Pelet Hitam Pembantu episode 1

Chapter 1

“Bruk!”

Sekonyong-konyong sebuah tas pakaian besar sarat isi menimpa tubuh mungil wanita berambut sebahu itu. Tak dikancingkannya retsleting dengan benar, hingga sebagian isinya berhamburan keluar.

“Aduh!”

Wanita itu urung menutup wajah dan tubuhnya dari lemparan tas besar, hingga sempat mengenainya dan membuat tubuhnya tampak sesaat limbung, dan kemudian terjatuh duduk dengan lutut menghantam aspal jalanan.

“Ahhkhh!”

Diusapnya lutut yang memar dan berdarah dengan telapak tangan kanan. Lalu diusapnya wajahnya yang terkena lemparan tas berat tersebut. Menyisakan sedikit memar di dahi.

“Mas! Apa yang kau lakukan Mas?” tanya wanita bernama Yati itu sembari terisak. Dipungutnya isi tas yang berhamburan seraya berlinangan air mata.

“Aku tak butuh kau lagi wanita kampungan. Sana pergi sebelum aku muntah melihatmu!” hardik si lelaki dengan kasar.

“Mas! Kita bisa bicarakan ini baik-baik.” ucapnya dengan nada memohon.

“Cuih! Tak ada lagi yang perlu dibicarakan. Silakan pergi. Bawa tubuh kotormu bersama laki-laki bajingan itu!” hardik si lelaki dengan kasar.

“Brak!” ditutupnya pintu gerbang dengan kasar.

“Mas! Aku ini masih istrimu Mas. Mas!” buru Yati dengan air mata terus berlinangan.

Arman berhenti sebentar. Lalu menengok.

“Sekarang tidak lagi. Kau kuceraikan!!”

“Dengar kamu? Kita bercerai!” ucapnya keras seraya terus berlalu. Masuk dan mengunci rapat pagar besi yang kokoh itu.

“Mas! Mas Arman! Huhuhuuuu….” isak Yati didepan pagar yang terkunci rapat.

Tak dihiraukannya panggilan Yati. Terus saja dia berlalu meninggalkan Yati yang terpaku di depan gerbang besi dengan air mata yang tak habis-habisnya menetes. Hingga ia akhirnya jatuh menggelosor dibawah pagar besi yang sudah terkunci dari dalam.

Sungguh ia tak menyangka bahwa sikap suaminya begitu jauh berubah. Padahal dulu ia sangat memanjakannya. Tak pernah sekalipun Arman memarahinya. Segala permintaannya selalu diturutinya. Namun semua berubah sejak sebulan lalu. Saat seorang wanita muda mulai mengisi hari-harinya. Wanita muda yang selalu berpenampilan menggoda, dengan bibir merah merekah dan baju yang selalu saja tampak memamerkan isinya. Dan yang lebih membuatnya sakit hati, wanita itu adalah Isma, adik tirinya. Adik yang semula ditampungnya, namun berubah menjadi benalu yang menghancurkan rumah tangganya.

Ia telah dijebak. Siang itu, sepulangnya dari pasar dalam keadaan haus dan lapar ia dengan senang hati menerima segelas es buah pemberian Isma dengan hati gembira. Tanpa pikir panjang diteguknya es buah itu sampai habis.

Namun, rupa-rupanya tak ada kebaikan yang tersisa sedikitpun dalam hati adik tirinya itu. Tanpa disadari oleh Yati, minuman itu telah dibubuhkan semacam obat tidur.

Dan terjadilah hal yang menimpanya saat ini. Karena di saat Yati pulas tertidur, Isma telah memanggil seorang lelaki bayaran untuk menodainya.

“Jadi inikah kesetiaan yang selalu kau bangga-banggakan itu? Hai wanita sundal?” hardik Arman suaminya kasar seraya menunjukkan foto dirinya bersama seorang lelaki dalam keadaan paling memalukan.

“Tapi aku sama sekali tak melakukannya Mas. Aku bisa buktikan.” Isak Yati menahan perih.

“Buktikan apalagi? Buktikan kalau kamu pun masih laku untuk bisa menjual diri? Cuih! Perempuan murahan!”

“Tapi sungguh Mas. Aku sungguh tak kenal lelaki itu. Sungguh Mas!” ratap Yati seraya memeluk erat lengan bahu Arman.

“Jangan kau sentuh aku lagi! Telah kuharamkan kulitku kau sentuh hai wanita murahan!” ucap Arman seraya menyingkirkan genggaman tangan Yati.

“Tapi Mas!”

“Plak!”

Sebuah tamparan keras menghantam pipi kiri Yati diiringi satu tendangan mengarah ulu hatinya.

Yati sama sekali tak berani melawan. Percuma baginya melawan saat ini. Yang dibutuhkan adalah redamnya emosi agar kemarahan itu tak semakin menjadi.

Yati bangkit. Terlihat darah mengalir dari bibirnya yang pecah akibat tamparan tadi. Arman tak peduli. Senang ia bisa membuat Yati terluka. Sebuah senyuman sinis menyeringai dari bibirnya yang biasanya selalu tampak lembut.

“Keterlaluan kamu Yati. Kamu sudah menodai kesucian pernikahan ini.” ujar Arman lagi dengan geram. Tampak otot-otot di tangannya menggelembung. Begitu juga rahangnya yang tampak menegang.

“Isma yang telah menjebakku Mas.” didekatinya suaminya itu, dan hendak dipeluknya lagi erat tangan kokoh itu.

“Jangan sampai tangan kotormu itu menyentuhku. Tlah kuharamkan itu!” bentaknya seraya mengenyahkan tangan Yati dari lengannya.

“Dan satu lagi!” terlihat telunjuk tangan Arman mengenai keningnya.

“Jangan coba-coba mengalihkan kesalahanmu pada orang lain. Termasuk Isma adikmu itu.”

“Lebih baik aku memilih dia daripada wanita kotor sepertimu!”

Kembali didorongnya tubuh Yati hingga terjerembab mencium lantai.

“Mas!” Isak Yati sembari berpegangan pada pintu pagar.

Tampak dari balik kaca jendela, Isma adik tirinya tersenyum puas penuh kemenangan. Dikalungkannya tangan kanan pada pundak Arman suaminya. Dan terlihat mata licik itu mengerling padanya. Dan yang lebih menjijikkan lagi, Arman tampak memegang dagu Isma mesra, dan sesaat kemudian terlihat keduanya berpagutan mesra.

Yati membuang muka. Jijik ia melihat kelakuan dua manusia biadab itu. Marah rasanya. Namun tak kuasa melawan. Ia sudah ditalak oleh suaminya. Tak ada lagi haknya untuk marah dan cemburu. Ia harus berubah.

Dikuatkannya hati, dan berseru,

“Baik Mas Arman. Ku akui, aku kalah kali ini. Tapi tunggu satu saat nanti. Akan kubuat kau menderita. Kupastikan kau akan merengek di hadapanku.” ujarnya tegas setelah sebelumnya menghapus sisa-sisa air mata di pipi.

“Dan kau Isma. Yakinlah bahwa karma itu nyata. Tunggu saja!”

Yati melangkah gontai meninggalkan bangunan besar yang dulunya pernah ia menjadi ratu di dalamnya. Yang kini ia harus pergi tanpa sedikitpun boleh membawa sisa-sisa kenangan didalamnya. Ia harus pergi. Tanpa perlu menengok lagi. Apalagi untuk kembali. Biarlah kenangan itu berlalu. Tak usah dikenang lagi.

Berjam-jam lamanya ia berjalan tanpa tahu kemana kaki harus dibawa. Masih belum bisa ia menerima jika kebahagiaannya harus direnggut dalam waktu sesingkat ini. Dan kebahagiaanya direnggut oleh adik tiri dan suaminya sendiri. Suatu hal yang sungguh diluar akal sehat sebagai sesama manusia.

Lelah berjalan, dihempaskannya begitu saja tubuhnya di bangku taman. Bangku yang sengaja dipersiapkan pemerintah setempat bagi orang-orang yang berniat istirahat sesaat sebelum melanjutkan perjalanan.

Namun, baru beberapa saat dia duduk, tiba-tiba dari arah belakangnya terasa sebuah tepukan.

“Hei, cantik. Mau kemana malam-malam begini?” ujar sesosok pria gondrong dengan mata mengerling nakal. Bau asap rokok dan aljohol terasa begitu menyengat dari mulut lelaki itu.

“Oh, ma-maaf. Maaf. Saya akan segera pergi.” ujar Yati seraya buru-buru mengangkat tasnya dan bersiap pergi.

Namun tak disangka, lelaki itu bergegas bangun dan dengan sigap mencekal tangan halus Yati.

“Mau kemana sih buru-buru? Disini saja temani Abang. Kebetulan Abang juga lagi kesepian nih.” ujar si lelaki seraya terkekeh.

Yati ketakutan. Ditariknya tangannya untuk terbebas. Namun cekalan pria itu begitu kuat. Dan semakin ditarik, semakin pula tangan itu menahan.

“Hehehe….senang juga mendapatkan mangsa cantik begini. Masih muda lagi. Apalagi tenaganya cukup kuat. Ohohoho…..bikin Abang makin nggak tahan nih….” ucap pria itu seraya menarik tubuh Yati mendekatinya.

“Eh, lepaskan! Lepaskan! Atau aku berteriak nih.”

Tak digubrisnya ancaman Yati. Terus saja ditariknya tubuh mungil itu hingga terjerembab dalam pelukan si lelaki.

Yati semakin ketakutan. Belum pernah ia sedekat ini dengan lelaki selain suaminya. Dan dengan dikuatkan hatinya, digigitnya dada pria itu sekuat tenaga.

“Aaaaaaaaa…..sakit!” ujar lelaki itu seraya melepaskan pelukannya, yang dimanfaatkan Yati untuk lari sejauh-jauhnya.

Begitu kencang larinya, hingga tak disadarinya kini ia telah ada di jalan raya, dan saat ia berbelok di suatu sudut, tiba-tiba,

“Brakkk!”

Tubuh mungil Yati terhantam sebuah mobil sedan hitam yang meluncur cukup keras, hingga terpelanting beberapa meter ke depan.

Tak cukup sekali dirinya terhantam, ia terpental ke ujung jalanan. Dan lagi-lagi nahas menimpanya. Sebuah sepeda motor yang tengah melintas urung menghindar. Punggungnya terhantam setang motor mengakibatkan limbung. Dan sedetik kemudian ia jatuh terkapar.


Pelet Hitam Pembantu

Pelet Hitam Pembantu

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Sekonyong-konyong sebuah tas pakaian besar sarat isi menimpa tubuh mungil wanita berambut sebahu itu. Tak dikancingkannya retsleting dengan benar, hingga sebagian isinya berhamburan keluar."Aduh!"Wanita itu urung menutup wajah dan tubuhnya dari lemparan tas besar, hingga sempat mengenainya dan membuat tubuhnya tampak sesaat limbung, dan kemudian terjatuh duduk dengan lutut menghantam aspal jalanan.Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset