“Maichiiiii!” Begitu Vira biasa memanggilku.
Ah…, tak terasa 2 minggu sudah berlalu. Enam tahun masa single ku sudah berakhir.
“Sekarang aku punya pacar, aku gak takut lagi diejek jomblo oleh teman-temanku,” ucapku bahagia.
“Hari ini 14 Februari, apakah hari ini hari yang istimewa?” aku mencoba berpikir keras.
“Setiap hari adalah hari yang istimewa ketika dia milikku.” Jawabku sendiri.
“Eh…, sebentar, hari ini kan hari Valentine, aku kok bisa lupa gini yah”, sambil menepuk-nepuk jidat. Maklum yah, inilah efek samping gak pernah ngejalanin yang namanya hari Valentine, soalnya gak penting sih.
Kulihat jam di handphone ku, ternyata sudah jam 00:02. Kucoba ucapkan “Selamat hari Valentine” ke dia.
Vira membalasnya dengan sangat senang, “Terima kasih, Mes.” Disertai emot kisss. Hehehe….
Aku bahagia, bahagia sekali, aku ingin hari-hari seperti ini tidak akan pernah berakhir. Kami pun terus melanjutkan percakapan kami sebelum akhirnya kami menyerah karena sudah terlalu ngantuk.
“Pagi nanti kami harus kerja lagi, lebih baik aku membiarkannya untuk beristirahat,” pikirku.
Di malam yang sepi itu terlintas pikiranku untuk pergi ke Jakarta. Aku ingin sekali ke Jakarta dan menemui dia. Merayakan hari ulang tahun bersama-sama, kebetulan kami mempunyai tanggal dan bulan lahir yang sama.
Kita sedikit kembali ke saat aku belum jadian dengannya. Percakapan malam itu mendadak seru ketika aku tanpa sengaja bertanya kepadanya.
“Emang tanggal berapa ultahnya?” tanyaku.
“Agustus 31,” tulisnya yakin.
Seperti terkena shock terapi bertegangan tinggi, jantung ini ingin berhenti, saking terkejutnya, tapi, “ahh… gak mungkin, kamu bohong kan? Kok bisa sama gitu,” tanyaku masih dalam keadaan sulit untuk percaya.
“Emang kamu tanggal berapa,” tanyanya.
“31-08-1988,” balasku.
“Bohong!” balas Vira cepat.
“Yeee… beneran, ngapain juga aku bohongin kamu? Haha…,” balasku sambil buru-buru menscreenshot semua sosial mediaku yang memperlihatkan tanggal lahirku.
“Tuh lihat, benar kan? Aku gak bohong kan? Hehehe….” balasku.
Setelah melihat semuanya, akhirnya dia pun percaya.
“Kita emang sudah ditakdirkan berjodoh, Vir!” tulisku ke dalam obrolan kami malam itu.
Kami pun tertawa, walaupun aku tidak melihatnya langsung dan kemudian tertidur di malam yang hening dan hangat itu.
Valentine, tidak seperti pasangan yang biasanya merayakan hari Valentinenya berduaan dengan kekasihnya sambil menikmati coklat dari pasangannya masing-masing, kami hanya merayakannya dengan saling bertukar foto.
Yah, you know lah deritanya ‘Loe Doang Relationship’.
Pagi itu, dia mengirimkan sebuah hadiah yang tak akan pernah bisa untuk aku lupakan. Sederhana sih, hanya sebuah foto, dan sebuah kertas bertuliskan namaku “MESACHI”.
“Makasih Vir, aku sayang kamu, Vir,” ku enter kata-kata yang secara spontan terketik di handphone ku.
“Aku juga sayang kamu, Mes,” balasnya.
Tidak tahu kenapa, kenapa hanya dengan pemberian foto seperti ini aku bisa merasa sangat bahagia.
“Inikah perasaan jatuh cinta itu?” gumamku di pagi yang hening.
Aku ingin datang ke Jakarta menemui dia, ingin merasakan indahnya berjalan bersamanya, saling bergandengan tangan dan duduk menikmati indahnya matahari terbit bersama.
“Vir, bulan 5 nanti kita ketemuan yuk, biar aku ke Jakarta, kamu bisa gak?”
“Loh? dalam rangka apa Mes? Jangan Mes, aku gak bisa kayanya, aku sibuk Mes, mending jangan yah, nanti kamu datangnya sia-sia, aku aja nanti yang ke Medan jumpai kamu, kamu mau kan jadi guide aku di Medan? Hehehe…,” balas Vira.
“Oke deh, Vir. Haha… gampang itu, Vir!” balasku sedikit kecewa.
Aku selalu berdoa berharap agar suatu hari nanti kita dipertemukan, dan itu pasti akan menjadi hari yang sangat membahagiakan buat kita berdua.
Aku pernah iseng bertanya kepadanya.
“Kamu pencemburu ga?”
“Ya namanya manusia normal pasti ada rasa cemburu lah ke org yg disayang…..Kalau aku cemburu jg diem aja…Ga mau ngomong..Biar kesadaran sendiri peka ga sama perasaan aku????” balasnya.
Harus aku akui, terkadang cewe bisa menjadi orang yang dewasa melebihi usianya.
Kami saling berbagi cerita, baik cerita bahagia maupun cerita masa lalu kami yang kelam. Aku pun menjadi pendengar yang baik ketika dia sedikit bercerita tentang dia, keluarganya dan masa lalu hingga masa sulitnya sekarang.
Semakin hari rasa sayang ini pun semakin besar, dan semakin takut pula aku kehilangannya.
Aku jadi teringat kata-kata mutiaranya Pangeran Tian Feng, salah satu tokoh di film favoritku ‘Kera Sakti’ yang berbunyi “Sejak dulu beginilah cinta, deritanya tiada berakhir.”