Pak Abdullah Siregar kebingungan karena stok minyak gorengnya menipis dia mengerahkan seluruh karyawannya untuk menyelidiki langkanya minyak goreng, ternyata ada yang menimbunnya karena jelang Romadhon suatu kebiasaan orang-orang tertentu untuk meraup keuntungan pribadi tanpa memandang hati , mereka tak memikirkan nasib muslim yang selalu dibuat pecundang ,jika di Madinah sana kaum muslimin berlomba-lomba menyumbangkan hartanya untuk sesama tapi di sini di Indinesia malah terjadi kelangkaan hasrat menyumbangkan harta ya …karena memang dibuat macam begini naudzubilah betapa ahlak kita goyah.
Dengan sejuta pemikiran pak Abdullah Siregar menelepon Aris untuk diajak bertukar pendapat,
Aris : ” Ini adalah suatu kebiasaan watak yang dipengaruhi nafsu ingin selalu memiliki dan tampak adem ayem serta mengekploitasi moral ini adalah suatu penyakit dan harus pelan-pelan pengobatannya yang akan mengiris hati bagi orang yang kuat yang tak mau menerima kodrat dari Tuhannya. Jalan satu-satunya adalah bersabar sampai menemukan seseorang yang kuat pendiriannya dan tak mau mengklaim sesuatu demi pribadinya.
Protes ada dimana-mana baik itu minyak goreng, gas LPG, BBM dan kebutuhan naik rata imbasnya pajak meningkat semakin sewot keadaan memburuk pandemi yang masih meraja lela suatu alasan yang itu-itu saja”.
Abdullah : “Tapi diluar negeripun terjadi lonjakan contohnya di Peru sampai ada korban yang terbunuh karena di demo BBM dan bahan baku “.
Aris : ” Dengan naiknya PPN semua otomatis naik sedangkan pembelian menurun akibat harga mahal dan rakyat semakin tercekik ,sementara upah buruh tak ada kenaikan sebenarnya kalau sembako naik itu hal biasa karena sebelum puasa sudah mengalami kenaikan dan nanti jelang hari raya akan naik lagi dengan pemberian subsidi yang dilakukan pemerintah kepada yang membutuhkan mengakibatkan barang langka karena minyak diborong pemerintah dan dengan harga normal akibatnya penjual tak punya persediaan mending pemerintah memberikan BLT dari pada pemberian sembako “.
Abdullah : ” Kalau bahan pokok naik memang sudah kebiasaan tapi ini sampai BBM dan kebutukan lainnya meroket “. Aris terpaksa mengakhiri pembicaraan karena ada orang menangis meraung-raung dan berbicara sama bu Sariyah dan pak Bambang.
Aris : ” Pak, Buk ada apa ini kok rame-rame….? ”
Bu Andi : ” Mas, saya bu Andi…saya mau beli minyak goreng…kok tak ada barangnya…padahal saya penjual gorengan..saya mau makan pakai apa….?” . Begitu tangisnya sangat menyayat hati.
” Sudah satu minggu saya merugi… gorengan sudah saya buat kecil-kecil malah sekarang tak ada minyak, anak-anak mau makan apa…? sementara bapaknya kerja belum ada bayarnya dan masih nunggu duwit …mbok saya di talangi minyak 10 liter saja..eh pak Bambang malah bilang habis…tolong mas Aris carikan minyak goreng kan saya pelanggan disini juga…” begitu lanjutnya sambil menangis-nangis menghiba pada Aris. Aris mengambil video manakala bu Andi menghiba dan terlihat di cctv Asih yang hendak menghalangi orang tersebut agar jangan memaksa masuk , karena bu Andi memang pelanggan bu Sariyah tapi dia amat stres kemarin dagangannya tak laku karena kemahalen dan sekarang tempe dah dibuat kecil-kecil katanya kekecilan akhinya orang tak mau beli dan Ia tak jualan lagi karena merugi .
Di SPBU RRI antrian mengular untuk membeli pertalite yang dikhawatirkan akan kehabisan karena naiknya pertamax membuat bising telinga semua roda dua berlari memburu pertalite dari pelajar, makasiswa sampai tukang ojek ngosek penjual pertalite eceran yang katanya ‘gak jualan dan barang kosong, facebook Semarang Sejahtera menuai kritik pedas dari masyarakat yang kemarahannya meluap-luap dan Aris memberikan video tersebut pada pak Abdullah Siregar dan Semarang Sejahtera. Pak Abdullahpun memberikan video dari Luar Negeri yang langka sembako dan mahalnya BBM .
Kini masyarakat mengerti tapi perut tak mengerti dan hanya menekan pemiliknya minta diisi beruntungnya umat muslim pas betepatan dengan puasa jadi harus bisa menahan diri , makan seadanya tanpa goreng menggoreng makan harus dijaga secara ketat demi kesehatan.
Aris teringat masa lalu waktu ibuknya tak ada uang untuk menggoreng ikan asin dan membuatkan sayur asinan serta menumis dari sisa minyak( jelantah ) padakal Aris ingin makan tempe goreng karena tak ingin memakan sambal tempe serta sayur bayam, dan pak Bambang merasa buntu pemikirannya karena kesulitan uang yang akhirnya Aris mau memakan sambal tempe dan sayur bayam yang ternyata enak dan cocok rasanya karena bu Sariyah pintar mengolahnya.
Pak RT Adnan memberikan sumbangan berupa minyak goreng yang diberikan secara cuma-cuma dari kelurahan karena merasa empati dengan sulitnya minyak goreng yang sangat dibutuhkan Sariyah Center untuk memberi makan kaum duafa meski hanya 2 liter bu Sariyah mengucapkan terima kasih atas perhatiannya pak RT Adnan terhadap Sariyah Center.
Pak Abdullah Siregar begitu mendapatkan minyak goreng langsung menyuruh mas Pengki untuk mencatat kebutukan di warung Sariyah dan mengirimkan sekalian. Bu Sariyah amat lega meskipun banyak harga yang naik tapi itu memang sudah diatur demikian serupa supaya terkecukupi kebutuhan masyarakat dan tak memborongnya banyak-banyak.
Cempluk warga kampung lain yang bingung mencari BBM pertalite meminta petunjuk pak Bambang keberadaannya penjual pertalite eceran .
Pak Bambang : ” Di depan Rumah Sakit Kasih Ibu pinggir jembatan mbak..mungkin masih ada…!”
Cempluk : ” Saya tadi sudah kesana katanya habis ”
Pak Bambang : ” Walah…oh itu milik Komsatun masih buka dan sedang mengisi motor dengan pertalite coba saja sekarang ..!”
Cempluk : ” Baik pak trima kasih “. Cempluk melarikan motornya terburu-buru dan hampir terpeleset karena mengejar waktu berebut BBM untung saja masih lima liter dan memborongnya sekalian mereka ada yang kecelek sampai kehabisan pertalite, karena motor cuma kapasitas tiga liter Cempluk membeli tempatnya sekalian …tentu saja yang kecelek marah dan memaksa membeli tiga liter saja.
Komsatun : ” Mbak bagi-bagi dong , kasihan mas itu yang sudah langganan “.
Cempluk langsung ngegaspool ngibrit menuju jalan raya dan uangnya kurang 500 rupiah.
Komsatun : ” Dasar cewek berandal main ngebut saja dah uangnya kurang , maaf ya mas siapa ini yang mau nombokin perempuan berandal…”
Pembeli : ” Ya sudah saya saja yang nombokin dasar perempuan nakal “. Sebenarnya Komsatun masih memiliki sekitar dua puluh liter tapi buat keperluan dirinya sendiri . Komsatun sudah menganti sipasi dan gelagat kenaikan BBM karena berjualan BBM sudah lima belas tahun , suaminya yang tukang sol sepatu hanya tertawa saja menyaksikan kejadian tersebut yaaaah anak muda memang seperti itu kelakuannya.
Tiga hari ini Semarang nyaman karena kebutuhan tercukupi walau terkesan mahal harganya , saat ini sedang kemarau dan panasnya menyengat tapi orang banyak menawarkan jualannya berupa roti kering yang untuk persiapan buka puasa ataupun persiapan lebaran , Bu Tatik sedang membuat kue tapi tepungnya habis dan minta tolong anaknya untuk membelikannya di toko Sariyah tapi Eman begitu nama anaknya yang sudah berumur tujuh tahun masih tidur dan kegerahan karena cuaca amat panas, terpaksa bu Tatik berangkat sendri ke toko Sariyah. Sesampai di toko Sariyah bu Tatik mendapat minuman buat buka puasa dari buah blewah yang dicampur camcao serta cendol dan ada buah selasihnya yang diberikan secara cuma-cuma oleh bu Sariyah buat berbuka puasa.
Bu Tatik : ” Alhamdulillah….terimakasih bu …”.
Sariyah : ” Itu dari anak saya Aris kok..”.
Bu Tatik : ” OOO Mas Aris to….trima kasih Mas…”.
Aris : ” Sekalian untuk suami dan anak serta ibu mertua bu…masih banyak kok saya menyediakan untuk yang buka puasa , dan ada takjilnya juga ini bu silahkan mengambilnya…”
Bu Tatik gembira sekali dan mengambil lima takjil dan minuman segarnya, dilanjut bu Adnan dan seluruh warga kampung, mereka menikmati takjil saat berbuka puasa dengan gembira.