Ibu: “Kita arep opo to nduk nang mall ?”
Tanya ibuk.
Hening: “kita akan relax di SPA ya buk”. ujar hening.
Hening: “lah SPA iku opo, ibuk belum pernah tahu?”.
ujar ibuk dengan mimik lucu.
Hening: “SPA iku salon buk tapi yang lengkap, ibuk bisa perawatan apa saja disana,”.
hening menerangkan.
Ibu: “Oalah ibuk belum pernah nyalon loh nduk”.
ibuk dengan polosnya.
Hening: “Iya ga apa-apa buk”.
ujar hening lagi. Dan tak lama mereka sudah sampai di mall itu, hening dan ibuk memasuki mall itu dengan bergandengan tangan. Ada rasa hangat menyelimuti hati hening, sambil sesekali hening melirik pada wanita itu. Hening dan ibuk memasuki SPA yang ada di mall itu dan mereka memilih perawatan yang ringan.
Tiba-tiba ponsel hening berdering dan pesan masuk saat hening buka ternyata dari mas bima.
“📩terimakasih sudah mengajak ibuk pergi dan Maafkan saya,”.
hening hanya memandangi sms itu.
Setelah hampir 2 jam akhirnya mereka selesai dan setelah transaction mereka memilih menuju tempat makan yang dekat Dengan spa itu.
Hening: “Bagaimana buk segar?”.
Tanya hening.
Ibu: “Wah suwun nduk ibuk jadi ndak enak iki,”.
ibuk tersipu.
Hening: “Ga apa-apalah buk, ibuk suka saya ikut seneng. Sekarang kita makan baru kita pulang,”.
ujar hening lagi sambil memilih menu yang akan mereka santap.
Ibu: “Nak ai kemana selama ini ko ndak pernah kerumah ?”.
ibuk menatap hening.
Hening: “Oh sa saya tidak tinggal Indonesia lagi buk,”.
hening tergagap menjawab pertanyaan ibuk.
Ibu: “Oh begitu, mungkin kalau nak ai tidak pergi mas bima tidak…..”.
wanita itu menghentikan ucapanya dan nampak matanya berkaca-kaca.
Hening tersenyum
Hening: “Buk kami tidak berjodoh tapi kami masih berteman”.
Dan ibuk hanya mengusap-usap bahu hening.
“Mas bima dan mbak Nawang pasangan serasi buk dan mereka bahagia,”
ujar hening dan ibuk hanya tersenyum seperti menyimpan rahasia.
“Ibuk apakah istrinya mas bima baik pada ibuk?”.
Tanya hening dan hening hanya mendapatkan jawaban dengan lelehan air mata wanita itu. Hening hanya tertegun melihat wanita dihadapanya itu tetapi hening tidak ingin suuzon, maka selesai makan mereka kembali.
Ibu: “Nak ai akan menginap ?”.
Ibuk membuyarkan lamunan hening.
Hening: “Oh tidak bu saya tidur di hotel di malioboro bu,”. ujar hening sambil menggenggam tangan ibuk.
Ibu: “Nopo ndak tidur di rumah aja biar ibu masakkan nak ai,”.
Hening: “Tidak bu, mungkin lain kali saja bu”.
Ibu: “Yo wes kalau begitu,”.
Ibu sambil menepuk-nepuk tangan hening.
“Maafkan ibu dan mas bima ya nak” suara ibu lirih.
Hening: “Tidak ada yang perlu di Maafkan bu, semua bukan jodoh bu,” ujar hening memeluk ibu.
Sesampainya dirumah hening segera pamit pada ibu dan bapak yang baru bulang bekerja, juga mas bima dan istrinya.
“Nak ai tunggu”.
tiba-tiba ibu masuk kedalam, dan mas bima menatap hening dan hening hanya mengangkat bahunya, tak lama ibu keluar dengan bungkusan plastic dan menyerahkanya pada hening.
“Niki buat nak ai ya dirawat,”.
wanita itu memeluk hening dan hening tersenyum sambil membalas pelukan ibu.
Hening: “Ya sudah saya permisi”, “Assalamualaikum”.
Hening masuk kedalam taksi. Dalam perjalanan hening menitikkan air matanya ada perasaan lega dalam hatinya, hening meraih plastik pemberian ibu perlahan hening membuka plastic bag itu yang ternyata kain batik sutra yang sangat cantik. Hening tersenyum juga sedih, wanita itu amat baik padanya. Hening teringat beberapa tahun lalu saat hening demam ibu merawat hening dengan telaten, dan masih jelas dalam ingatan hening kata-kata ibuk.
Ibu: “Nduk bilang mas mu cepet rampungke kuliahne ndang nikah, ibu sudah tua,” ujar ibu sambil mengompres hening.
Hening: “Ibu yang sabar ya mas juga lagi usaha bu, biar dia bekerja dulu biar bisa buat ibu dan bapak bahagia”.
Hening memejamkan matanya seperti ada ribuan jarum menghujam dalam hatinya, mengingat tak pernah ada jawaban yang pasti dari mas bima tentang hubungan mereka, mas bima berdalih perbedaan yang ada antara mereka yang membuatnya minder. Sampai suatu hari seorang wanita menginvitenya di bbm yang ternyata mengaku pacar mas bima. saat hening tanyakan itu pada bima, bima hanya mengatakan jika wanita itu bebatas teman tidak lebih. hingga tiba saat hening harus meninggalkan negaranya untuk melanjutkan kuliahnya. jawaban bima bima yang tidak pasti dan tak sanggup menjalani hubungan jarak jauh membuat hening benar-benar mengubur perasaanya pada pria itu. Hening terisak tampa sadar.
“Njenengan tak apa-apa mbak” ujar sopir taksi itu,
“Oh injih pak maaf”.
hening tersipu.
Ponsel hening berdering sms masuk,
mas bima ” Kamu sudah sampai ai?, aku pengen ngomong sama kamu, bisa bertemu dimana?”.
Hening tak tahu harus menjawab apa, ditutupnya layar ponselnya. Tetapi tak lama mas bima calling.
Hening: “Hallo, iya saya masih di perjalanan”.
suara hening gemetar.
Bima: “Ai aku pengen ngomong loh iso ketemu ?”
Suara mas bima.
Hening: “Okay saya di alun-alun”.
ujar hening smbil meminta sopir taksi memutar arah ke alun-alun, hening berdiri di alun-alun yang masih ramai oleh sepeda becak yang berhiasakan lampu warna warni itu.
Tak berapa lama sosok itu muncul dengan sepeda motornya.
“Ai”
Bima melambaikan tanyanya, hening hanya tersenyum sambil duduk di trotoar alun-alun.
Bima: “Masih aja suka duduk sembarangan”.
Pria itu menyentuh kepala hening sambil duduk disamping hening.
“Ini Kesukaan kamu kan?”
Pria itu menyodorkan balon plastik berisi gula-gula.
Hening teringat saat mereka akan mendaki Gunung merbabu saat diperjalanan mereka melihat pasar malam desa di kaki gunung merbabu, lalu pria itu memutar balik sepeda motornya untuk membelikan hening gula-gula balon itu.
Hening hanya tersenyum mengingatnya.
Hening: “Hmm ya thank you, Ada apa?”.
Bima: “Maafkan saya ai,”.
pria itu menatap lekat hening.
Hening: “Tak ada yang perlu di Maafkan mas,” hening membuang pandanganya lurus.
Bima: “Aku ngrasa Bersalah ai”.
Hening: “Semuanya sudah terlambat dan sudah pilihanmu,”.
Ujar hening sambil memasukan gula-gula kemulitnya.
Bima: “Aku tahu ai, kamu bahagia dengan dia?”.
tiba-tiba mas bima menanyakan hal itu pada hening, Hening menatap lekat pria di hadapanya.
Hening: “Ya kami bahagia”.
Bima: “Oh..syukurlah,”.
ujar mas bima sambil menatap hening.
“Aku salah ai”.
suara pria itu parau, hening tak berkata apapun hanya fikirannya yang berkecamuk.
“Dia tak bisa akur dengan ibu ai, dia terlalu egois dan kekanak-kananakan ai, dia…”
Hening: “stop mas!!”.
Belum selesai mas bima bicara hening menghentikanya.
Hening: “Stop mas sudah cukup simpan saja itu masalah mu tolong jangan kasih tau saya tentang hal itu”.
“Jika itu yang ingin mas utarakan lebih baik saya pulang saja” ujar hening geram.
Bima: “Oke baik aku tak diem yo”.
Bima sambil memandang hening yang sedang mengunyah gula-gulanya.
“Bagus,” ujar hening.
“Makan gudeg pedes lagi mau ?”
Mas bima menawarkan makanan kesukaan hening itu.
“Sudah malam saya besok ada meeting takut kesiangan,”. hening beralasan.
“Oke sesok tak jemput yo” ujar pria itu tak menyerah.
Hening: “insyaallah,”.
“Loh tenan iki,” ujar mas bima lagi, dan hening hanya mengangkat bahunya.
Hening: “Saya balik hotel dulu mas sudah malam”
ujar hening sambil bangun dari duduknya.
Bima: “yo wes tak anter yo,”.
Hening: “Ga usah saya jalan kaki aja dekat” ujar hening.
Bima: “yo wes ayo”.
Bima menjajari langkah hening.
“Go,” ujar hening.
Sampai di hotel hening segera masuk tampa menoleh pada pria itu. Di kamarnya hening benar-benar meluapkan tangis yang sedari tadi berusaha di tahannya itu.
