Reinkarnasi Dewi Keabadian Episode 20

Chapter 20

Lian Wei menatap kepergian Yi Yuen dengan penuh pengharapan. Setidaknya, dia sangat berharap agar gadis yang menurutnya mempunyai kelebihan itu bisa membantunya. Walau dendam menyelimuti hatinya, tapi dia tidak ingin larut dalam rasa dendam yang akan membuat arwahnya menjadi sosok yang jahat. Dia ingin segera mengungkapkan perilhal kematiannya dan meninggalkan dunia arwah dan kembali bereinkarnasi menjadi manusia seutuhnya.

Setibanya di goa, Yi Yuen lantas melakukan tugasnya seperti biasa. Dengan cekatan, dia mulai menyiapkan ramuan obat agar Kangjian dapat segera sembuh dan mereka bisa kembali ke desa.

Kangjian, kini berbaring dengan tatapan mata yang tak lepas dari Yi Yuen dan Zhi Ruo yang telaten merawatnya. Lelaki itu berusaha menahan rasa sakit akibat luka yang dideritanya. Apalagi saat Zhi Ruo menempelkan tumbukan tanaman obat di atas luka yang masih bernanah, dia mengepalkan kedua tangannya dengan suara erangan halus yang terdengar.

“Bersabarlah, lukamu pasti akan sembuh. Untuk saat ini, kamu harus banyak beristirahat,” ucap Zhi Ruo setelah menempelkan tanaman obat dan menyeka butiran keringat di dahi Kangjian.

Pemuda itu menatap Zhi Ruo dan tak lama dia mengalihkan pandangannya ke arah Yi Yuen. Sejenak, wajahnya terlihat sedih dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Kedua tangannya mengepal karena mengingat sahabat-sahabatnya yang telah berpisah dengannya.

“Nyonya, terima kasih karena sudah menolongku. Aku rasa, sudah cukup kalian membantuku. Sudah dua hari kalian merawatku di dalam goa ini dan aku tidak ingin membuat kalian terus ada di sini. Teman-temanku mungkin telah mati dan aku tidak ingin membuat kalian menderita karena mencoba menolongku.”

Mendengar ucapannya, Zhi Ruo hanya tersenyum sambil mengambil air rebusan tanaman obat yang sudah disiapkan oleh Yi Yuen. Wanita yang masih terlihat cantik itu lantas mendekat ke arahnya dan membantunya untuk duduk. “Minumlah ramuan obat ini. Setelah itu, istirahatlah.”

Kangjian masih terpaku pada kebaikan kedua wanita yang baru dikenalnya itu. Dengan tangan yang gemetar, dia mengambil ramuan obat dan meneguknya dalam sekali tegukan. Walau terasa pahit, lelaki itu mencoba untuk menahannya demi kesembuhan dirinya.

Yi Yuen menatap Kangjian yang masih bersandar di dinding goa. Wajahnya cukup tampan dengan tulang pipi yang kekar, tapi bukan itu yang menjadi perhatiannya, melainkan kisah dibalik kehidupan pemuda yang telah dianggap sebagai perampok yang sangat kejam. Karena penasaran, Yi Yuen mencoba untuk mencari tahu kebenaran dibalik kisah dari pemuda yang kini menatap ke arahnya.

“Apa ada yang ingin kamu tanyakan padaku?” tanya Kangjian yang seolah paham dengan arti tatapan dari gadis yang kini melihat ke arahnya.

Yi Yuen masih menatap Kangjian dengan sorot matanya yang tajam dan dia bisa menemukan kejujuran dari sorot mata pemuda itu. “Aku tahu kalian bukanlah perampok kejam seperti yang dibicarakan warga desa di dekat hutan ini. Aku tahu kalau kalian hanya ingin mencari keadilan untuk desa kalian yang sudah dibantai perampok-perampok itu. Apa yang aku ucapkan ini tidak salah, kan?”

Sontak, Kangjian terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Selama ini, mereka dikenal sebagai perampok kejam hingga dikejar oleh prajurit istana. Dan tidak ada satu pun yang tahu alasan mereka bersembunyi di dalam hutan, tapi gadis yang duduk di depannya tahu segalanya tentang mereka. “Darimana kamu tahu semuanya? Kami tidak pernah memberitahukan misi kami pada siapa pun, tapi kenapa kamu bisa tahu itu?” tanya Kangjian yang terlihat penasaran.

“Kamu tidak perlu tahu dari mana aku tahu semuanya, tapi aku tahu siapa yang kamu incar dan aku bisa membantumu.”

Ucapan Yi Yuen kembali membuatnya terkejut. “Apa maksudmu? Apa kamu tahu siapa yang aku cari?”

“Aku tahu dan aku juga tahu dia ada di mana. Kalau mau membalaskan dendammu, maka segeralah sembuh. Setelah itu, kita temui dia karena aku juga punya urusan dengannya.”

Zhi Ruo yang sedari tadi mendengar percakapan mereka cukup terkejut dengan ucapan anaknya itu, tapi dia berusaha untuk mengerti karena Yi Yuen mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Tak perlu meminta penjelasan dari sang putri, karena Yi Yuen dengan sendirinya akan menjelaskan padanya. Walau khawatir, tapi Zhi Ruo berusaha menghilangkan rasa kekhawatirannya dengan memercayai apa yang akan dilakukan oleh putrinya itu.

Sudah lima hari mereka berada di dalam goa itu dan selama itu pula luka yang diderita Kangjian berangsur pulih. Walau belum pulih total, tetapi pemudai itu sudah bisa berdiri. Di depan mulut goa, dia berdiri sambil memandang ke sebelah kanannya dengan anak panah yang sudah siap dilesatkan ke arah seekor kelinci yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

Perlahan, anak panah yang sudah terkait di tali busur ditarik olehnya. Walau masih merasakan sakit di lengannya, tapi dia berusaha untuk menahannya hingga anak panah itu terlepas dan menancap di atas tanah. Tembakan anak panahnya meleset. Sementara kelinci itu sudah berlari dan menghilang di balik semak.

“Jangan memaksakan diri. Lagipula, kita tidak butuh kelinci itu karena kami sudah memutuskan untuk kembali ke desa.” Yi Yuen kini berdiri di belakangnya. Punggung pemuda itu tampak lebar saat membelakangi Yi Yuen. Tak hanya itu, ternyata postur tubuhnya sangatlah gagah. “Bersiaplah karena kamu akan ikut bersama kami,” lanjut Yi Yuen.

Yi Yuen lantas masuk ke dalam goa dan membantu ibunya mengemas tanaman obat yang sudah dikumpulkannya selama ada di dalam hutan. Setelah selesai berkemas, mereka bertiga lantas meninggalkan goa dan berjalan menyusuri area hutan, hingga tiba di perbatasan desa.

Melihat kedatangan mereka, Ling lantas memeluk Yi Yuen dan Zhi Ruo dengan perasaan lega. Bagaimana tidak, gadis yang terlihat awet muda itu sangat mengkhawatirkan kondisi kedua majikannya karena sudah beberapa hari belum kembali. Walau khawatir, tapi dia yakin mereka akan baik-baik saja karena dia tahu Yi Yuen tidak akan membiarkan ibunya mengalami kejadian buruk.

Melihat Ling yang heran dengan kehadiran Kangjian di antara mereka membuat Zhi Ruo menceritakan tentang pemuda itu. Begitu pun dengan Yi Yuen yang mulai menceritakan perihal Kangjian dan sosok arwah yang ditemuinya di dalam hutan.

“Jadi, orang yang membunuh penduduk di desa Kangjian dan membunuh lelaki yang arwahnya penasaran di dalam hutan adalah orang yang sama?” Yi Yuen mengangguk. “Jadi, karena itu kamu mengajak Kangjian tinggal bersama kita?”

Kembali Yi Yuen mengangguk. “Bibi, kita harus segera menemukannya dan aku tahu di mana kita bisa mencari tahu tentangnya. Jika hingga purnama ini berlalu tanpa kita menemukan dan mengungkap kejahatannya, maka arwah Lian Wei akan berubah menjadi arwah yang jahat dan sulit untuk dikalahkan karena dendam yang hampir menguasai dirinya. Karena itu, bagaimanapun caranya kita harus menemukannya.”

“Kalau begitu, aku akan membantumu. Apa nyonya juga sudah tahu hal itu?”

“Iya, Bi. Ibu sudah tahu dan mulai besok aku sudah harus bergerak.”

