Yes, I am D.I.D episode 3

Chapter 3 : Siapa Dia?

Sejak kapan kalian percaya pada dilan?

Kenapa kalian bisa percaya padanya semudah itu!? Dia itu arogan yang selalu bilang kalau dia adalah satu-satunya karakter yang eksis. Dia tahu benar kalau ada “aku” dan yang “lainnya” dalam tubuh ini tapi dia selalu menghindari kenyataan itu.

Asal kalian tahu saja, tanpa ada aku dia tidak akan mungkin bisa masuk ke universitas ternama dan favorit ini. Setiap nilai rapor kami tanpa ada kehadiranku tidak akan mungkin tidak ada angka merah di dalamnya. Jadi bayangkan saja bagaimana dia bisa lulus sekolah dan masuk universitas ini tanpa kehadiranku?

Karena dilan itu “bodoh”.

Ha ha ha, dilan pasti akan ngamuk kalau tau dirinya dibilang bodoh sekarang

Tapi dilan, kamu mau apa meski kamu marah padaku? Kamu mau memukulku? Ha ha ha, kamu gak akan pernah bisa memukul dirimu sendiri kan!?

Dilan, jika kamu tidak sanggup bertahan lebih baik kamu mundur dan tidur saja untuk selamanya. Tidak ada yang lebih cocok selain diriku yang menggantikanmu.

Dilan, Dilan, Dilan sekarang tidurlah yang nyenyak…

Senin, 20 Maret 2014

Setelah satu minggu di skorsing dari kampus, hari ini aku sudah di perbolehkan untuk masuk kembali. Awalnya aku masih malas untuk masuk dan berniat untuk tidak pergi. Tapi ternyata pak tua itu sangat mengenalku. Dia tahu alih-alih ke kampus, aku akan pergi ke tempat lain untuk menghabiskan waktuku.

Dilan, kamu kalau bolos gak usah pulang ke sini lagi ya…” ucap kakek kepadaku tepat sebelum aku melangkahkan kakiku ke luar pintu rumah.

Ah sialan, tau darimana pak tua kalau aku mau bolos!?” pikirku dalam hati.

Gak usah mikir aku tau darimana, kamu itu masih bocah jadi gak bakal ngerti” bilang kakek lagi.

Astaga, kakek ini bisa baca pikiran orang ya?” tanyaku langsung padanya.

Berisik kamu!” jawab kakek yang sekarang tiba-tiba berada di belakangku sambil memukul kepalaku dengan tongkatnya lagi.

Adduuh kek!

Sana cepat berangkat!” bilang kakek kemudian menendangku keluar.

Telat lagi nanti surat cinta dari dosenmu datang lagi ke rumah ini!

Kemaren yang bilang kalau pak tua ini gak masalah berapa kalipun dipanggil kesana itu siapa!?” tanyaku kesal.

Berisik kamu!” jawab kakek sambil mengarahkan tongkatnya kembali padaku.

Iya, iya aku pergi sekarang! Dasar bawel!

Dan perkuliahan pun dimulai.

Seperti biasanya aku selalu mengambil kursi pojok paling belakang. Kursi yang menurut “mereka” paling cocok untukku. Seorang mahasiswa nakal, suka berkelahi dan paling malas belajar di seantero kampus.

Yang sedikit berbeda kali ini adalah kursi sebelahku yang biasanya kosong kali ini terisi oleh seorang cewek.

Siapa dia? Apa aku mengenalnya? Tidak, kupikir baru kali ini aku melihatnya di kelas ini!? Tapi kenapa dia duduk di kursi ini?” pikirku tiba-tiba.

Ah bodo amat lah, mau siapa dia, kenapa dia duduk disitu ya terserah dia. Aku pun kembali melanjutkan lamunanku. Sambil melihat keluar lewat jendela yang berada disebelahku, melihat sekumpulan anak-anak yang sedang bermain.

Sedang apa anak-anak itu disitu? Apa mereka tidak sekolah?

Daritadi aku kebanyakan mikir nih, bikin capek dan gak guna. Aku pun sekarang memilih tidur dan mempersiapkan sebuah buku untuk menutupinya.

Dilan? Dilan? Dilan!?” bisik seseorang padaku.