“Ya allah jauhkanlah hal-hal yang tidak baik ya allah”.
Bisik hening lirih sambil duduk bersimpuh di lantai untuk beberapa saat. Hening bergegas sholat dan setelah selesai hening mempersiapkan semua materi untuk meeting esok. Terdengar bunyi sms dari ponsel hening, diraihnya ponselnya dan membuka sms yang ternyata dari istrinya mas bima.
“mbak ai terimakasih sudah mengunjungi kami, Oya mbak bisa kah besok kita bertemu?”.
“sama-sama mbak, maaf sudah merepotkan, boleh tetapi saya ada meeting esok dan tidak tahu selesai jam berapa, insyaallah besok saya kabar lagi ya mbak, goodnight,”.
Suwun mbak”.
balas wanita itu dan hening mematikan ponselnya itu dan segera beranjak tidur.
Pagi…
Hari itu langit pagi Yogyakarta mendung dan hening sudah siap dengan harinya, dengan mengenakan khimar biru tosca lembut hening meninggalkan kamarnya untuk sejenak breakfast di lobby lalu menuju Rs. Sarjito.
“selamat pagi”.
Sapa hening pada petugas kebersihan saat berpapasan didepan kamarnya.
“Mbak ini sedikit untuk membeli jajan” ujar hening sambil menyelipkan lembar uang pada lengan wanita itu.
“selamat pagi juga mbak terimakasih mbak”.
ujar wanita itu dan hening hanya tersenyum memasuki lift.
Sesampainya di lobby hening menuju meja di sudut yang menghadap keluar, pagi itu hening tetap dengan menu sehatnya potongan buah dan sebutir telur yang disiapkan oleh hotel service, hening sarapan sambil mereview materi nya, dan hening menyala kan ponselnya dan beberapa pesan masuk lalu dibukanya satu persatu, lalu hening tersenyum ketika membuka pesan dari kekasihnya mas Andy.
” selamat pagi mbal saya, jangan lupa sarapan pagi sebelum beraktifitas ya, I love you mbal saya,”.
Hening tersenyum sambil menulis pesan.
Berikutnya hening membuka pesan dari istri mas bima
mbak ai jangan lupa nanti siang kita bertemu ya”.
Hening hanya menghela nafas, entah apa yang ingin dia katakan fikir hening.
insyaallah ya mbak ingatan saja” balas hening.
Tepat pukul 09: 00 hening bergegas meninggalkan hotel menuju tempat meetingnya.
Sore..
Tepat pukul 15: 30 Hening selesai meeting dan melihat ponselnya beberapa pesan dari mas bima dan istrinya, tak mungkin hening akan bertemu keduanya bersamaan fikir hening, akhirnya hening membalas pesan dari istri mas bima.
Hening: mbak saya sedang di seputar Rs. Sarjito mbak datang ke restaurants dekat
Rs. ya, saya tunggu”.
Dan tak lama muncul sosok wanita mungil itu.
Nawang: “Haii mbak ai”.
Hening: “haii”…Silahkan duduk “.
hening sambil mempersilahkan wanita itu duduk.
“Mbak mau pesan apa?”.
hening menyodorkan menu dan wanita itu hanya memesan jus buah, mata wanita itu berkaca-kaca yang membuat hening bingung,
“Apa yang mau mbak katakan?”
ujar hening to the point.
Nawang: “anu mbak,”.
wanita itu menyeka air matanya yang mulai membasahi pipinya hening memberi tissue,
“Mas bima mbak, mas bima tidak cinta sama saya mbak”…
(Wanita itu terisak,)
“Dia masih selalu mengungkit mbak, Maafkan saya sudah membuat mbak sama mas bima pisah”.
tangis wanita itu makin menjadi membuat beberapa pengunjung melirik pada kami.
Hening: “Sudahlah mbak jangan menangis smua sudah terjadi”.
Nawang: “saya tidak berfikir kalau akan begini mbak, saya menyesal”.
ujar wanita itu di antara isaknya,
Hening: “saya tidak tahu harus seperti apa, karna itu urusan rumah tangga kalian, saya tak ingin ikut campur mbak, karena saya juga memiliki kehidupan lain”.
“Mbak bicara sama mas baik-baik pasti dia akan mengerti”.
ujar hening lagi,
Nawang: “Sudah mbak tapi mas malah marah, saya tidak tahu harus bagaimana lagi mbak”.
wanita itu menggenggam tangan hening.
“Mbak tolong saya”.
Hening: “Sudahlah nanti saya fikirkan bagaimana baiknya, Pulanglah sudah sore”.
Nawang: “baik mbak saya permisi, terimakasih sudah mau menemui saya”.
ujar wanita itu sambil bangkit dari tempat duduknya lalu berpamitan dan mereka keluar bersama dari tempat itu, dan hening segera menuju hotelnya setelah mendapatkan taxi…..
dan kemudian……