Kali ini juga Daimonji berniat untuk ke sekolah Suzuha saat pulang sekolah, diam-diam dia memainkan ponselnya saat jam pelajaran sedang berlangsung.
“Hei…nanti aku ke sekolah lagi yah, kita pulang bersama,” tulis Daimonji dengan menggunakan emot lucu. Beberapa saat kemudian pesannya terbalas yang menyebutkan bahwa Suzuha akan menunggunya nanti di gerbang sekolah. Senyum lebar terpancar dari raut wajah Daimonji.
Sepulang sekolah, dia bergegas pergi ke sekolah Suzuha karena tiba-tiba langit menjadi sangat murung. Dia berharap hujan tidak turun dengan cepat. Di gerbang sekolah Suzuha sudah terlihat melambaikan tangan kepada Daimonji, seperti biasa ada Mirae di sana karena jarak rumah mereka sangat dekat.
“Bisakah kita cepat? Kurasa sebentar lagi akan turun hujan,” kata Daimonji yang kehilangan nafasnya.
“Ah iya, aku juga sudah bisa merasakan ada air turun nih,” timpal Mirae. “ayo cepat!” dia berlari duluan lalu Daimonji dan Suzuha menyusul.
Tidak terasa baru saja berangkat tahu-tahu hujan mulai turun, sedangkan jarak ke halte bus masih jauh.
“Hei! Apa kita akan berteduh dulu?!” Mirae yang berada di depan meneriaki Suzuha dan Daimonji.
“Tidak…teruslah berlari!” jawab Suzuha.
Mereka bertiga terus melanjutkannya padahal hujan semakin deras, tidak tega melihat Suzuha yang kebasahan. Daimonji memberikan jaketnya kepada Suzuha.
“Pakailah, walaupun kebasahan setidaknya menggunakan jaketku akan melindungimu dari hawa dingin,” saat Daimonji memakaikannya Suzuha malah terdiam dan berhenti berlari. “eh ada apa?” Daimonji mendekatinya lalu meraih tangannya. “halte busnya sudah dekat, jangan berhenti,” Daimonji berlari sambil berpegangan tangan pada Suzuha.
Mirae sudah sampai duluan, dia langsung melihat kondisi dirinya yang basah kuyup akibat kehujanan.
“Duh…basah semua deh,” keluhnya. Lalu melihat Daimonji dan Suzuha datang sambil berpegangan tangan. “ekhm…aku tidak tahu kalau berpegangan tangan saat hujan bisa lebih menghangatkan badan,” dengan canggung Daimonji dan Suzuha melepaskan pegangan masing-masing.
Suzuha memberikan jaket Daimonji, namun dia menolaknya. “Sudahlah, kamu pakai saja,” dirinya malah kedinginan sendiri sambil mengusap-usap bahunya.
Bus yang ditunggu akhirnya datang juga, walaupun terlihat penuh tetapi mereka bertiga masih mendapatkan tempat duduk. Mirae malah menertawakan kondisi Suzuha dan Daimonji yang basah kuyup padahal dia sendiri juga dalam kondisi yang sama.
“Oi Mirae, apa kamu sadar kalau bajumu basah semua? Lihat rambutmu lepek seperti itu membuat wajahmu semakin bulat saja,” Daimonji meledeknya.
“Awas kamu yah!” tanpa mereka sadari Suzuha malah tertawa, “eh…kenapa kamu tertawa Suzuha?”
“Soal rambut…lihat rambutku juga sama, keningku yang sedikit menonjol jadi terlihat,” mereka bertiga puas menertawakan diri masing-masing sepanjang perjalanan pulang.
Saat sudah sampai di depan rumah Suzuha, dia mengembalikan jaket yang tadi dipinjamkan oleh Daimonji. Karena kemungkinan Daimonji akan sampai pada malam hari, dengan memakai jaket setidaknya dapat menghalangi udara malam yang dingin.
“Um..terima kasih…,” kata Suzuha yang malu-malu.
“Ah tidak masalah, sudah yah sampai ketemu,” Daimonji melambai tangan bersama Mirae yang menunggu.
“Eh tunggu,” Daimonji berhenti, “kabari aku jika kamu sudah sampai rumah,” Daimonji hanya tersenyum mendengar itu semua dari Suzuha.
Perjalanan pulang dilanjutkan Daimonji bersama Mirae, hanya beberapa blok lagi mereka sampai kerumahnya Mirae.
“Ah…udaranya dingin, pinjam jaketmu donk?” pinta Mirae
“Kamukan sudah pakai,” Daimonji menolak memberikannya.
“Suzuha juga, tapi kamu meminjamkannya tuh.”
“Ya… lihat donk kamu pakai jaket parasut seperti ini sedangkan Suzuha itu seperti bahan rajutan entahlah aku tidak mengerti,” sambil menarik-narik jaket Mirae.
Sampai disimpangan mereka berpamitan, Mirae juga kebetulan sudah melihat rumahnya sedangkan Daimonji melanjutkan perjalannya kembali. Saat malam hampir larut dia baru sampai, dia harus menunggu sampai bus terakhir karena dia telat mengambil bus selanjutnya. Ibunya marah ketika dia tahu Daimonji dalam keadaan basah seperti itu di malam yang dingin sedangkan ayahnya terlihat sangat santai dan membelanya karena bukan anak muda jika tidak pulang malam.
“Oh iya aku harus mengabari Suzuha,” mengambil ponsel disaku celananya, dia tekan-tekan ponselnya tidak mau menyala. “sial…pasti gara-gara kehujanan tadi, eh tapi….,” Daimonji teringat artikel di internet bahwa jika ponsel terkena air bisa disimpan dalam beras. Dia pergi ke dapur mencari tempat penyimpanan beras, “bu…di mana biasanya ibu menyimpan beras,” ibunya memberitahu, ada di sebuah wadah anti kutu di lemari atas dapur. “baiklah…diam di situ dulu sebentar,” Daimonji bergegas mandi dan membereskan dirinya.
Dia kembali mengeceknya ketika tubuhnya sudah segar setelah mandi air panas, ponselnya masih belum mau menyala. Dia harus kembali menunggu hingga setengah kemudian baru ponselnya menyala, ketika dinyalakan banyak pesan masuk. Semua dari Suzuha menanyakan kabarnya, Daimonji begitu senang ketika tahu Suzuha mengkhawatirkannya.
“Maaf baru mengabari sekarang, ponselku barusan mati,” begitu balas Daimonji. Baru juga berjalan menuju kamarnya sebuah pesan balasan datang, “syukurlah kamu sudah sampai….,” di ujung pesannya Suzuha menggunakan emot senyum.
Banyak kegiatan yang telah Daimonji dan Suzuha lewati setelahnya, bermain bersama ke pusat perbelanjaan, memakan es krim bersama, kehujanan lagi di tempat berbeda. Beberapa hari ini merupakan hari yang terbaik bagi Daimonji, dia tidak menyangka semua sangat mulus sekarang padahal awal-awal dia harus menderita secara bathin. Mirae pun sangat senang telah melihat kembali senyum sahabatnya. Dia memang tahu kalau Daimonji orang yang tepat bagi Suzuha.
Sebuah malam, begitu dingin dan sunyi. Kegiatan sekolah sudah berakhir, hari-hari berat saat ujian akhir datang telah Daimonji lalui. Selama ini dia belum mengajak Suzuha pergi di hari libur, bahkan ketika bertemu di kursus melukis yang Daimonji lakukan hanyalah mengantarnya pulang. Dia masih belum berani melakukannya, malam ini dia mencoba mengajaknya. Dia mengambil ponselnya, lalu menghubungi Suzuha. Walaupun sudah sering bertemu tapi dia masih gugup untuk meneleponnya langsung. Suzuha mengangkatnya tanpa basa-basi Daimonji langsung mengutarakan apa maksud dia menelepon Suzuha malam-malam seperti ini.
“Suzuha…maukah kamu makan malam denganku besok?” belum ada jawaban dari Suzuha, meskipun mereka sudah sering jalan bersama tetapi sosok Mirae selalu ada di sisi Suzuha. Dia membutuhkannya agar tidak gugup. “aku ingin berdua saja denganmu, tidak dengan yang lain,” lanjutnya. Kemudian Suzuha menjawab.
“Besok? Hm….di mana?” tanya Suzuha.
“Bagaimana kalau di café waktu itu? Saat Mirae dan yang lainnya mengadakan pesta kejutan untukmu? Café itu terlihat sangat nyaman…”
“Hm..baiklah,” percakapan mereka berakhir di situ.
Daimonji sangat senang mendengarnya, dia melompat-lompat kegirangan sampai-sampai ponselnya terjatuh ke lantai.
“Duh…,” dia mengambil ponselnya yang kini retak dibagian layarnya. “walaupun layar ini retak tetapi foto Suzuha masih terlihat cantik,” dia sengaja memasang foto Suzuha sebagai wallpaper diponselnya.
Meskipun waktunya masih lama, Daimonji sudah bersiap-siap sedari dia bangun tidur. Baju apa yang dikenakan, dengan jaket, sweater, atau kaos polosan saja. Sebelumnya mereka jalan dengan memakai seragam, dan setelan itu membuatnya nyaman karena sama dengan apa yang dikenakan oleh Suzuha. Dia iseng memandangi langit di luar, yang kenyataan sangat cerah sekarang.
“Hmm…aku bisa mencium aroma pagi ini, aku yakin semua akan berjalan lancar,” dengan semangat paginya yang membara.
Satu jam sebelum berangkat, dia sudah memutuskan untuk memakai kemaja polos panjang berwarna biru dengan celana jins hitam dan sepatu putih. Dengan gayanya yang rapih dan sopan dia pamit untuk pergi kepada orang tuanya. Jika dihitung dari rumah sampai ke café itu diperlukan waktu setengah jam kurang, karena letak cafenya yang lebih dekat dengan sekolah Suzuha. Dia menaiki bus sore hari, lalu saat langit mulai gelap dia sudah sampai. Saat mengecek jam tangannya di lengan kirinya masih ada waktu 10 menit sebelum Suzuha datang.
“Semoga dia suka aku memilih tempat ini, harusnya spotnya sama seperti pesta ulang tahunnya tetapi mejanya sudah ada yang pesan,” keluhnya.
Waktu yang dijanjikan telah tiba, Daimonji belum melihat keberadaan Suzuha. Dia masih berpikiran positif mungkin Suzuha minta diantarkan oleh Mirae sehingga dia telat atau Suzuha bingung memilih setelan apa yang cocok untuk malam ini. Lalu setengah jam kemudian pun Suzuha belum mengabarinya, pelayan sudah mondar-mandir kemejanya untuk memberikan menu tetapi Daimonji kembali mengatakan nanti saja pesannya.
“Apa dia lupa? Ponselnya juga sekarang tidak aktif, barusan aku chat semuanya masuk,” Daimonji meminum air yang sudah disediakan sebelumnya. Hingga satu jam kemudian sebuah telepon dari Mirae masuk keponselnya Daimonji.
“Daimonji……”