Ya bu!?” balasku sedikit teriak sambil berdiri

Tapi apa yang terjadi? Ternyata seisi kelas sudah hampir kosong, pelajaran tadi baru saja selesai dan terima kasih untuk tidur tadi karena akhirnya pelajaran membosankan tadi sudah berakhir.

Namamu dilan kan?” ucap suara yang membangunkanku tadi.

Aku kemudian menoleh ke arah suara itu. Dan ternyata pemilik suara itu adalah cewek yang tadi duduk di sebelahku.

Iya

Kamu siapa?” tanyaku padanya.

Kita satu kelompok” jawabnya sambil mengarahkan tangannya ke whiteboard.

Ah, kelompok ya?

Iya, sama riris dan edy juga” jawabnya kembali.

Pasti kamu gak tau kan tugasnya apa?

Aku menggelengkan kepalaku malu.

Kayanya tidur kamu nyenyak banget ya?” ucapnya tersenyum.

Ah, semoga gak ngorok

Ha ha ha, kamu sama kakekmu sama-sama lucu ya!?

Kakek?” tanyaku bingung.

Riris sama edy tau nomor hp mu kan ya? Biar nanti pas ngumpul bisa ngasih tahu” ucapnya tanpa membalas pertanyaanku.

Mungkin” jawabku.

Kok mungkin?” tanyanya lagi.

Ya mungkin aja mereka punya

Ah bentar” ucapnya kemudian sambil menerima sebuah panggilan telepon.

Dilan, aku pulang duluan ya? Aku ada urusan

Iya

Sesaat dia meninggalkan ruangan aku baru sadar dengan pertanyaanku sebelumnya, tau darimana dia dengan kakekku? Apa dia kenal? Atau dia mata-mata kakek buat ngawasin aku di kampus? Ah, aku lupa nanya namanya siapa.

Siapa dia?

Sore harinya aku mendapat pesan dari edy kalau besok siang aku diminta datang untuk memulai pengerjaan pekerjaan kelompok di rumahnya riris. Awalnya aku malas sekali datang kesana, namun sekali lagi pak tua itu tau rencanaku dan memaksaku untuk pergi.

Pulang jam berapa kamu nanti?” tanya kakek tiba-tiba.

Pulang darimana? Udah tua sih jadinya lupa kalau aku udah pulang kampus dari jam berapa!” jawabku.

Dan seperti biasa pak tua itu dengan ringannya melayangkan tongkatnya ke kepalaku.

Addduhh! Sakiitt kek!

Kamu kan diminta datang buat kerja kelompok! Mau berangkat jam berapa?

Kakek tau darimana?” tanyaku bingung

Bocah jaman sekarang doyan ya kalau ditanya malah nanya balik” ucap kakek tanpa memperdulikan pertanyaanku.

Kakek tau darimana!?” tanyaku lagi.

Tapi kakek masih enggan menanggapi pertanyaanku. Namun tiba-tiba aku menduga sesuatu yang tidak baik.

Kakek baca-baca pesan di hp ku ya!?

Enggak” jawab kakek santai.

Ayo ngaku!? Pasti baca pesan yang masuk kan!?” tanyaku lagi.

Enggak ngebaca, tapi gak sengaja kebaca” balas kakek.

Ah tuh kan! Pakai acara bohong lagi bilang gak baca! Udah tua, mesum, pikun sekarang jadi tukang ngintip lagi ya!? Kenapa gak sekalian ngintipin bi onah mandi!?

Dan lagi-lagi tongkatnya mendarat dengan sempurna di kepalaku, kali ini lebih sakit dari sebelumnya.

Aduuhhh!

Bukan sengaja baca tapi gak sengaja! Siapa suruh naruh hp disitu (meja)!?

Bi onah-bi onah! Gak doyan!” ucap kakek tegas.

Cih, banyak alasan!

Sana pergi! kamu daripada di rumah kerjaannya main game aja!

Aku males kek, disana udah banyak yang ngerjain” jawabku.

Gak pergi, nanti malam tidur di mesjid ya” balas kakek.

Kurang lebih setengah jam kemudian akhirnya aku tiba di rumah riris. Di teras depan rumahnya sudah berkumpul riris, edy dan dia. Ah iya, cewek itu!? Aku baru ingat sekarang, cewek yang kemarin duduk disebelahku.

Maaf telat” ucapku yang langsung bergabung.

Datang aja udah bikin kaget kok” balas edy cuek.

Itulah salah satu yang membuatku malas berkumpul. Niat baik yang selalu coba aku tunjukkan pada akhirnya luluh lantah dengan komentar itu. Mau bagaimana lagi, aku sudah dicap sebagai orang yang akan susah ditemui ketika ada kerja kelompok.

Dan karena komentar itu juga lah, disaat yang lain sedang sibuk memeras otak untuk mengerjakan tugas aku yang sudah terlanjur malas lebih memilih berkirim pesan dengan pak tua.

Namun rupanya kegiatan asik sendiri yang kulakukan ini menjadi sedikit perhatian pada mereka. Terutama pada cewek yang tidak kukenal itu. Meski tidak terlalu keras aku masih bisa mendengar perkataan edy yang mengatakan biarkan saja aku melakukan sesukaku.

Aku tidak perduli orang mau berkata apa tentangku tapi yang aku perduli adalah bagaimana cara mereka melakukannya. Jika kamu cewek mungkin aku masih bisa sedikit mengerti. Tapi jika kamu itu benar-benar cowok! Bagaimana bisa kamu menjelek-jelekkan seseorang dibelakangnya!?

Masih lama ya?” ucapku yang aku sendiri tak perduli mengatakannya pada siapa.

Sedikit lagi dilan, kenapa?” jawab cewek itu padaku.

Aku pulang duluan ya?” tanyaku lagi.

Ya” jawab edy datar.

Entah apa alasannya, setelah mendengar jawaban dari edy darahku langsung naik. Aku tidak perduli kenapa dan apa sebabnya emosiku langsung terpancing saat itu. Yang jelas aku sama sekali sedang tidak ingin dia berkata apapun kepadaku.

Apa masalahmu!?

Kalau kamu gak suka padaku bilang langsung ke mukaku! Kamu berani!?

Tahukah kalian bagaimana respon banci itu? Jangankan menjawab, menoleh ke arahku pun dia tidak berani. Aku benci dengan orang yang hanya besar mulutnya saja seperti dia. Dan melihat sikapnya yang hanya diam saja semakin membuatku kesal.

Aku kemudian menghampirinya, mencengkram kerah bajunya dan mendorong dia dengan cepat ke sudut ruangan.

Dengar, aku paling benci dengan cowok tapi ngomongnya kaya cewek!

Lain kali jika kamu ada masalah denganku, katakan langsung padaku!” ucapku tegas padanya.

Tidak lama, aku didorong ke belakang tiba-tiba. Tidak keras tapi cukup membuatku terdorong agak jauh dari edy saat itu.

Apa yang kamu lakukan!?

Kita disini lagi ngerjain tugas bareng bukan berantem!” ucap cewek itu padaku.

Bukan aku yang memulai!” ucapku membela diri.

Memang apa salahnya!? Emang bener kan kamu gak ngapa-ngapain disini!?” balas cewek itu.

Aku tidak bisa menjawab pertanyaannya lagi. Tidak ada yang salah dengan kata-kata cewek itu. Kehadiranku disini juga tidak menguntungkan apa-apa untuk mereka. Situasi yang sudah menjadi tidak kondusif seperti ini membuatku ingin segera pergi. Jika bukan karena 2 cewek ini sudah habis kupermak si bencong itu.

Aku memilih pergi dari tempat itu, sebelum aku bertindak lebih jauh.

Aku pulang, terserah kalau namaku dicoret dari kelompok ini” ucapku pada mereka.

Ternyata apa yang dibilang anak-anak benar ya, kamu orangnya kasar!?” ucap cewek itu tepat sebelum aku beranjak pergi.

Aku tidak perduli…

Keesokan harinya…

Hari ini kita presentasi ya” ucap Bu Nonik di kelas.

Bu Nonik adalah dosen yang kemarin memberikan tugas kelompok pada kami.

Yah bu, kok cepet banget?” ucap salah satu mahasiswa di ruangan.

Ya udah kalau gitu ibu kasih waktu setengah jam ya, terus siapa yang berani presentasi hari ini nanti boleh tidak ikut UTS!” tantang bu nonik.

Diantara keheningan dan kebimbangan seisi kelas hanya satu orang yang berani mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan sambil tersenyum dengan percaya dirinya.

Dilan?

Kamu sudah siap?

Dilan menganggukkan kepalanya tanda kalau dia sudah siap untuk presentasi hari ini.

Oke, berarti dilan dan kelompoknya yang akan presentasi hari ini ya

Ada kelompok lain lagi yang berani?” tanya bu nonik kembali.

Bu, kelompok saya siapa ya?” tanya dilan.

Kamu lupa siapa kelompokmu?

Siapa kelompoknya dilan?

Secara bersamaan edy, riris dan cewek itu mengangkat tangannya.

Kalian sudah mengerjakan tugasnya?” tanya bu nonik kembali.

Masih belum selesai bu” jawab riris.

Belum selesai? Terus bagaimana kalian mau presentasi dilan?” tanya bu nonik lagi.

Setengah jam kelar kok” ucap dilan kembali masih dengan senyum percaya dirinya.

Well, baiklah” jawab bu nonik

Dilan, kamu ngapain sih!? Kita belum kelar tau!?” ucap riris yang kemudian menghampiriku bersama edy dan cewek itu.

Memang tugasnya apa sih?” tanya dilan.

Sesaat riris, edy dan cewek itu bingung mendengar pertanyaan dilan. Namun karena sudah tidak ada waktu lagi, riris membuka laptopnya.

Dilan langsung mengambil laptop riris, melihat dan membaca tugas yang baru dikerjakan sebagian kemarin. Hanya sebentar dia melihatnya, dia kemudian melanjutkan tugas itu di laptopnya. Kemudian dia berhenti sebentar mengambil sesuatu di dalam tasnya, sebuah kaca mata, kemudian membersihkannya, dan selanjutnya kembali mengerjakan tugas itu dengan sangat lancar sekali.

Butuh waktu 20 menit, hanya 20 menit dia menyelesaikan tugas itu. Tugas yang kami kerjakan selama 2 jam lebih secara bersama-sama dan itu juga baru selesai setengah. Namun berhasil diselesaikannya hanya dalam waktu 20 menit.

Selesai! Kalau mau cek lagi silahkan

Sebelumnya isi dulu nama kalian di covernya” ucap dilan.

Masing-masing dari kami kemudian menuliskan nama kami di cover tugas itu. Edy yang penasaran dengan pekerjaan dilan kemudian melihat kembali kerjaannya. Dia hanya diam dan seakan tidak percaya setelah melihatnya.

Setelah 30 menit berlalu akhirnya sesuai janji kelompok kami akan mempresentasikan tugas kami. Satu-satunya kelompok yang akan presentasi dan satu-satunya kelompok yang jika presentasinya sukses akan dijamin bebas tidak mengikuti UTS nanti.

Siapa yang akan mempresentasikan tugas kelompok kami? Tentu saja dilan, karena dia yang berhasil mengerjakan setengah dari kerjaan kelompok itu. Dan anehnya dia melakukannya dengan senang hati.

Ada yang berbeda dari dirinya hari ini. Dia lebih banyak tersenyum, penampilan yang cukup berbeda, sangat percaya diri dan tentu saja sangat menonjol. Bagaimana dia mengerjakan tugas tadi dalam waktu sesingkat itu dan bagaimana dia mempresentasikannya yang luar biasa sangat lancar dan percaya diri sekali bahkan dalam menjawab pertanyaan sekalipun.

Dilan” sapa cewek itu.

Tadi terima kasih, karena kamu tugas kita kelar dan ya kita bebas dari UTS

Ya, sama-sama” ucap dilan sambil tersenyum.

Soal kemaren maaf ya sudah agak kasar?

Kasar?” tanya dilan sedikit agak bingung.

Ah lupakan” jawab dilan lagi.

Hhmm, ngomong-ngomong kita belum kenalan

Namaku Syafira” ucap cewek itu.

Dilan tersenyum dan menyambut tangan cewek itu.

Rafa


Yes, I am D.I.D

Yes, I am D.I.D

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2016 Native Language: Indonesia
D.I.D atau Dissociative Identity Disorder, kalian pernah mendengarnya? Kalau kalian mengatakan belum pernah maka aku pikir kalian akan langsung mengerti dengan Multiple Personality Disorder atau kepribadian ganda , ya itulah gw.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset