Yes, I am D.I.D episode 2

Chapter 2 : Terima Kasih

Aku adalah Dilan, sampai kapanpun aku hanya ada satu dan namaku adalah Dilan!

Selasa, 14 Maret 2014

Sesuai dengan permintaan dari pihak kampus atas undangan yang diberikan kepada wakilku kesana dalam rangka membahas “kelakuanku” yang kemarin, maka hari ini aku datang bersama pak tua ke ruangan dosen waliku.

Ah, kenapa sih mereka kaya gak ada kerjaan sama sekali. Ribuan mahasiswa yang ada di sini tapi kenapa cuma aku yang paling mereka ributkan!?” keluhku.

Itu karena kamu cucuku! Kalau kamu cuma bisa belajar dan makan saja sudah aku usir kamu dari rumah sejak dari dulu!” jawab kakek tiba-tiba, padahal kupikir dia tidak mendengar keluhanku tadi.

Aku tersenyum mendengar jawaban kakek.

Kek, apa baiknya kita bilang saja ke mereka kalau aku itu berbeda?

Kakek menghentikan langkahnya.

Apa maksudmu?

Daripada kita menyembunyikannya seperti ini, kakek pasti akan direpotkan terus sama mereka untuk datang kesini!?

Atau aku berhenti saja dari kampus? Aku bisa langsung cari kerja atau ngelakuin sesuatu yang lain!?” ucapku meyakinkan kakek.

Tapi dasar pak tua, bukannya dia tersentuh atas omonganku karena berusaha perduli padanya kepalaku malah dipukul dengan tongkatnya.

Addduuuhhhh!!! Sakit pak tua!

Kepalaku kembali dipukulnya.

Addd..ddduhh!!!

Sekali lagi manggil aku pak tua, dvd porno di kamarmu kubakar semua!” ucap kakek.

Eh jangaaannn! Itu hidupku kek!

Dasar cowok mesum!” ucap kakek sambil melanjutkan langkahnya tanpa menoleh kearahku.

Tapi tau darimana pak tua itu ada dvd porno di kamarku? Jangan-jangan?

Kek, kakek nonton ya dvd pornonya ya!?

Jangan keras-keras ngomongnya anak setan!” balas kakek sambil memukulku kembali dengan tongkatnya.

Addduuuuuhhh!
Cih, tua-tua mesum!” bisikku pelan ke kakek yang sekarang sudah duduk disebelahku, di ruangan dosen waliku.

Selamat pagi pak” sapa dosen waliku yang baru saja kembali dari toilet.

Seeeee..llamat pagi pak” ucapku sambil kesakitan karena kakiku diinjak oleh kakek.

Bagaimana kabar bapak?” tanya dosen waliku ke kakek.

Baik pak, maafkan saya kalau saya yang paling sering dipanggil ke ruangan bapak

Ha ha ha, tampaknya memang bapak yang paling sering

Bapak sudah dengar dari dilan kenapa bapak kami panggil lagi kemari?

Dilan, kamu sudah cerita ke kakekmu?” tanya dosen waliku sekarang kepadaku.

Iya saya sudah tahu pak garis besar ceritanya” jawab kakek langsung ke dosen waliku.

Baiklah, kalau begitu saya tidak perlu menjelaskannya lagi. Saya cuma ingin mengingatkan kalau dilan sudah sering ditegur karena masalah ini. Dan jujur saja jika seperti ini terus kami mungkin tidak bisa memberikan dia toleransi lagi

Bapak masih ingat sudah berapa kali dilan diskors?” tanya dosen waliku.

Skors? Saking banyaknya dia di skors sejak dia SD sampai saat ini, saya akui saya bahkan tidak mampu lagi mengingatnya” jawab kakek.

Lantas bapak mau kami harus toleransi seperti apa lagi?

Bapak tahu berapa lama saya mengasuhnya?

Dosen waliku menggelengkan kepalanya, menandakan kalau beliau tidak tahu berapa tepatnya.

14 tahun

Sejak dia berumur 8 tahun sampai dengan saat ini saya lah yang membesarkannya. Saya akui karakter saya keras dan mungkin karakter saya itu secara tidak sadar sudah saya tanamkan pada dirinya

Dengan karakter dirinya yang seperti ini jika bapak tanya apakah saya kecewa atau marah padanya?

Jujur saya marah, tapi saya juga harus jujur kalau saya tidak kecewa. Dia tahu bagaimana membela dirinya dan menyelesaikan masalah-masalahnya

Selama 14 tahun yang saya tahu dia berkelahi hanya untuk membela dirinya. Tapi tidak pernah sekalipun dia berani memukul guru atau dosen-dosennya!

Bapak tahu kenapa!?” tanya kakek

Dosen waliku kembali menggelengkan kepalanya tanda kalau dirinya tidak tahu.

Karena guru dan dosen itu sama, sama-sama harus dihormati, digugu dan ditiru!

Jika suatu saat dilan berani memukul dosennya, bapak tidak perlu repot-repot memecatnya dari kampus!

Karena saya yang akan langsung memecat dia duluan sebagai cucu saya!” ucap kakek lantang

….

Jadi sekarang masalah ini kelar ya pak?

Saya harus pulang sekarang, sepertinya saya lupa mematikan kompor di rumah” ucap kakek ke dosen waliku.

Kamu juga berhenti berkelahi!” ucap kakek padaku yang kembali memukul kepalaku dengan tongkatnya.

Kalian tahu apa yang terjadi? Kalian pasti tidak akan bisa membayangkan bagaimana wajah bingungnya dosen waliku tadi.

Aku bahkan tidak henti-hentinya tertawa jika kembali membayangkan kejadian tadi. Entah sekarang apa yang sedang dipikirkan oleh dosen waliku itu di ruangannya. Aku pikir sekarang dia pasti sedang frustasi memikirkan jawaban apa yang harus disampaikannya ke Dekan Fakultas.

Ha ha ha, kek tadi liat gak muka Pak Johan waktu kakek ngomong tadi?” tanyaku ke kakek.

Sumpah kek, lucu banget! Baru kali ini aku liat Pak Johan bingung kaya tadi! Ha ha ha”

Berisik kamu!” ucap kakek kembali memukul kepalaku dengan tongkatnya

Addduuhhh!

Kek, sekali lagi kakek mukul kepalaku pake tongkat nanti kubakar itu tongkatnya lho!?” ucapku sambil mengusap-usap kepalaku.

Motormu yang kubakar kalau kamu berani-berani megang tongkatku!” balas kakek

Kalau gitu aku laporin polisi atas perbuatan yang tidak menyenangkan karena sering memukul kepala orang!

Kamu itu makan disini, tidur disini, motor aku yang belikan, itu sempakmu yang kamu pakai itu juga dari uang jajan yang ku kasih. Jadi sebelum kamu mau lapor polisi balikin dulu semuanya!?

Tapi ini kepala kek, kepala! Aku mikir pake kepala ini!” ucapku sambil menunjuk-nunjuk kepalaku.

Asuransiin dulu kepalamu baru kamu boleh bilang kalau kepalamu berharga. Itu juga kalau ada yang mau, ha ha ha” balas kakek.

Kakek awas ya ke kamarku lagi!? Gak bakal aku pinjemin lagi dvd nya!

Bisa beli sendiri kok” jawab kakek enteng.

Aaarrrggghh aku kalah! Pak tua sialan, aku tidak pernah bisa menang jika berdebat padanya. Aku memilih masuk ke kamarku daripada kepalaku kena pukul terus sama tongkatnya. Namun tepat sebelum aku masuk kedalam kamar, kakek tiba-tiba mengatakan sesuatu.

Kuatlah sekuat masalah yang kamu hadapi dilan, bahkan jika bisa kamu harus mencoba lebih kuat lagi dari masalah itu

Menjelaskan pada mereka bagaimana kondisimu saat ini tidak akan mengubah kenyataan kalau kamu sudah berkelahi

Tidak usah khawatirkan pak tua ini, berapa kalipun pak tua ini dipanggil kesana pak tua ini akan selalu datang selama yang telah kamu lakukan itu benar!

Hadapi apapun masalah yang datang padamu, meski bukan “kamu” yang memulainya…” ucap kakek terakhir.

Aku kemudian masuk ke dalam kamar sambil meneteskan air mata. Jujur aku merasa terharu atas kata-katanya. Untuk pertama kalinya aku merasa sangat beruntung mempunyai seorang kakek seperti dirinya.

Kakek, terima kasih…

Scene tambahan…

Jadi bagaimana hasil pertemuan tadi dengan walinya dilan?” tanya Pak Dekan ke Pak Johan.

Mendengar pertanyaan tersebut Pak Johan langsung terkejut dan kebingungan bagaimana harus menjawabnya.

Pak Johan, jadi tadi bagaimana?

Sebenarnya jujur saya juga bingung bagaimana menjelaskannya ke bapak

Lagi!?

Saya harus bagaimana pak!? Tiap kali saya memberi satu pertanyaan beliau menjawab dengan puluhan jawaban

Tapi di semua jawabannya itu sama sekali tidak ada yang menjawab pertanyaan saya

Terus kenapa tidak kamu tanya lagi!?

Bagaimana saya mau tanya, beliau langsung bilang kalau beliau lupa mematikan kompor kemudian sebelum pergi masih sempat memukul kepala cucunya dengan tongkatnya

Arrrggghhh! Jadi kita harus bagaimana!?” tanya Pak Dekan lagi.

Sepertinya kita harus ngasih dilan satu kesempatan lagi pak

Lama-lama nama universitas kita bisa diganti dengan nama kakeknya dilan! Aaaahhh…


Yes, I am D.I.D

Yes, I am D.I.D

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2016 Native Language: Indonesia
D.I.D atau Dissociative Identity Disorder, kalian pernah mendengarnya? Kalau kalian mengatakan belum pernah maka aku pikir kalian akan langsung mengerti dengan Multiple Personality Disorder atau kepribadian ganda , ya itulah gw.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset