Hari ini Aris mengadakan pertemuan bersama pak Marwanto, dokter Rina, Marlena dan Gozali karena Dia mendapat undangan dari Yayasan Anak Negeri yang berada di Palembang dimana Aris terpilih menjadi pemuda harapan bangsa yang memiliki inovasi yang layak diperhatikan, pak Marwanto merasa bangga karena IKLIM mendapat sorotan yang pisitif dari Yayasan Anak Negeri karena berhasil merekrut Aris Munandar sebagai penulis berbakat, dan meminta dikirim beritanya setiap hari yang akan dicetak di Yayasan Anak Negeri dan diedarkan di Sumatra serta masuk di Malaysia. Aris akan ke Palembang selama satu minggu semua sarana dan prasarana telah disiapkan , dan hari Senin dia berangkat.
Pak Bambang dan Bu Sariyah mendukung putranya semata wayang dan mengizinkan keberangkatannya yang dipenuhi dengan do’a agar putranya bisa membawa diri dengan baik, izin dari kampus juga sudah didapatkannya. Saat ini merupakan hari tenangnya menyusun catatannya, pak Abdullah Siregar amat bangga dan meminta izin untuk mendampinginya tapi pak Bambang malah bingung karena yang tahu anaknya soal izin-izinan. Aris memahami keadaan bapaknya dan ketika pak Abdullah menelepon Aris menolaknya dengan santun karena dia sudah amat dewasa, pak Abdullahpun menyadarinya maka Ia akan ke Palembang menemui kongsi dagangnya yang berangkatnya bersamaan dengan Aris dan tak minta izin pak bambang mengikuti Aris karena memang kemauannya sendiri.
Meskipun di bandara Ahmad Yani mereka saling bertemu dan mengobrol ya karena tak enak saja melihat pandangan pak Bambang yang merasa anaknya diawasi makanya pak Abdullah Siregar melakukan cek in lebih awal karena pak Bambang mengantar Aris bersama Bu Sariyah .
Bu Sariyah : ” Kok mendadak sedih kenapa pak…?”
Pak Bambang : ” Aku merasa bersalah sama pak Abdullah saja…”
Bu Sariyah : ” Ya..sudahlah…bukankah kita berhak mengatur anak kita…agar jangan terlalu berlebihan karena pak Abdullah sendiri yang meminta jadi bapak angkatnya dan kita bersedia menerima budi baiknya…malah membuat Aris sedih nantinya…malahan Aris memiliki teman yang baik dan iklas seperti pak Abdullah ”
Pak Bambang : ” Loh kamu kok malah bilang teman sama pak Abdullah…”
Bu Sariyah : ” Habis bingung aku…dibilang bapak angkat nanti kamu menjeb la terus piye…?!..mbok yang iklas…anak kita itu baik pak…jangan berfikiran yang jelek-jelek pada pak Abdullah…wong dia rela dan baik serta sayang pada Aris…”
Pak Bambang : ” Mboh buuu…aku kadang juga bingung pada pak Abdullah Siregar..maunya apa gitu looo..?!”
Bu Sariyah : ” Sudah pak…kita syukuri saja niat baiknya wong yo Aris tetep anak kita dan yang di Atas yang menentukan takdir Aris…”
Pak Bambang sambil manggut-manggut mengelus punggung Sariyah istrinya yang menjadi idola hidupnya.
Aris tiba di bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang pukul 14.25.
Aris menunggu jemputan dari Yayasan Anak Negeri yang ternyata ada di ujung ruang tunggu, Pak Abdullah Siregar juga sudah di jemput koleganya yang bernama Nurdin dia adalah pengusaha santan kelapa yang sudah dikemas.
Abdullah : ” Nurdin …apa kabarmu…? mentang-mentang sudah punya usaha lagi melupakan aku ..?! ”
Nurdin : ” Yang benar saja….siapa yang sulit kuhubungi…nyatanya sekarang berjumpa bukan…?! ”
Abdullah : ” Oh iya…kenalkan ini anak aku….Aris Munandar namanya…kebetulan dia ada urusan kerjaan di sini…ia lagi menunggu jemputan dari a mana tadi….?!”
Aris : ” Dari Yayasan Anak Negeri….” Aris menjawab pertanyaan pak Abdullah sambil berjabat tangan dengan pak Nurdin.
Nurdin : ” Yang benar saja…mana ada orang Batak memiliki nama siapa tadi….?”
Aris : ” Aris Munandar..”.
Nurdin : ” Iya….Munandar…ah kau bergurau….”
Abdullah : ” Iya…ini anak angkatku…” Pak Abdullah merangkul Aris yang sudah mendapatkan begasinya dan mau menuju penunggunya Yayasan Anak Negeri. Pak Nurdin yang anggota DPRD memeluk sahabatnya lalu pak Abdullah menasihati Aris sebelum memasuki mobil penjemputan.
Abdullah : ” Jangan lupa telpon bapak kalau sudah dapat hotel ”
Aris : ” Iya..terima kasih ayah ” Aris mencium tangan pak Abdullah seperti kebiasaannya di rumah.