Benar saja, keesokan harinya, Yi Yuen mulai mencari tahu tentang keluarga Wei. Ternyata, cukup mudah untuk mendapatkan informasi tentang keluarga itu. Rumah besar dengan halaman luas dan penjagaan yang cukup ketat menjadi ciri khas rumah itu. Di depan pintu utama, terlihat dua orang penjaga yang tak pernah meninggalkan tempat itu. Setiap empat jam sekali, mereka saling membagi tugas untuk menjaga pintu utama.

“Sepertinya, sangat sulit untuk bisa masuk ke rumah mewah itu. Apa yang harus aku lakukan agar bisa masuk ke sana?” batin Yi Yuen yang sementara memerhatikan dari balik pohon. Tak lama kemudian, pintu utama terbuka. Seorang lelaki dengan penampilannya yang mewah dan seorang wanita yang terlihat cantik berjalan keluar bersamaan. Kedua penjaga yang sedari tadi berdiri lantas menunduk memberi hormat pada mereka.

Keduanya terlihat begitu mesra. Sang wanita tak melepaskan rangkulan tangannya dari lengan lelaki itu. Bahkan, dia bersikap sangat manja sambil memberikan senyuman terbaik kepada lelaki itu.

“Suamiku, sebentar malam adalah perayaan ulang tahun putra kita. Karena itu, cepatlah kembali.” Wanita itu berlaku manja sambil memeluk lengan suaminya yang sedari tadi tersenyum melihat tingkahnya.

“Baiklah, istriku. Setelah menyelesaikan urusanku, aku akan segera kembali.”

Setelah mengecup dahi istrinya, lelaki itu lantas menaiki seekor kuda berwarna hitam yang sudah menunggunya di depan pintu dan perlahan meninggalkan rumah itu diiringi lambaian tangan istrinya. Setelah suaminya pergi, wanita itu kemudian masuk ke dalam rumah dan kembali pintu utama ditutup dan dijaga oleh dua orang pengawal.

“Kenapa kamu masih berdiri disitu? Ayo, kita kejar dia!”

Yi Yuen terkejut saat suara seorang pemuda mengagetkannya. Dengan menunggangi seekor kuda, Kangjian sudah berdiri di depannya. Tanpa bertanya, Yi Yuen lantas naik ke atas punggung kuda dan duduk di belakangnya. Dengan lincahnya, Kangjian mulai memacu kudanya dan mengikuti lelaki itu yang mulai menjauh.

Di depan sebuah rumah bordil, mereka berhenti. Lelaki tersebut rupanya mendatangi rumah bordil yang cukup terkenal karena memiliki wanita-wanita yang sangat cantik dan menarik. Tak hanya itu, bahkan dia disambut dengan tawa manja beberapa orang wanita yang berjalan ke arahnya. Dengan rayuan dan senyuman menggoda dari wanita-wanita itu membuatnya tersenyum sambil mengeluarkan sekantong uang dari balik jubahnya.

Rupanya, dia sudah terbiasa datang ke rumah bordil itu. Buktinya, mereka menyambutnya dengan sambutan yang berbeda. Bahkan, dia meraih tangan salah satu wanita yang tersenyum padanya dan meraihnya dalam pelukan. “Aku merindukanmu. Ah, aku harus mencari alasan agar aku bisa bertemu denganmu.” Dia lantas menarik tangan wanita itu dan menuju sebuah kamar yang berada di lantai atas.

“Lelaki berengsek! Rupanya dia juga bermain gila di tempat ini.” Yi Yuen terlihat kesal. Sementara Kangjian masih bisa mengontrol emosinya. Melihat lelaki itu, rasa amarah dan dendam seketika membuncah, tapi dia berusaha menahan rasa marahnya itu dan menunggu waktu yang tepat untuk bisa membalaskan dendamnya.

“Sebaiknya kita kembali,” ucap Kangjian. Mereka kemudian meninggalkan tempat itu. Baru beberapa langkah, kuda mereka berhenti karena di depan mereka sudah berdiri seorang pemuda yang menunggangi kuda sambil menatap ke arah mereka.

“Ada apa? Kenapa kamu berhenti?” tanya Yi Yuen saat Kangjian tiba-tiba menghentikan kudanya. Kangjian hanya terdiam dan Yi Yuen mulai paham saat melihat lelaki yang kini menghalangi jalan mereka. “Ah, lelaki itu!”

“Nona, kita berjumpa lagi,” sapa lelaki tersebut sambil berjalan perlahan dan menyejajarkan posisi kudanya di samping Yi Yuen. “Apa yang kamu lakukan di tempat ini? Jangan bilang kalau kamu …. ”

“Apa kamu pikir aku salah satu wanita dari tempat ini? Maaf, aku bukan wanita seperti itu. Dan kamu sendiri, apa jangan-jangan kamu adalah pelanggan di sini?” sindir Yi Yuan yang membuat lelaki itu tersenyum.

“Ah, maafkan aku karena sudah membuatmu berpikir seperti itu. Namaku Wang Wei, kalau tidak keberatan, apa boleh aku tahu siapa namamu? Rasanya tak pantas jika kita saling mengenal, tapi tidak tahu menahu nama kita masing-masing.”

Mendengar nama lelaki itu, Yi Yuen teringat dengan Lian Wei, sosok arwah yang ditemuinya di dalam hutan. Sekilas, nama mereka memiliki marga yang sama. Tak hanya itu, wajah mereka juga tak jauh berbeda dan memiliki sedikit persamaan. Karena penasaran, Yi Yuen mulai mencoba mencari tahu tentang lelaki tersebut. Namun, belum sempat dia bertanya, Wang Wei kini mengalihkan perhatiannya ke arah Kangjian yang sedari tadi terdiam.

“Apa kamu penduduk desa ini? Sepertinya, wajahmu tidak asing bagiku.” Wang Wei memundurkan kudanya dan menatap wajah Kangjian tak berkedip. “Aku sepertinya mengenalmu, tapi …. ”

“Apa kamu kenal dengan Lian Wei?” tanya Yi Yuen yang mencoba mengalihkan perhatian Wang Wei dan pengalihannya itu berhasil. Lelaki itu kini menatap ke arahnya.

“Apa kamu kenal dengan kakak sepupuku? Apa kamu tahu di mana dia sekarang?” tanya Wang Wei penasaran.

Mendengar pertanyaannya, Yi Yuen semakin yakin kalau Lian Wei mati tanpa diketahui oleh siapa pun kecuali istri dan lelaki yang kini sedang diselidiki olehnya. Mereka membunuh Lian Wei untuk mendapatkan kekayaan keluarganya dan mereka telah berhasil mendapatkannya.

“Aku akan memberitahumu, tapi aku punya permintaan yang harus kamu lakukan.”

“Apa itu?”

“Cari tahu latar belakang suami dari istri Lian Wei. Setelah itu, aku akan memberitahu semua yang aku tahu tentang Lian Wei.”

Mendengar permintaan Yi Yuen, wajah Wang Wei seketika berubah. “Apa maksudmu dengan suami Kak Mulan? Suami Kak Mulan adalah kakakku, Lian Wei! Apa kamu pikir Kak Mulan berani berselingkuh di belakang kakakku?”

Wang Wei seketika marah saat mendengar ucapan Yi Yuen yang menyinggung perasaannya. Tanpa pamit, Wang Wei segera memacu kudanya, tapi langkah kudanya terhenti saat tiba-tiba Yi Yuen mengucapkan sesuatu padanya, “Aku tahu di mana kakakmu.”


Reinkarnasi Dewi Keabadian

Reinkarnasi Dewi Keabadian

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2020 Native Language: Indonesia
Gemuruh petir menggelegar di atas langit mendung. Rintik air hujan perlahan turun dengan derasnya dan membasahi ranting pepohonan di dalam hutan. Di mulut goa, terlihat seorang gadis sedang berteduh sambil membersihkan rambut dan wajahnya dari percikan air hujan. Wajahnya tampak gelisah karena khawatir hujan tidak akan reda. Melihat langit yang mulai senja dengan mendung yang menyelimutinya, gadis itu mulai memanjatkan doa, berharap hujan yang makin deras itu akan segera reda.   Terlihat, mulut gadis itu komat-kamit sambil memejamkan matanya. Wajahnya yang cantik, tampak anggun saat matanya terpejam. Doa-doa yang dipanjatkan setidaknya menjadi kekuatan tersendiri baginya. Walau doa tak henti dia panjatkan, nyatanya hujan tak juga reda. Bahkan, hujan turun semakin deras dengan suara petir yang menggelegar bersahutan....Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera dibaca ceritanya...

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset