Ayah saja heran kenapa kedua sahabat itu jadi berbeda sikapnya. Keduanya sudah jarang terlihat besar dan ini menjadi tanda tanya besar bagi ayah.
“Kamu kenapa gak pernah bareng Dan lagi? Lagi marahan?” Tanya ayah saat keduanya sedang sarapan.
“Gak apa-apa ayah, lagi pengen bawa motor sendiri aja.”
“Masa?”
“Iya ayaah, beneran.” Jawab Dira meyakinkan.
Tanpa sengaja Dira melihat pergelangan tangan kiri ayahnya, sudah dihiasi jam tangan bermerk yang harganya mahal. Sejak kapan ayahnya yg cuek itu jadi suka mendandani diri?
“Ayah, beli jam dimana?” Tanya Dira. “Itu kan jam mahal banget.”
Ayah yg gugup mencoba tenang. “Ini hadiah dari kawan lama.”
Dira mengernyitkan dahi. “Teman ayah pasti banyak uang. Harga jam itu bisa sampai Rp 3000.000.”
Ayah terkejut.”Apa?”
“Iya, karna dia pake emas dan berlian asli. Makanya kubilang kalau teman ayah itu pasti banyak uang.
Ayah terdiam cukup lama. Begitupun Dira yang masih belum puas dengan jawaban ayah.
Kawan lama macam apa yg mau memberikan hadiah semewah itu? Apa lagi untuk teman yang sudah berpuluh tahun tak ditemuin.
Siangnya Dira juga melihat hal yang sama dikantor. Saat sedang meeting, mata Dira tak sengaja menangkap jam tangan yang digunakan oleh ibu manager galak. Merk yang sama dan tipe yang sama, hanya berbeda model saja, karna dia wanita.
Sepanjang meeting Dira membatin.
Sudah pasti memang itu jam tangan pemberian orang, bukan beli sendiri. Tapi tumben ayah mau pakai, padahal setahuku ayah paling gak suka pake jam tangan.
Jamnya persis kayak punya ayah, apa dia yang ngasih jam tangan ke ayah?
Ah, gak mungkin. Masa iya dia teman lamanya ayah. Usianya terpaut 10 tahun, lagi pula mereka bisa kenal dimana?. Ayah tumbuh dan besar dijakarta. Beliau tak pernah tinggal diluar pulau jawa. Sedangkan ibu manager galak, menurut informasi lahir dan tinggal dipulau sumatera, baru setahunan dia pindah ke ibu kota.
Ingin rasanya curhat pada Dan seperti biasanya. Tapi kok rasanya kaku sekarang. Dira merasa canggung untuk mendekat, Dan pun seperti tak mau dekat2 dengan Dira.
Terbukti tadi siang saat akan makan siang. Dan belum keluar kantor sebelum Dira kembali lebih dulu dari makan siangnya. Dan menghindar dari Dira.
Dira sedih kenapa keadaannya jadi begini sekarang. Ia tak bisa lagi dekat seperti dulu dengan Dan, tak bisa lagi tertawa menggila bersama Dan. Sampai kapan mereka akan begini?
Ingin bertanya tapi Dira takut. Takut melihat sikap Dan yang sekarang acuh padanya.
Dira jenuh dengan pekerjaan hari ini. Ibu manager galak lagi2 memberinya setumpuk pekerjaan tanpa ampun. Menggubungi mantan customer untuk ditawari produk baru dari bank mereka. Ini bukan customer biasa, ini customer unggulan makanya ditugaskan pada staf marketing yg sudah senior seperi Dira, bukan staf yg baru setahun dua tahun bekerja.
Jumlahnya ada seratus. Bagaimana tidak pegal ia melakukannya, dengan mengucapkan kalimat yang nyaris sama pada tiap customer.
Karna itulah Dira memilih pergi jalan2 ke malm untuk makan es krim kesukaannya. Siapa sangka diparkiran mall Dira berpapasn dengan ibu manager galak yang hendak pulang dengan mobil mewahnya. Dira hanya tersenyum simpul sambil berlalu pergi tanpa menunggu senyum balasan dari wanita berambut ikal itu.
Dira berjalan2 sambil melihat2 toko tas2 mahal yang berderet. Ya, hanya sekedar melihat2, karna Dira juga tak suka berbelanja barang yang terlalu mahal. Dia lebih nyaman memakai barang yg harganya standar saja tapi tetap bisa dipakai.
“Dira!”
Dira menoleh cepat.
“Ayah?” kata Dira heran “Ngapain disini? Kirain udah pulang kerumah.”
“emm.. Itu, tadi habis membeli sesuatu.”
Dira melirik tas belanjaan ayah, tas dari sebuah toko sepatu mahal, sepatu pantopel. Dira tau itu bukan untuknya, karna ayah tau pasti Dira sangat benci sepatu pantopel, sepatu yang menurutnya sulit digunakan.
“buat siapa itu?” Tanya Dira
“buat temen ayah yg kemarin kasih jam tangan.”
Dira mengangguk anggukkan kepala.
“Oh ya, besok kita makan malam diluar ya!” Kata ayah
“Diluar? Dalam rangka apa?” Tanya Dira heran. Tak biasanya ayah mengajaknya makan diluar tanpa ada momen tertentu.
“Ya gak ada apa2. Ayah lagi pengen aja ngedate sama anak ayah yg cantik.” Canda ayah.
Dira tertawa kecil.”Berdua?”
“Iya berdua, memang biasanya berapa orang? Atau kamu mau ajak Dan, ya silakan.”
Dira menggeleng.”Gak. Dan sekarang ngejauhin aku. Gak tau kenapa. Aku jadi males.”
Ayah bingung “Kalian ada masalah apa?”
“Setauku gak ada, tapi dia tiba2 menjauh. Aku jadi bingung, yah.”
Ayah tersenyum seolah mengerti sesuatu.
“Yasudah jangan dipikirin. Ayah tau Dan, suatu saat dia pasti menjelaskan sesuatu kamu.” kata Ayah sambil merangkul Dira.
Dira mengangguk lesu.