Aris menginap di hotel Amaris dia menelepon bapaknya , Bu Sariyah tertawa lebar karena Aris melakukan video call.
Sariyah : ” Kamu sendirian tidurnya nak…”
Aris : ” Sama ibuk,…ya jelas dong kan ibuk di rumah sama bapak ..sebentar buk itu ada tamu nanti Aris telepon lagi..” Pintu kamar di ketuk ternyata Ketua Panitia Penyalenggaraan peresmian pabrik santan kelapa Naviri yang bernama Zakaria.
Zakaria : ” Kak ini scedul kerja esok hari dan ini emblemnya harus dipakai , besok jam 06.00 sudah di jemput petugas jaga ”
Aris : ” Okey…siap..”
Wow ternyata Aris mendapat tugas meliput peresmian pabrik santan Naviri yang berupa cairan santan juga ada yang berupa bubuk yang kan dikirim ke Arab Saudi dan Turkeye sebagai eksport perdananya, Aris mewawancarai derektur Naviri yang bernama Agung Kusuma yang tak lain adalah putra dari bapak Nurdin anggota DPRD Palembang yang kemarin menemui pak Abdullah di Bandara Sultan Badaruddin II , Aris dibantu seorang kameramen untuk memvideokan berbagai acara yang sedang berlangsung. Aris teringat masa SMA dimana Ia bersama Gozali sedang meliput emblek dan penarinya. Aris masuk di tivi sebagai pembawa acara Yayasan Anak Negeri, Bu Sariyah kaget dan berteriak:
Sariyah : ” Pak anakmu masuk tivi pak…itu dia lagi nyiarkan acara lentera Palembang yang ditayangkan TVRI…gage pak selak entek beritane ”
Pak Bambang : ” Wow gantengku masuk tivi…lagi wawancara sama bos Naviri ” . Tampak dalam rekaman video pak Abdullah bersama pak Nurdin serta Agung Kusuma sedang meresmikan Pabrik Naviri yang mengolah santan ekspor dalam bentuk kemas 200ml dan 500ml. Pak Bambang menyesal sekali kenapa Ia melarangnya bersama ke Palembang bersama Aris … ya karena memang pak Bambang cemburu kasih sayangnya akan terebut, Bu Sariyah mendekati pak Bambang.
Sariyah : ” Wis to nyesel…sing sudah ya sudah pak…tak usah digetuni…tapi itu wajar kok…kalau bapak cemburu….. sudah minta ampunan sama gusti Allah tentang salah pahammu terhadap pak Abdullah Siregar ” Pak Bambang melihat tivi sampai liputannya selesai baru shollat. Aris menelepon bapaknya yang menangis :
Bu Sariyah : Wis to pak…jangan nangis…tersenyum gitu lo…nanti Aris malah bingung…kalau bapak nangis…”
Aris : ” Bapak kenapa buk…? ”
Sariyah : ” Terharu….ngliat kamu sama pak Abdullah masuk tivi..”
Aris : ” Owh..biasa saja to pak..oya buk mungkin Aris lama di Palembang karena masih banyak acaranya yang bakal Aris liput ”
Sariyah : ” Ya kira-kira kapan pulangnya…bapakmu kangen jarene rumah cuma buat ciluk ba katanya…”
Pak Bambang : ” Ora ding…ibumu ini memang kok…masak yang buat alasan aku…eeh yaa..salam buat pak Abdullah Siregar ” Aris langsung memberikan hapenya pada pak Abdullah yang sudah menunggu pembicaraan sama pak Bambang.
Pak Bambang : ” Saya senang sekali pak Abdullah bisa bersama Aris di Palembang…”
Pak Abdullah : ‘” Ini perusahaan anak teman yang sekarang menjabat di DPRD Palembang yang akan meluncurkan santan Naviri ke Arab Saudi dan Turkeye yang merupakan kongsi bisnis saya ”
Pak Bambang : ” Jadi yang menghubungkan pak Abdullah to…wah sukses ya pak sebagai eksportir ”
Pak Abdullah : ” Teman saya di Arab Saudi membutuhkan santan yang segar ya saya turuti kok malah teman Turkeye ikutan jadi importir ”
Pak Bambang : ” Kalau memang sudah rejeki pasti datang sendiri menghampirinya…ngomong-ngomong masih berapa lama di Palembang..? ”
Pak Abdullah : ” Kurang lebih satu minggu pak…gimana…?”
Pak Bambang : ” Semoga diberikan kelancaran ya pak…mana anak saya pak..”
Pak Abdullah : ” Ini…ini..Aris…”
Aris : ” Kenapa pak…?”
Pak Bambang : ” Tolong dibantu yo lee…pak Abdullah sungguh tulus orangnya ” . Aris mengiyakan dan menutup teleponnya, cahaya mata pak Bambang bersinar tak seperti kemarin yang ngluntruk tak bergairah pandangannya. Sariyah merasa lega setelah mendengar pembicaraan antara Aris, pak Abdullah dan suaminya pak Bambang yang membuat sadar fikirannya. Malam ini pak Abdullah tidur bersama Aris dan Pak Bambang tak merasa cemburu lagi sama anaknya.