Warung Sayur Bu Sariyah episode 27

Bersama Cak Thoriq di Lumajang

Hujan deras sekali tanggul sungai Banjirkanal barat hampir meres beberapa warga mengungsi ketempat keluarganya serta ketempat yang lebih tinggi,pak Bambang agak mriyang semalem tak bisa tidur karena pak Sastro masuk rumah sakit sedang anak sulung beserta  cucunya  ngumpul dirumahnya dan makan di warung Sariyah. Mereka pada mengobrol sambil makan dan membicarakan sakitnya pak Sastro.

Pak RT Adnan membezoek pak Sastro yang baru keluar kamar mandi yang habis buang air kecil sambil membawa infusnya.

Pak Adnan     : ” Kok ‘gak di bantu pak …ini yang nemeni siapa pak…?”

pak Sastro      : ” Amir si sulung  dan ibunya ke mall  mengantarkan cucu yang minta dibelikan tas….mumpung di Semarang …sebenarnya ibunya yang kesini…yaaah.. barusan keluar…” Lalu pak Sastro naik ke tempat tidur dan dibantu pak Adnan.

pak Sastro      : ” Saya bisa kok sendiri pak RT….” dan pak Sastro menata tubuhnya sendiri ,pak Adnan sebenarnya heran pada pak Sastro yang kelihatan baik-baik saja tapi kenapa harus opname ?kegundahan hati pak Adnan sepertinya dirasa pak Sastro, maka mumpung sepi pak Sastro menjelaskan..

Pak Sastro     : ” Tolong jangan cerita siapapun kalau sebenarnya saya tak sakit…., saya hanya rindu cucu saja yang belum sampai…dari Lumajang , kemarin dia telpon ingin sekolah di Semarang dan minta pindah karena situasi tak aman di sana…dokter sudah saya beritahu dan mengerti…maafkan saya pak Adnan jangan ikut bersedih…biar saya sendiri yang sakit karena rindu dan cemas ….” pak Adnan terperanga dan masuk diakal kalau demikian.

Pak Adnan     : ”  Owh..jadi ngaten gih pak….jadi hanya vitamin yang diminum  sampai mas Anwari tiba di Semarang….? ”

Pak Sastro     : ” Inggih pak, saya amat rindu cucu saya…. si Fadil kelangenanku…” Isak tangis Pak Sastro meratapi ayahnya Fadil yang tinggal di camp pengungsi,” Barusan kerjaannya hilang karena covid-19 sekarang rumahnya hanyut dan Fadil minta sekolahnya dipindahkan karena bencana Semeru ini” lanjutnya “Anwari itu orangnya rajin nanam apa saja tumbuh tangannya dingin cocok untuk bertani tapi lahannya sudah musnah tertimbun lahar dingin yang menjebolkan tanggul katanya bahkan rumahnya dimana sekarang….? ”

Pak Adnan     : ” Dari pada bapak disini menghabiskan uang.. mending uangnya kasihkan mas Anwari kan belum jelas keadaannya sampai sekarang…dan Sariyah Center pasti membantunya.”

Pak Sastro      : ” Tapi saya ada sakit mag juga kok pak Adnan ….”

Pak Adnan     : ” Itu karena bapak banyak fikiran…jadi magnya kambuh…” pak rt yang membawakan roti bantal menyuapkan sebagian pada pak Sastro yang terasa lapar dan melilit . Amir yang pulang membawakan dua tas kembar ternyata untuk putrinya dan Fadil.

Pak Sastropun minta pulang pada anaknya Amir dan istrinya, dan pak Adnan pun pamit karena pak Sastro berkeinginan pulang dan  tadi hanya mampir sebentar sementara tak bersama bu Adnan yang sedang membantu di Sariyah Center. Dokter Eko mengizinkan pulang dan tetap kontrol seminggu lagi dan membawakan obat yang perlu di tebus sekarang.

Aris yang pulang dari Lumajang dapat nunutan keluarga mas Anwari  korban Semeru. Pak Sastro menyambut kedatangan mereka semuanya dengan hati gembira dan memeluk putra ragilnya yang sudah memiliki dua orang anak , Fadil dan Wulan. Fadil  kelas 2 SMP dan belum mengikuti test karena bencana harus mengikuti tes ulang di semarang , itulah mengapa Aris mengajaknya ke Semarang agar Fadil bisa melanjutkan sekolahnya dan membawa keluarganya sekalian .

Aris mempertanggung jawabkannya  dan menghubungi pemerintah atas semuanya tentang keluarga Anwari dan atas sama yayasan Sariyah Center dan Harian IKLIM serta Semarang Sejahtera juga  dibantu mas Lucky dan mas Dwi mengizinkan Anwari dibawa ke Semarang dan Dinas Sosial salut pada Aris Munandar yang begitu tanggung jawab tentang nasib warganya.

Aris segera mandi dan berpakaian karena mendengar suara mas Amir bersama pak Sastro dan ibu yang menunggunya serta mas Anwari yang sedang memeluk bu Sariyah dan memeluk Aris yang barusan turun dari kamarnya.

Anwari           : ” Mas Aris terima kasih untuk semuanya …keluarga saya aman…dan mendapatkan rumah dari pemeritah serta lahan saya akan saya dapatkan kembali bila Sermeru sudah dinyatakan aman soal harta dan lainnya bisa menyusul nanti yang penting kami sudah berkumpul dengan bapak ibu dan keluarga ”

Aris                : ”  Ya….sudahlah… mungkin ini yang terbaik untuk mas Anwari dan keluarga pak Sastro karena mas Anwari melihat saya pas membagikan selimut dan ingin ikut ke Semarang sambil membantu membagikan yang lainnya dan takut berpisah dengan saya ”

Sariyah          : ” Oalah mas….. takut kalau kehilangan ya sampeyan….?”

Anwari          : ” Iya buk…..karena banyak orang hilir mudik mencari saudaranya, tetangga , serta keadaan kampungnya bagaimana saat ini…jelas saya takut kalau tertinggal…mana tak ada uang sedikitpun saya pegang….hanya mas Aris yang saya punya saat itu…..

Pak Marzuki dan pak Adnan datang melihat serta mendengar sendiri cerita mas Anwari amat terharu dan menyalami Aris lalu bu Sariyah mengajak makan bersama dan Aris minta diambilkan sekalian . Bu Adnan membantu mempersiapkan sedangkan pak Adnan yang sudah makan melanjutkan obrolan dengan pak Sastro dan mas Amir.

Pak Adnan   : ” Tadi mas Anwari sampai rumah jam berapa pak Sastro ?”

Pak Sastro    : ” Barusan kok pak Adnan habis shollat Isyak saya turun dengan pak Bambang dan melihat ragil saya dan keluarganya pulang saya teriak memanggil Amir dan membawanya ke rumah dan mas Aris tak mau saya salami karena badannya kotor, anak saya tak suruh mandi dan langsung kesini … sampai lupa makan ”

Pak Adnan    : ” Percaya …mas Aris memang orangnya gini ( sambil memberikan tanda jempol ) dan pak Sastropun mengangkat ibu jarinya sambil berucap , ” Ya betul sekali pak RT Adnan “.

Aris  meminta obat mag karena sejak di Lumajang dia tak enak makan menyaksikan antara pengungsi dan relawan yang meminta jatah  dan masih belum matang nasinya karena menerima suplay bahan baku dari relawan dan pemerintah setempat.

Bu Sariyah        : ” Kenapa to le….apa mau muntah ….jaga to makananmu, itu roti sobek dimakan kalau terasa perih…”

Aris                     : ” Enggak papa kok buk….hanya mual saja….”

Bu Sariyah         : ” Di jaga kesehatanmu yo le……”.  Pak Bambang yang masih makan segera mengakhirinya dan menawarkan kerokan.

Pak Bambang    : ” Piye di kerok i bapak po…..? ” Aris mengangguk dan setuju di kerok-i, pak Bambang langsung mengajak minta ke atas ke kamar Aris .

Karena capek mas Anwari habis  makan minta pamit bu Sariyah ingin istirahat dan akhirmya semuanya pada pamit karena Aris tak enak badan dan sedang dikerokin pak Bambang. Aris tertidur karena pak Bambang memijit badan Aris pakai minyak kayu putih sehingga membuat hangat dan mengantuk. BuSariyah menyelimuti Aris yang terlelap dan menyusul tidur kamar Aris setelah mengunci semua pintu.

Pagi ini Aris sudah bangun dan berangkat kuliah , Aris yang sudah semester 4 bersama Marlina dan Gozali menemui dosen wali di kampus masing-masing dan memberikan makalah sebagai tugas ke Semeru Lumajang. Aris yang sebagai komting menjelaskan makalahnya amat rinci bagaimana menghadapi bencaba serta solusi yang terbaik . Bersama bupati Lumajang (Cak Thoriq ) Aris menjelaskan hal bimbingan kemasyarakatan bersama PMI Semarang yang  sebagai fasilitator bu Endang Pujiastuti. Beberapa foto menunjukan kedekatan relawan dan pak Thoriqul Haq bupati Lumajang dan mendapat tepuk tangan seluruh kelas politik smester 4.  Rasa puas menghinggapi hati mahasiswanya Bu Maria dosen Sospol karena Aris memang mumpuni tugas-tugas kemanusiaan dan selalu mendapat nilai A dalam kemasyarahatan.

Pak Abdullah Siregar direktur Lesanpuro food and drink membaca harian IKLIM amat bangga karena Aris bersama pak bupati Lumajang dan membaca ulasan tersebut serta menunjukkan foto-fotonya pada sahabat-sahabatnya sebagai rekan bisniznya di Jakarta. Di media televisi nampak Aris dan pak Bupati berada di camp pengungsi bersendau gurau bersama rakyat semuanya serta mau bernyanyi sebagai penghilang kepenatan karna kerja sepanjang hari. Bu Sariyah bangga pada putranya yang selalu hadir ketika susah dan menghiburnya.

Pak Abdullah menelepon Aris dan akan ke Semarang dan bertolak dari Jakarta langsung ke Sariyah Center bersama para sahabat-sahabatnya dan di sampaikan pada bapak dan ibunya yang disambut dengan senyuman hangatnya dengan berlumpia khas Semarang.

 


Warung Sayur Bu Sariyah

Warung Sayur Bu Sariyah

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2018 Native Language: Indonesia
Sariyah hatinya meradang, anak lelakinya minta uang saku untuk sekolah belum bisa memberi sementara suaminya ngorok gak bangun-bangun , terpaksa ia harus ngutang tetangga sebelah untuk memberi bekal anaknya yang masih kelas SD kelas - 5. Sariyah sudah malas bertengkar setiap harinya.....malas pula membangunkan suami yang cuwek dan gak bisa diharap, dia lari ke bu Marzuki meminta kerjaan apa saja asal dia bisa makan, Bu Marzuki menyuruhnya ke pasar untuk berbelanja dia mencatat belanjaan dan uang pemberian bu Marzuki, ketika ia keluar bu Yusuf minta dibelikan udang satu kilo beserta uangnya,  Mbak Ratna minta dibelikan jamu dan bawang merah. Sariyah langsung ke pasar mencarikan belanjaan mereka disinilah kehebatan Sariyah yang pandai menawar dan bisa memberikan untung dirinya, dari tiga ibu yang menitipkan belanja dia dapat mengantongi keuntungan 5000 rupiah, dia membelikan nasi bungkus untuk suaminya, dan segelas teh hangat. Sariyah langsung menuju Bu Marzuki memberikan pesanannya, juga bu Yusuf dan Mbak Ratna. mereka memberikan uang karena Sariyah mendapatkan barang yang bagus dan sehat.Mereka semua menginginkan Bu Sariyah membelanjakan sayuran dan bahan makannya setiap hari

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset