Warung Sayur Bu Sariyah episode 48

Persiapan Pernikahan

Aris dan keluarga berkunjung ke rumah dokter Rina untuk berkenalan lebih lanjut tapi Aris sudah meneleponnya terlebih dahulu untuk memastikan orang tuanya dokter Rina Pancawati .

Sariyah : ” Oh …ternyata nak Rina anak ke-5 dari tujuh bersaudara tapi adiknya sudah meninggal waktu kecil-kecil dan tinggal lima orang dan yang terkecil nak Rina ya….”

Pak Hernawan : ” Iya bu….anak saya meninggal waktu kecil karena terserang DB dan tak tertolong padahal istri saya di rumah terus waktu itu ….” dokter Hernawan bercerita tentang masa kecil anak-anaknya dan yang hidup dua anak lelakinya  menjadi dokter dan bertempat tinggal di Tanah Toraja, ada yang di Papua dan kakaknya persis tinggal di Wonosobo sebagai pengacara dan baru punya anak satu kakak perempuan yang satunya berbisnis di Ujungpandang ”

Sariyah   : ” Juga seorang dokter bu….? ”

Bu Hernawan : ” Tidak jeng…kakaknya perempuan sarjana ekonomi dan berbisnis menjalankan hotel di berbagai tempat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat”

Bu Hernawan yang sudah tua berharap Rina anaknya yang paling kecil segera menikah biar tugasnya selesai menjaganya dan ingin konsen di ke Tuhanan, bu Hernawan yang menggunakan kursi roda sudah capek sekali ditinggalkan putra-putrinya dan ingin bersama mereka.

Sariyah memandang besannya yang memang sudah sepuh tapi terlihat wajahnya memancarkan kecantikan dan kepandaian, cuma bu Hernawan tak banyak bicara dan minta diantar ke kamarnya oleh Bu Sariyah, maka bu Sariyahpun mendorongnya masuk ke kamar beliau yang dibantu dokter Hernawan yang sudah tua juga.

Pak Hernawan  : ” Ibu terserang penyakit gula sudah tiga tahun ini….tapi beliau sangat suport pada semua anak-anaknya  dan kini dia cuma menginginkan Rina segera menikah itu saja….”

Sariyah : ” Aamiiin…semoga saja nak Rina segera siap…kalau Aris siap sekali karena kami kesini atas keinginannya…” Pak Hernawan sebenarnya masih gagah tapi dia amat menghormati istrinya dan selalu menjaganya sampai prakteknyapun berada di rumah karena tak mau meninggalkan istrinya sendirian.

Pak Hernawan : ” Semoga segera mereka menikah dan kalau tak keberatan bagaimana kalau Rina tinggal di rumah ini untuk menemani ibuknya yang tua dan sering sakit…karena saya dengar mas Aris adalah putra satu-satunya panjenengan ”

Sariyah danpak Bambang agak kaget atas permintaan pak Hernawan tapi pak Bambang segera menjawab dengan amat membuat caslon besannya tenang : ” Kita lihat mereka dulu dan menata hidupnya karena kantor Aris ada dekat rumah …jika tinggal di sini saya kira tak apa toh paginya kerja di rumah kami…saya kira pak Hernawan bisa menerima keadaan ini ”

Pak Hernawan : ” Syukurlah jika begitu…maka kita bisa segera melangsungkan pernikahannya  ” Pak Hernawan berbinar-binar matanya mendengar penuturan pak Bambang yang bijaksana dan penuh pengertian .

Pak Hernawan berkata kepada istrinya kalau Rina akan tinggal di sini dan menemani ibunya. Bu Hernawan tersenyum bahagia mendengar pembicaraan mereka semua dan meminta izin untuk tidur dulu karena sudah malam. Aris mengantar ibu dan bapaknya dulu dan akan kembali lagi ke Bringin membicarakan pernikahannya dengan Rina Pancawati karena ibuknya sudah tak boleh berfikir terlalu berat dan harus banyak istirahat. Dalam perjalanan Sariyah tak menyangka kalau bu Hernawan menderita gula sampai lemas seperti itu.

Aris       : ” Mungkin ini sudah jalan hidup Aris…apakah bapak keberatan dengan keadaan bu Hernawan…? ”

Sariyah : ” Hlo yang akan menikah kan kamu bukan bu Hernawan to Leee…? ” Aris tertawa merasa pembicaraannya di balikkan ibunya, dan semua tertawa sampai rumah Aris mengantarkan mereka dan meminum air madu yang ada di dalam kulkas selanjutnya kembali ke Bringin untuk membantu dokter Rina.

Rina     : ” Kita menikahnya pakai gedung saja di USM biar ibuk tak pusing lagi memikirkan kita…..”

Aris      : ” Itu lebih baik dan tadi bapak minta secepatnya bagaimana….? ”

Rina     : ” Baiklah aku sudah siap dan engkau bagaimana mas…..” Rina agak canggung memanggil ” mas ” untuk Aris tapi segera Aris membenarkan kata-kata tersebut walaupun Aris lebih muda dua tahun tapi Aris tak canggung karena kalau seorang suami harus dipanggilnya mas.

Aris      : ” Besok aku akan melamarmu sebelum lebaran haji sekalian memberikan mas kawin dan lain sebagainya agar tak merepotkan keluarga kita…”

Rina     : ” Bagaimana baiknya aku menurut saja….” Dokter Hernawan ikut mendengarkan pembicaraan Aris dan Rina dan ikut menambahinya.

Hernawan : ” Anakku….bapak dan ibu minta maaf tak bisa selayaknya membantu kalian dalam berumah tangga…kalian tahu sendiri ibumu amat lemas sekali dan pankreasnya kurang bagus…walaupun ibu baru dua tahun terjangkit diabetes militus tipe 1 tapi langsung kronis …untung saja kamu cepat dapat kerja di Semarang jadi bisa menjaga ibumu jalan-jalan di pagi hari dan membuatnya bahagia. Bapak sendiri terkena hipertensi tapi masih bisa di jaga keadaannya. Nak Aris maafkan bapak sama ibuk kalau jelang pernikahan nanti sangat merepotkan nak Aris dan keluarga ”

Aris     : ” Tak mengapa pak…karena ibu saya amat menyadari keadaan ibu Hernawan dan siap mengurus pernikahan Aris dan Rina…”

Hernawan : ” Untung saja ibu Sariyah ketua yayasan jadi temannya banyak …dan amat meringankan ibuk di sini…”

Aris tersenyum saja karena ibuknya di sanjung-sanjung dokter Hernawan dan dokter Rina membuatkan minuman teh hangat.

Rina    : ” Sorry ya …cuma ada teh hangat …tak seperti ditempatmu karena bu Sariyah pasti membuatkan makanan kecil entah itu pisang goreng atau yang lainnya ”

Aris     : ” Tak apa dik santai saja dulu…apa kamu tak capek…perjalanan dari Palembang dan langsung ngurus ini dan itu….”

Rina    : ” Aku hanya butuh tidur saja kalau capek….”

Aris     : ” Kalau begitu tidurlah beristirahat dan mas Aris akan segera kembali karena sudah malam….”

Rina    : Iya tapi di minum dulu tehnya mas….” Rina memberikan minumannya pada Aris yang segera meminumnya selagi hangat dan dihabiskan semua.

****************

Dokter Rina dan Aris berbelanja persiapan mas kawin dengan membelikan cincin sepasang  masing-masing seberat lima gram yang nanti bakal dipakai saat ijab kabul, membeli Alquran dan perlengkapan alat sholat serta sepray dan lain sebagainya…

Rina   : ” Cukup mas ini saja karena dirumah ada banyak dan masih baru-baru…”

Aris    : ” Ya dik nanti uangnya Mas Aris kasih tunai ya saat srah-srahan…..”

