereka mencuci piringnya sendiri dan pamit pada bu Sariyah , mbak Erna memilih bahan makanan dan meminta bu Sariyah menghitungnya.
” Bu saya kira sepi ternyata banyak aktivitas disini dan kelihatan nyaman sekali” : kata mbak Erna memuji toko sembakonya bu Sariyah yang selesai di renovasi dan yang mengerjakan pak Harjoyo yang butuh pekerjaan karena covid-19.
” Iya mbak memang dibuat sedemikian biar nyaman”, kata bu Sariyah . Air phone disamping bilik lemari berbunyi terdengar suara de Malem
” Pak Bambang ini ada orang mau ambil sembako dari Sayung dan minta ketemu mas Aris ”
” Ya ditunggu diluar mas Aris akan menemuinya”. Suara itu jelas dari pak Bambang
Mbak Erna senang dengan sistem kerja demikian dan kembali pak Bambang minta Aris turun menemuianya. Pak Bambang meminta tamu tersebut mengisi buku tamu dan diserahkan pak Bambang oleh de Malem. Semua aktivitas personal menggunakan masker dan mengurangi tatap muka mereka memakai Face Shield termasuk bu Sariyah, pak Bambang, de Malem maupun Asih. Mbak Erna jadi ingin memakainya biar kelihatan perhatian seperti mereka-mereka dan terlindungi dari kotoran, splash, percikan droplet akibat batuk dan bersin.
” Buk apa disini ada pelindung muka seperti yang ibu pakai itu ?” , tanga mbak Erna .
” Ada mbak tapi merakit sendiri harganya bervariasi sesuai manfaat dan kantong dari 20.000 sampai 150.000 .
” Kalau yang umun dipakai yang mana bu?”
” Yang 20.000 dan persediaan paling banyak disini mbak seperti yang saya pakai dan mudah mencucinya”. Mbak Erna minta satu dan pak Bambang merakitkan karena suami mbak Erna sedang luar kota. Mbak Erna langsung pulang dan memakai face shild bu Sariyah mengingatkan untuk mencuci tangan lagi ketika hendak pulang.Ada rasa nyaman disini dan merasa tak takut dengan ancaman corona. Bu Sastro yang hendak belanja melihat mbak Erna langgsung menyapa ,
” Waah keren sekali mbak Erna “. Mbak Erna tersenyum meskipun tertutup masker dan mengangguk kepada bu Sastro. Bu Sastro yang merasa gak dijawab sapaannya tak mengapa karena mbak Erna mengangguk dan melambaikan tangannya. Begitulah hubungan menuju new normal yang dibiasakan di warung sayur bu Sariyah.
Aris turun dan menemui tamunya dan duduk diluar dan tak melakukan kontak fisik hanya mengangguk dan menunggu pak Adnan mengantarkan beras pak Bambang mengeluarkan beberapa dos mie instan, air mineral dan gula , setelah terkumpul lalu memfotonya sebagai dokumen bersama pak Adnan dan pak Bambang juga pak Amir perwakilan dari Sayung . Mereka foto di carport dan memasukkan bahan sumbangan di mobil mereka tak ada jabat tangan pak Amir menanda tangani bukti penerimaan sumbangan itu dan segera pamit.
Pak Adnan melaporkan stock berasnya dan mengabarkan kalau RW sebelah membutuhkan beras lima kiloan sebanyak 25 warga yang di santuni bersama mie kering dan kecap serta gula . Aris memeriksa catatannya dan mempersilahkan pak RW beserta stap RW mengambilnya. Pak Adnan senang sekali lalu meneleponnya dan insyaAllah sore habis ashar segera diambilnya .
Pak Marwanto dari IKLIM yang menyerahkan bantuan tersebut bersama pak Adnan juga pak Setyawan sebagai ketua RW dan staf mereka berfoto bersama ditambah ketua dawis karena yang bertanggung jawab pembagiannya. Pak Setyawan pamit dan staf RW memasukkan ke mobil semua bantuan tersebut. Dalam pantauan covid-19 semakin merebak didaerah-daerah sudah tak mempedulikan larangan apalagi perkotaan mereka mengalami kejenuhan dan mulai melakukan liburan kedaerah yang segar , akhirnya pemerintahpun pasrah hanya berpesan berhati-hatilah dan selalu jaga jarak serta amankan diri pribadi selalu cuci tangan pakai sabun serta jaga kebersihan agar kalian tetap sehat apabila badan terasa panas dan suhu badan naik maka beristirahatlah .