Semoga kisah ini bisa menjadi contoh masih banyak orang baik disekitar kita. Nama dalam cerita tentu saja hanya karangan penulis.
*****
Pada suatu hari yang cerah, sinar matahari menerangi wajah Rukmi, seorang ibu muda yang berusia 28 tahun, saat ia memutuskan untuk mengunjungi rumah mertuanya. Hati Rukmi dipenuhi dengan keinginan yang tulus untuk mencari suaminya, Rudi, yang telah meninggalkan mereka beberapa bulan yang lalu tanpa alasan yang jelas.
Dengan tekad bulat, Rukmi memilih untuk menggunakan layanan ojek online bernama Bagus, yang diharapkan bisa membuat perjalanan mereka lebih nyaman. Rukmi dengan cermat memasukkan alamat tujuan ke dalam aplikasi, dan dalam waktu singkat, seorang pengemudi ojek online tiba di depan pintu rumah mereka. Bagus, namanya, seorang pria ramah dengan senyuman yang hangat di wajahnya.
Tak lama kemudian, Rukmi, Andi yang berusia 5 tahun, dan Bunga yang berusia 3 tahun naik ke motor Bagus, memulai perjalanan mereka. Melewati jalan-jalan yang ramai dengan lalu lintas, mereka sambil berbincang dengan Bagus tentang kehidupan sehari-hari dan pencarian Rudi yang hilang. Bagus terlihat begitu simpatik dan memberikan beberapa saran yang berharga kepada Rukmi, menumbuhkan harapan bahwa mereka akan menemukan Rudi.
Setelah perjalanan yang cukup lama, mereka akhirnya tiba di rumah mertua Rukmi. Rukmi segera turun dari motor dengan cepat dan memeluk anak-anaknya dengan rasa lega yang mendalam. Namun, ketika mereka memasuki rumah mertua, suasana berubah secara drastis. Rukmi dan anak-anaknya disambut dengan sikap sinis dan tidak ramah dari keluarga mertua.
“Mengapa kamu datang kemari? Suamimu pergi karena kamu tidak bisa menjaga keluarga dengan baik!” seru ibu mertua Rukmi dengan amarah yang memuncak.
Dalam kebingungan dan sedih, Rukmi berusaha menjelaskan situasi mereka, tetapi keluarga mertuanya tidak bersedia mendengarkan penjelasannya. Mereka dengan kasar mengusir Rukmi dan anak-anaknya dari rumah. Rukmi yang penuh kekecewaan membawa Andi dan Bunga keluar rumah, duduk di pinggir jalan, tak tahu harus berbuat apa.
Namun, pada saat yang sama, Bagus, sang pengemudi ojek online yang melihat kejadian itu, merasa iba dan tergerak hatinya untuk membantu Rukmi dan anak-anaknya. Ia ingin mencari bantuan dari yayasan di sekitar sana.
Dengan hati yang hancur, Rukmi duduk di tepi jalan, memeluk erat Andi dan Bunga yang mulai menangis kecil. Sambil menahan tangisnya sendiri, ia mencoba menghibur mereka, sembari merenungkan langkah selanjutnya.
Tak lama kemudian, Bagus datang mendekati mereka dengan langkah lembut. “Maafkan saya, Bu Rukmi. Saya sangat prihatin melihat keadaan ini. Saya telah mencoba mencari bantuan dari yayasan di sekitar, namun mereka menolak karena membutuhkan data yang lengkap,” ujar Bagus dengan rasa penyesalan yang tulus.
Wajah Bagus terpancar senyuman lembut. “Saya punya ide. Bagaimana jika kita mencoba menghubungi KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) langsung, dan saya akan mengantarkan ibu ke Polsek terdekat? Mereka mungkin bisa memberikan saran atau membantu dengan prosedur yang lebih sederhana.”
Rukmi mengangguk, wajahnya yang sedikit terangkat oleh harapan baru. “Baiklah, mari kita coba. Setidaknya, kita tidak akan menyerah begitu saja.”
Mereka mengambil telepon genggam Rukmi dan mencari nomor kontak KPAI. Rukmi menekan nomor tersebut, dan suara pria di seberang sambungan menjawab panggilan itu. “Halo, KPAI. Ada yang bisa saya bantu?”
Rukmi dengan tersedu-sedu menjelaskan situasi mereka. “Suami saya pergi tanpa alasan yang jelas, dan ketika saya mencoba mencarinya, saya malah diusir dari rumah mertua. Kami membutuhkan bantuan untuk melanjutkan pencarian, dan saat ini kami tidak punya tempat tinggal. Saya sudah diusir dari kontrakan dan saya harus membawa dua anak kecil saya.”
Pria di seberang telepon mendengarkan dengan hati yang penuh pengertian. “Saya benar-benar memahami situasimu, Bu Rukmi. Jangan khawatir, kami akan memberikan bantuan yang Anda butuhkan. Silakan datang ke kantor KPAI terdekat, dan kami akan membantu Anda dalam proses ini.”
Rukmi merasakan beban di dadanya meringan. “Terima kasih banyak, Pak. Kami akan segera datang, mungkin kami akan ke polsek terlebih dahulu.”
Setelah menutup telepon, Rukmi melihat Bagus dengan senyuman. “Sepertinya ada harapan lagi, Bagus. Kita akan pergi ke kantor Polsek dan KPAI, dan mencari bantuan dari mereka.”
Bagus mengangguk dengan penuh keikhlasan. “Saya akan menemani Anda dan anak-anak. Kita akan melalui ini bersama-sama.”
Rukmi mengucapkan terima kasih sekali lagi pada Bagus atas dukungannya. Mereka berjalan bersama menuju kantor KPAI, dengan percikan harapan yang baru membara di dalam hati mereka. Di tengah perjalanan, Rukmi menyadari bahwa meski sedang menghadapi tantangan yang besar, ada orang-orang baik seperti Bagus yang dengan ikhlas bersedia membantu, sehingga ia tidak lagi merasa sendirian.
Setelah semua masalah terselesaikan dengan bantuan dari pejabat negara setempat, baik itu Polsek, Dinas Sosial, maupun KPAI, Bagus tersenyum bahagia. Ia merasa senang dan terpuaskan karena telah bisa membantu dan menolong orang lain, meskipun awalnya ia hanya mengharapkan rezeki dari orderan yang diterima. Namun, apa yang ia peroleh jauh lebih berharga daripada yang ia bayangkan.
Kebahagiaan yang dirasakan saat menolong orang lain, itulah yang meliputi hati Bagus. Motor tua yang menjadi sumber penghasilannya kini melaju dengan penuh ketenangan, sambil berharap Tuhan akan memberikan rezeki yang berbeda melalui jalan yang tak terduga kepada anak dan istrinya yang menunggu dirumah.