Rina  : ” Monggo mas….oh ya…gedung sudah aku bayar beserta kateringnya dan aku besok sudah harus aktif di Puskesmas untuk berkenalan dengan dokter Safi’i kepala Puskesmasnya yang ada di Genuk Kaligawe ”

Aris   : ” Alhamdulillah dik, diberikan kelancaran kamu bekerja….” Aris pamit kepada pak Hernawan dan dokter Rina mencium tangan Aris. Dokter Rina memeluk Aris sebelum Aris masuk mobilnya sedangkan  pak Hernawan sudah masuk duluan karena sudah ngantuk.

***************

Aris masuk rumah ternyata ibu dan bapaknya belum tidur malahan ada pak Marzuki sedang mengobrol di teras dekat papan pengumuman.

Marzuki   : Wah pucuk di cinta ulampun tiba……” Aris mendehem lalu tersenyum pada mereka.

Aris           : ” Waaah lagi membicarakan saya ya…..kok belum pada tidur….? ”

Marzuki   : ” Begini mas Aris….mbak Wulan kan sudah pulang…besok saya mau minta data tentang syarat pekerjaan di luar negeri ….?! ”

Aris           : ” Boleh…boleh…kan yang menyimpan Wulan di kabinetnya dan kuncinya otomatis dia juga yang bawa karena saya tak ada dirumah.. ”

Marzuki    : ” Sibuk ya mas Aris……kalau begitu saya tak langsung pulang dan esok hari ketemuan lagi…karena pak Bambang sudah ngantuk kelihatannya…?!”

Bu Sariyah mengunci pintunya dan segera membangunkan pak Bambang yang ngorok sambil duduk di kursi teras.

Bambang  : ” Hlo aku kok ngorok …terus pak Marzuki dimana…..? ”

Aris           : ” Sudah pulang pak karena tuan rumahnya ngorok…….” sambil tertawa Aris membantu bapaknya yang mau berdiri tapi gendadapan

Bambang : ” Jadi aku tertidur to….we alah ….karang wis tua….”

******************

Pagi hari Aris bangun bu Sariyah yang sudah menyiapkan sarapan di meja makan sudah menunggunya untuk sarapan, Aris langsung mandi dan akan menceritakan pembicaraannya semalem dengan Rina. Aris yang bersiul agak kencang sambil bernyanyi membuat tertawa bu Sariyang dan suaminya.

 


Warung Sayur Bu Sariyah

Warung Sayur Bu Sariyah

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2018 Native Language: Indonesia
Sariyah hatinya meradang, anak lelakinya minta uang saku untuk sekolah belum bisa memberi sementara suaminya ngorok gak bangun-bangun , terpaksa ia harus ngutang tetangga sebelah untuk memberi bekal anaknya yang masih kelas SD kelas - 5. Sariyah sudah malas bertengkar setiap harinya.....malas pula membangunkan suami yang cuwek dan gak bisa diharap, dia lari ke bu Marzuki meminta kerjaan apa saja asal dia bisa makan, Bu Marzuki menyuruhnya ke pasar untuk berbelanja dia mencatat belanjaan dan uang pemberian bu Marzuki, ketika ia keluar bu Yusuf minta dibelikan udang satu kilo beserta uangnya,  Mbak Ratna minta dibelikan jamu dan bawang merah. Sariyah langsung ke pasar mencarikan belanjaan mereka disinilah kehebatan Sariyah yang pandai menawar dan bisa memberikan untung dirinya, dari tiga ibu yang menitipkan belanja dia dapat mengantongi keuntungan 5000 rupiah, dia membelikan nasi bungkus untuk suaminya, dan segelas teh hangat. Sariyah langsung menuju Bu Marzuki memberikan pesanannya, juga bu Yusuf dan Mbak Ratna. mereka memberikan uang karena Sariyah mendapatkan barang yang bagus dan sehat.Mereka semua menginginkan Bu Sariyah membelanjakan sayuran dan bahan makannya setiap hari

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset