Setelah membaca surat itu, cia terdiam sejenak dan tertunduk. Cukup lama kami berdua terdiam, gue gak berani ngomong apa-apa. Pasti ada yang salah dengan suratnya.
“Sekarang udah jelas semua do..”
“Sorry kalau bisa buat hub lo sama andri bisa runyem”.. jawab gue
“Stopp bilang nama andri, gue udah gak apa-apa sama dia.” Bentak cia,
“_________” gue
“Ini kalung juga kalung lo kan?. Ini kalung kesayangan lo kan? Dan lo kasih ke gue karena gue bearti bagi lo kan?” tanya cia
“iaahh” jawab gue pelan.
“Sekarang kalung ini gue balikin” ternyata cia pakai kalung itu dan dia copot kalungnya.
“Gue kasih ke lo lagi, karena sekarang lo bearti bagi gue” lanjutnya sambil kalungin keleher gue
“_____” tersentak kaget ucapan cia.
“ dan lo harus cepat sembuh” senyumnya lebar.
“ maksdnya tadi?” tanya gue heran
Cia pun tak jawab pertanyaan dan hanya kasih senyum manis, sungguh manis saat itu. Senyum lama yang gak gue lihat. Tak lama reka shanty sama tante pun dateng, kami ngobrol sebentar dan cia reka shanty pun pamit. Dan masih kepikiran terus perkataan cia, tante kasih foto yang dan secarik kertas yang di temple di belakang tulisan
“Karena mencintai dan menyayangi seseorang tanpa perlu alasan khusus, tapi alasan yang pasti melihat orang yang kita sayangi bahagia walau cinta itu tak harus memiliki.”
“Kepada sebuah nama, buatlah menjadi sederhana. Jangan menumbuhkan cinta jika memang tak ada cinta. Dariku yang menerima sebagai pengagumku.”
Tulisan itu yang terdapat di secarik kertas di belakang foto, entah siapa dan satu nama yang terlintas yaitu cia. Apa mungkin cia…. Aah sudah lah.. gue tanya langsung aja. Pikir gue. Hari pun berlalu dan gue di perbolehin pulang, dan sekarang sudah 1 bulan. Gue udah mulai pulih, dan masih pertnyaan besar apakah ada rasa yang tuh di cia ke gue atau tidak.
Keesokan harinya, dapat sms ternyata cia dan dia ajak ketemuan di taman dekat perumahan cia. Gue pun setuju dan malamnya langsung kesana, terlihat cia duduk dan suasana lumayan sepi.
“hmm hi..” sapa gue
“hi,, gue kira gak datang” jawabny
(obrolan ringan pun berlangsung)
“anu… kemarin yang di RS lo yang tulis di balik foto itu?”
“yang mana? Yang di kertas?” tanyanya
“ia” jwab dia singkat
“maksdnya apa gue bner gak ngerti” tanya gue.
“Ah dodol….. ihh betein ah, itu surat balasan surat yang lo kasih” jawabnya tertunduk.
Gue baru tersadar itu sebuah jawaban, dan hari ini cia meminta gue jujur apakah perasaan itu masih ada. Ia meminta perasaan itu dan mau menjaganya dan juga sebaliknya. Pertemuan hari ini tak percaya, dimana gue dan cia di pertemukan dengan cara seperti ini.
***2 tahun kemudian***
Hubungan kami sudah terjalin 2 tahun lamanya, kini cia membuka butik sedangkan gue di percaya tante buka cabang di kampung halaman dan gue sebagai ngawasinnya. Tak apa untuk kali saling berjauhan dan pulang ke alamat berbeda, demi untuk pulang ke 1 alamat yang sama. Itulah janji gue kecia.
“Suratan takdir tak akan berubah, karena tuhan mendengar setiap doa kita dan tidak selalu kasih apa yang kita inginkan, tetapi apa yang terbaik serta butuhkan saat ini.”