Pak Abdullah mengajak makan bareng Aris dengan menu pempek Palembang, karena merupakan makanan pokok ibarat nasi. Pagi,siag dan malam pempek tak pernah ketinggalan…masih lapar kalau belum makan pempek kata mereka orang Palembang. Sambil jalan-jalan mereka menemukan warung penjual pempek.
Pak Abdullah : ” Ayo di makan …wis to enak-enak ”
Pemilik warung : ” Dari Jawa ya pak..?”
Pak Abdullah. : ” Iya…ini anak saya lagi males makan”
Pemilik warung : ” Tapi logat bapak seperti orang Medan ”
Pak Abdullah : ” La memang saya asli Medan kerja di Jawa….pokoknya sana-sinilah…cari makan”
Aris akhirnya mau makan dan malah nambah, pak Abdullah senang diapun ikutan nambah, Herman sudah siap dan menunggu di loby hotel, Aris bergegas pulang karena ada janji dengan Herman yang barusan menghubunginya.
Aris menuju pabrik pengolahan santan kemas bersama kameramennya sedangkan pak Abdullah dijembut pak Nurdin bertemu dengan anaknya Agung Kusuma. Kelapa yang sudah diambil sabutnya serta dikuliti berjalan sendiri menuju penyelepan serta pemerasannya diolah memakai mesin, karyawati yang bekerja dengan tekun menyortir kelapa mencari kotoran yang masih menempel di daging kelapa untuk dibuang. Santan diolah kemudian dimasukkan dalam kemasan yang sudah bermerk, dan tertata rapi dalam kemasan dan produksi mulai jalan serta siap ekspor.
Kameramen Aris yang bernama Herman adalah penduduk asli Pulau Burung ,Inhil Riau dimana masyarakatnya bekerja sebagai petani kelapa dan memanennya dengan berbagai cara pemanenannya sesuai dengan lokasi serta keadaan alamnya. Aris meminta video panen kelapa dengan menggunakan bambu panjang dengan umur pohon berkisar 15-20 tahun, dengan sabit yang sudah di modifikasi menyonggrok kelapa yang berjatuhan diambil menggunakan ambung( tempat kelapa yang diletakkan di punggung ) satu ambung berisi 35 butir kelapa cara mengeluarkanpun cuma menggulingkan maka kelapa berjatuhan dan dilanjutkan dengan pelepasan batok kelapa( disrombat *jawa). Untuk menjadi kelapa jambul (kelapa yang bersabut tipis) dan siap dijual ke kepembeli dengan diangkut dengan sepeda motor ataupun mobil dan dan dibawa ke pabrik untuk diolah .
Olahan santan ada yang meminta bubuk dan pengolahannyapun dari santan menuju fermantasi serta pengeringan baru pengemasan. Bumi Sumatra yang luas kaya dengan hasil pertaniannya ada Kelapa, Karet, Sawit, Kopi yang sangat membantu keuangan negara dengan mengekpornya ke negara lain dalam bentuk jadi sangat menguntungkan rakyat kecil yang butuh pekerjaan dan negara melinduginya seperti pak Nurdin yangmemiliki usaha membutuhkan tenaga rakyat untuk mengolah hasil alamnya. Sedangkan rakyat yang suka berkebunpun bisa menjualnya ke pabrik sehingga membentuk suatu rantai kebutuhan antara rakyat dan pengusaha.
Pak Abdullah pengusaha yang melakukan perdagangan dalam negeripun akhirnya melakukan ekspor santan serta kopi dan sawit karena banyak sekali kenalannya dari manca negara, sedang istrinya sekarang berada di Amerika Serikat sambil menemani putrinya Laila Siregar menyelesaikan kuliah di pertanian. Aris berkenalan dengan Arbain Sarman seorang pengusaha kelapa yang memborong kelapa siap panen karena ia tak memiliki lahan dan orang tuanya miskin, akhirnya berkat ketekunannya dia bisa memborong kelapa yang dijualnya dalam bentuk kelapa jambul dan dalam jumlah besar , dengan menggunakan sebuah kapal yang dimilikinya menjadi tujuh kapal. lima kapal untuk kelapa dan dua kapal untuk sawit yang mulai dijamahnya . Kini Arbain Sarman memiliki tanah untuk ladang bisnisnya, karena sudah bertahun-tahun ia usaha di kelapa maka ladang itu ditanaminya kelapa sebanyak dua hektar tanahnya.
Sawit yang mulai dirintisnya secara pelahan ternyata banyak membutuhkan tenaga maka ia membiarkan tanaman itu tumbuh dengan sendirinya karena mengurangi pengeluarannya dan Ia lebih konsentrasi ke kelapanya saja dulu. Kadang ia membersihkan lahan jika mendapat rezeki. Aris mendatangi rumah Arbain Sarman yang berada di Banyuasin Palembang dan melewati jalan yang sulit karena rusak dan banyak sekali lobangnya serta licin. Banyak truk pengangkut sawit yang terperosok dan ndongkrok sampai menginap di jalan menunggu bantuan datang.
Aris : ” Wah…kalau seperti ini akses jalannya kurang lancar dong pendistribusiannya…kasian juga menghabiskan solar, padahal bbm langka…waduuuh repot pak?!”
Akhirnya Aris kembali lagi ke hotel dan membicarakan masalah ini pada pak Abdullah dan pak Nurdin
Nurdin : ” Ya harus ada pembicaraan dulu antara pengelola usaha dengan penduduk setempat”
Aris : ” Jalan yang dilalui kan sebagai akses umum?! ”
Nurdim : ” Ya…akan saya rapatkan dulu, karena pemakai utamanya adalah perusahaan sawit…rusaknya jalan oleh mereka pengangkut sawit,kalau kelapa aksesnya sungai laut dan masih banyak jalan ”
Aris : ” Pantas Arbain menangguhkan perkebunannya ”
Aris bersama Herman ke Sungai Musi melihat-lihat transaksi kelapa jambul, memang nyaman menggunakan kapal,karena pohon kelapa umumnya tumbuh di tepi pantai lain dengan kelapa sawit
Malam hari Aris menulis untuk yayasan anak negeri dan harian IKLIM, rindu hati Aris tapi Ia tahan karena wajah ibu dan makanan yang dibuatnya tak bisa dirasakan disini. Herman yang menemaninya ikut hanyut.
Sudah sepuluh hari Aris di Palembang, banyak kenangan serta foto dikoleksinya. Aris dipanggil pak Agung Kusuma karena banyak foto dan video buat importir dari negeri Arab sebagai acuan untuk berbisnis dan Aris menerima sejumlah uang sebagai ucapan terima kasih Agung Kusuma meminta tolong mencarikan tenaga kerja sarjana sdministrasi yang bisa menggunakan komputrer sebanyak tiga orang serta satu dokter untuk ditempatkan di pabrik …perumahan sudah siap nanti kita melihat rumahnya .
Aris : ” Baiklah. saya punya kawan seorang dokter dan baru lulus…semoga ia bersedia disini ”
Agung Kusuma : ” Semoga bersedia karena untuk kesehatan orang pabrik”
Pak Nurdin akan minta tolong meliput coklat sebagai usahanya yang ke dua dan meminta referensi pada pak Andullah untuk mengembangkan bisnisnya untuk membuat pabrik coklat bekerja sama dengannya pula. Pak Abdullah mengucapkan terima kasih atas kepercayaannya karena membuka peluang bisnis untuknya selanjutnya akan bedera pamit pulang karena Aris amat ringu dengan keluarganya. Dia memesankan pempek Nony asli Palembang yang dikirimkan langsung ke rumahnya juga pak Abdullah sekalian tapi dikirim ke rumah Aris. Aris membelikan ibunya pakaian dari Palembang dan membelikan sarung serta baju koko untuk bapaknya.
Pak Abdullah : ” Ini saja Ris.., gamis untuk bapak sekalian ayah juga mau beli…untuk ayah sendiri ”
Aris : ” Tidak yah biar yang bayar Aris…itung-itung gaji pertama dari Yayasan sekalian membelikan hem untuk teman-teman ”
Pak Abdullah : ” Alhamdulillah…anak ayah berbagi rezeki..semoga akan banyak orang meliput berbagai acara…Aamiin”. Aris terharu karena pak Abdullah meminta Aris memanggil Ayah biar tak salah faham dengan pak Bambang orang tua kandung Aris.
Pak Abdullah menerima pemberian Aris dengan suka cita dan mengumpulkan menjadi satu dengan pakaian bapak dan ibunya.
Aris : ” Rasanya ndak klop kalau bunda tak dibelikan sekalian juga Laila Siregar adik Aris ” . Pak Abdullah semakin terharu pada Aris dan mencium anak anaknya di Diamond Supermarket Palembang Trade Center yanf ditonton orang banyak. Pak Abdullah menelepon pak Bambang kalau esok hari akan pulang ke Semarang yang disambut baik pak Bambang. Jam tiga sore Aris dan pak Abdullah sampai di Halmahera. Mereka semuanya sudah berkumpul menyambut kedatangan Aris yang di sponsori pak Marwanto serta menjemputnya di Bandara udara Ahmad Yani, dokter Rina yang menjemput Aris dan pak Abdullah. Mereka semua makan rujak yang dibuat bu Sariyah.