Andai kita tidak pernah bertemu… episode 11

Chapter 11

Dengan hati dag dig dug ane masuk ke rumah Niken. Rumahnya memang sangat sederhana. Ruang tamunya bahkan lebih kecil dari kamar ane. Perabotannya hanya tiga kursi kayu, sebuah meja dan sebuah buffet pendek. Di atas buffet ada pigura foto kecil yang berisi foto Niken sedang memeluk adiknya. Keduanya terlihat riang. Perasaanku semakin nggak karuan melihat foto tersebut.

“Niken memang sayang sekali sama adiknya mas. “ kata Bu Ratna saat tahu ane memperhatikan foto tersebut.
“Dito juga sayang sama kak Niken. “ sahut adiknya Niken yang ternyata bernama Dito. Rupanya anak itu mengikuti ane masuk dalam.
“Lihat ini kak, pas Dito ulang tahun, Kak Niken beliin mobil-mobilan ini. “ tambah Dito sambil memamerkan mobil-mobilannya.
“Bagus kan kak ? Kak Niken janji akan beliin lagi yang warnanya biru kak. “ kata Dito lagi.
“Dito, kamu main di luar sana. Ibu mau bicara sama kakak ini. “ kata Bu Ratna.
“Okeee !! “ kata Dito sambil berlari keluar.

Mendengar semua kata-kata Dito tadi, perasaan ane yang udah nggak karu-karuan semakin campur aduk. Dada ane terasa sesak, seperti menggendong beban berpuluh-puluh kilo. Aku bingung harus mulai dari mana. Apalagi melihat kondisi Bu Ratna yang terlihat sakit. Apa dia siap menerima kenyataan bahwa putrinya telah tiada ? Tapi bagaimanapun ane telah berjanji pada Niken.

“Jadi Niken kenapa mas ? “ tanya Bu Ratna dengan cemas.
“Begini bu, hari Kamis kemaren saya ketemu Niken di mall. “ ane mencoba pelan-pelan menjelaskan.
“Iya mas, memang dia waktu itu pamit mau ke mall. Katanya mau ketemu temannya. “ jawab Bu Ratna.
“Apa mas ini temennya Niken itu ? “ tanya Bu Ratna lagi.
“Bukan bu. Saya dan Niken cuma kebetulan ketemu aja dan kami sempet kenalan dan ngobrol sebentar. “ jawab ane.
“Oh begitu. Terus sekarang Niken di mana mas ? “ tanya Bu Ratna gak sabar.
“Jadi ceritanya begini bu, saat di Mall, Niken mencuri HP saya dan kemudian dia lari. Terus saya mengejarnya bu. “ ane berusaha menjelaskan dengan sangat hati-hati.
“Ya ampun Niken… Trus dia sekarang dia di mana mas ? Apa ditahan polisi ? “ cecar Bu Ratna.
“Sa.. saya memang sempat ke kantor polisi bu… tapi… “ kata ane terbata-bata karena ane sangat gugup sekali.
“Aduh mas, tolong Niken jangan dilaporkan mas. Saya minta maaf atas kelakuan anak saya itu.
Saya rela gantiin masuk penjara asal Niken bisa bebas mas.. “ kata Ibu Ratna dengan memohon.
“Memang ini bukan pertama kalinya Niken mencuri bu ? “ tanya ane.
“Iya mas. “ kata Ibu Ratna dengan terisak.
“Bulan lalu, dia ketahuan mencuri HP teman sekelasnya sehingga membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Dia sekarang sudah nggak sekolah mas. “ jelas Bu Ratna.
“Tapi dia melakukannya demi semata-mata buat biaya sekolah adiknya. Dia bukan anak yang jahat mas. Tolong mas, jangan laporkan Niken. “ Bu Ratna nggak berhenti memohon.
“Masalahnya bukan itu bu. “ potong ane.
“Maksudnya ? “ tanya Bu Ratna.
“Karena Niken sekarang sudah tiada bu. Dia meninggal karena kecelakaan. “ kata ane sambil menunduk.
“Niken…? “ Ibu Ratna menatap ane dengan pandangan tidak percaya.
“Saat saya mengejarnya, dia berlari menyeberang jalan raya dan tertabrak mobil bu. Kami bermaksud membawanya ke rumah sakit tapi dia meninggal di perjalanan. “ jelas ane.
“Tidak mungkin… tidak mungkin… Niken… “ Ibu Ratna menangis tertahan sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Ane hanya terdiam melihat Ibu Ratna menangis tersedu-sedu. Tampak sekali ibu itu berusaha tegar dan menguasai diri agar nggak histeris. Setelah agak lama dan Bu Ratna mulai agak tenang ane memberanikan diri bicara.

“Maafkan saya bu. Karena ulah saya Niken meninggal. “ kata ane.

“Sudahlah mas. Kamu nggak salah. Ini mungkin sudah takdir. “ jawab Bu Ratna sambil sesenggukan dan menyeka air mata.

Dito tiba-tiba berlari masuk. Sepertinya dia mendengar ibunya menangis.

“Ibu kenapa menangis ? “ tanya Dito dengan polosnya.

Bu Ratna nggak kuasa menjawab dan memeluk Dito dan kembali menangis. Dito yang nggak tahu apa-apa hanya bisa bengong. Nggak terasa mata ane ikut berkaca-kaca melihat semua kejadian di depan ane.

“Sekarang jenasahnya di mana ? “ tanya Bu Ratna sambil menyeka air matanya kembali.

“Ada di rumah sakit. Mau saya antar ke sana bu ? “ jawab ane.

“Baiklah. Saya ganti baju dulu. Ayo Dito kita ikut kakak itu. “

“Pergi ke mana bu ? Apa ke tempat kak Niken ? Memang kak Niken di mana bu ? “

Bu Ratna nggak menjawab dan langsung menggandeng Dito masuk ke kamar. Agar nggak semakin larut dalam kesedihan ane berjalan keluar dan berdiri di teras rumah. Langit terlihat mendung menandakan mau turun hujan. Sepertinya langit pun juga hendak menangis. Tidak lama kemudian Bu Ratna dan Dito sudah siap. Melihat kondisi Bu Ratna yang tidak sehat, ane pun memutuskan memanggil taxi.


Andai kita tidak pernah bertemu…

Andai kita tidak pernah bertemu…

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2016 Native Language: Indonesia
Kisah seorang pemuda (Alvino) yang bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Niken di sebuah kafe tempat biasa dia nongkrong , dengan wajah penuh kegelisahan Niken menghampiri Alvino yang sedang bersantai sendirian  , Alvino yang terpesona oleh ke elokan Niken kehilangan kata-kata saat bertatapan dengan Niken , namun pertemuan mereka berdua tidak berakhir manis....Penasaran dengan kisah Alvino selanjutnya ? Yuk check it out kisah selanjutnya !

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset