Warung Sayur Bu Sariyah episode 18

Cikungunya

Aris merasa cemas mengamati perkembangan covid-19 yang semakin merabah dan mengalami mutasi sehingga menimbulkan berbagai varian, di koran IKLIM Aris menuliskan pandemi virus corona juga menulis penyakit cikungunya dan Demam Berdarah karena saat ini penyakit tersebut amat riskan dengan datangnya musim penghujan. Aris yang kini kelas 3 SMA N 2 Kota Semarang sistem pembelajarannya online sehingga bisa mengawasi ibu/bapaknya serta masyarakat pada umumnya yang saat ini sedang menjalani kehidupan New Normal.

” Loh le..ini berita baru tentang cikungunya menyerang kabupaten Cianjur, ini kampung bapak lo…Desa Sukamulya” , kata Bu Sariyah yang mengagetkan Bu RT Adnan yang sedang menyiapkan makan siang bagi kaum duafa.

” O alah bu..saya kira ada apa dengan pak Bambang, ternyata kabar berita dari Desa bapak to…”  kata bu Adnan , dan bu Sariyah tersenyum sambil mengelap piring . Masyarakat kecil yang tak manpu lima-lima mulai memasuki ruang saji dengan rapi , Asih menantu Dhe Malem melarang salah seorang pengunjung karena suhu badannya tinggi, tetapi masih menggunakan protokol kesehatan.

” Mbak Asih saya butuh makan…saya lapar sekali”, kata orang tersebut.

Aris yang dihubungi Asih turun dan bertanya pada orang tersebut, ” Nama bapak siapa ? saya minta KTP nya boleh” orang tersebut memberikan ktpnya. Ternyata bapak itu bernama Endang Tarsana , umur 64 tahun berasal dari kampung Cilumping Cianjur. Pak Tarsana panas sudah hampir 10 hari dan tak dirasakannya, badannya terasa nyeri,.

” Badan lemas mas saya belum makan…” Aris menyuruh pak Tarsana mencuci tangan dan diperbolehkan masuk untuk makan. Aris menghubungi Gozali admin Semarang Sejahtera untuk datang ke SARIYAH CENTER ( nama kegiatan sosial Aris ). Pak Tarsana akan melanjutkan perjalanan tapi Aris mencegahnya menunggu Gozali untuk didokumentasikan , ternyata Marlina ikut serta menemani Gozali sambil membawa air mineral ukuran 240 ml 2dos, beserta mie instan sumbangan para dermawan dengan diantar mobil online.

Pak Tarsana yang dicurigai Aris menderita cikunguya dibawa Gozali dan Marlina dengan membawa BPJS pak Tarsana menuju ke Rumah Sakit terdekat serta menelepon keluarganya, ternyata keluarga tidak bisa dihubungi…pantas saja pak Tarsana tersesat.

IKLIM memberitakan ditemukannya orang tersesat ,KTP dan BPJS beserta foto ditayangkan , pak Tarsana diperlihatkan berita tersebut dan berharap menantunya menjemputnya. Di facebook Semarang Sejahtera ditayangkan video pak Endang Tarsana yang dirawat karena terserang cikungunya. Rasanya mual , kepalanya pusing , persendian rasanya ngilu , badan lemas serta meriyang . Pak Tarsana yang sedang diinfus memanggil anaknya Mariyati yang tinggal di Kabluk suaminya Sasongko kerja sebagai Satpam meminta menjemputnya karena pak Tarsana sudah tak punya ongkos.

Pak Endang Tarsana yang berbicara bahasa Sunda mendapat tanggapan positip dari facebook dan menghubungi hape Gozali menyatakan bahwa itu mertuanya , maka Gozali menerima videocall Sasongko dan diberikan pak Tarsana. Pak Tarsana seorang duda sangat merindukan putrinya yang sudah 5 th belum pulang sejak ibunya meninggal dan amat merindukan cucunya Gilang. Sasongko sudah berhenti kerja di satpam karena PHK , dengan pesangonnya kini ia berdagang kelontong dirumah kontrakannya di Pandan Lamper dan akan segera menjemputnya.

Pak Endang Tarsana senang sekali mendengar menantunya akan menjemputnya. Sasongko menelepon Gozali sekali lagi mengucapkan terima kasih dan nanti sore akan menjemput mertuanya.

Pak Endang Tarsana sudah memberesi pakaiannya, Marlina menelepon Aris karena keluarga Sasongko akan datang dan akan membawa pulang Pak Tarsana, karena Aris masih wawancara penderita cikungunya di rumah sakit Banyumanik dan nanti segra menyusul . Pak Marwanto bersedia datang ketika diminta Marlina mewakili IKLIM melepas kepulangan pak Endang Tarsana.Gozali mengabadikan keluarga Sasongko beserta istri dan Gilang yang sudah kelas 4 SD terakhir ke Cianjur Gilang masih Paud.

Pak Tarsana bertemu dengan Aris ketika hendak pulang dan menyalaminya ” Terima kasih nak Aris budi baikmu semoga diganti Allah dan dilancarkan serta dimurahkan rizekinya, bapak pamit sampaikan salam untuk ibu Sariyah dan pak Bambang atas segala bantuannya memberi fakir miskin dan orang telantar”. Aris bahagia dan memberikan masker baru sebanyak enam lembar untuk persediaan sehari-hari.

Pak Marwanto, Aris dan Gozali serta Marlina pulang ke Sariyah Center dengan mobil online. Bu Sariyah dan Bu Adnan RT sudah menyiapkan makanan dan minuman hangat. Pak Marwanto mandi di lantai 2 kamar Aris sedangkan Aris di lantai 1, Marlina dan Gozali masih meng edit laporannya untuk di tanda tangani Aris, data tersebut untuk di kirim ke Harian IKLIM .

Selesai laporan Marlina dijemput adiknya pulang sedangkan Gozali menginap di Aris, pak Marwanto pulang di jemput anaknya yang akan pulang ke Wonosobo sambil membawa beras kemas 5 kg sebanyak 30 buah, mie instan 7 dos dan masih banyak yang lainya. Karena hujan , sembako tersebut dititipkan di toko Sariyah lagipula hari sudah larut malam.Pagi-pagi pak Adnan RT sudah kerumah pak Bambang untuk membantu memindahkan kiriman barang dari pak Marwanto.

Pak Endang Tarsana menasihati menantunya agar pindah di Cianjur saja, ” Karena sekarang bapak sudah tua.., rumah tidak usah sewa kan itu rumah jatah Mariyati kalau bapak sudah meninggal , jadi tinggalah sama bapak.

Tanah pekarangan sudah bapak tanami sayuran juga singkong saat ini bapak titipkan Sanusi untuk merawatnya. Bapak ke sini memang ingin berkumpul dengan kalian dan mengajak bertani karena tanah yang disewa pabrik gak diperpanjang dan pabrik merugi serta karyawannya diistirahatkan , rencana bapak mau bertani bareng pak Lukman dan tanah garapan itu yang akan dipakai sebagailahan pertaniannya . Sasongko memperhatikan cerita pak Tarsana , meskipun banyak bahasa yang tak dimengerti tapi istrinya si Mariyati memberi tahu artinya dan mendukung keinginan sang bapak.

Sasongko masih berfikir karena harus memindahkan sekolah Gilang, tapi kalau dipikir-pikir benar juga mertuanya bemberi saran, di kota Semarang sulit sekali cari pekerjaan tapi di Cilumping lahan terbentang dan Sasongkopun lulusan STM Pertanian / SMKN-1 Trucuk Klaten , ” Alhamdulillah pak,  Sasongko ikut kalau begitu tapi nunggu Gilang kenaikan kelas dulu ya pak “. Pak Tarsana senang dan lewat WA anaknya Mariyati pak Tarsana menghubungi Sanusi untuk melihat tanaman pekarangannya, di depan rumah nampak hijau nan subur .

” Buah tomat, lombok, terong, bayam dan oyong siap panen atu mah…” Sanusi menunjukkan beberapa tanaman siap panen, dalam bahasa Sunda pak Tarsana meminta nomor hape pak Lukman yang bakal menjadi mitra menantunya yaitu Sasongko. Mariyati senang sekali mengingat dulu ia sering menanam jagung bersama kakak perempuannya Mariyana yang sudah meninggal karena kecelakaan sepeda motor akibat saling berebut dengan Mariyati. Sedikit ada rasa kecewa tapi kini ia sudah dewasa dan sering mendoakan juga karena sudah menjadi takdirnya.

Jualan kelontongnya Sasongko tak kolakan lagi , juga tinggal menghabiskan barang dagangan saja tak perlu diperpanjang kontrakan rumahnya.

“Ayah Sanusi terkena penyakit cikungunya dan ketika bapak tinggal belum sembuh, selokan-selokan pada dibongkar dan di kasih abate agar nyamuk mati, tadi bapak tanyakan ke Sanusi katamya belum sembuh juga, coba nanti dihubungi mas Aris ya neng siapa tahu bisa bantu bapak lagi”, begitu cerita pak Tarsana pada menantu dan anaknya.

” Bapak kok bisa kenal sama mas Aris bagaimana ceritanya ?” tanya Sasongko memperjelas keadaan seperti apa yang terjasi sebenarnya.

Pak Tarsanapun bercerita, ” Bapak kan turun di terminal karena salah naik angkot muter-muter jadinya sampai pasar Langgar disitu bapak di copet dan bapak lari ke arah copet sampai bapak menemukan dompet bapak lagi yang dibuang pencopet , untung ktp dan bpjs gak dibuang karena disitu ada nomor telpon eneng juga, tapi telpon eneng mah sudah tak aktip kata mas kasep Aris. Bapak kelelahan Neng, perut lapar , mual jadi satu mah….bapak diajak orang berjalan sampai Sariyah Center lalu makan disitu, dan mas kasep Aris membantu sampai bisa ketemu eneng…”

Pak Tarsana menangis mengingat kejadian kemarin.”Bapak hanya mengingat Pedurungan saja kata Eneng begitu”. Mariyati memeluk bapaknya sambil nangis, Puji syukur pada Allah telah melindungi orang tuanya dari marabahaya.


Warung Sayur Bu Sariyah

Warung Sayur Bu Sariyah

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2018 Native Language: Indonesia
Sariyah hatinya meradang, anak lelakinya minta uang saku untuk sekolah belum bisa memberi sementara suaminya ngorok gak bangun-bangun , terpaksa ia harus ngutang tetangga sebelah untuk memberi bekal anaknya yang masih kelas SD kelas - 5. Sariyah sudah malas bertengkar setiap harinya.....malas pula membangunkan suami yang cuwek dan gak bisa diharap, dia lari ke bu Marzuki meminta kerjaan apa saja asal dia bisa makan, Bu Marzuki menyuruhnya ke pasar untuk berbelanja dia mencatat belanjaan dan uang pemberian bu Marzuki, ketika ia keluar bu Yusuf minta dibelikan udang satu kilo beserta uangnya,  Mbak Ratna minta dibelikan jamu dan bawang merah. Sariyah langsung ke pasar mencarikan belanjaan mereka disinilah kehebatan Sariyah yang pandai menawar dan bisa memberikan untung dirinya, dari tiga ibu yang menitipkan belanja dia dapat mengantongi keuntungan 5000 rupiah, dia membelikan nasi bungkus untuk suaminya, dan segelas teh hangat. Sariyah langsung menuju Bu Marzuki memberikan pesanannya, juga bu Yusuf dan Mbak Ratna. mereka memberikan uang karena Sariyah mendapatkan barang yang bagus dan sehat.Mereka semua menginginkan Bu Sariyah membelanjakan sayuran dan bahan makannya setiap hari

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset