Ayah tau Dira kelaparan sepulang kerja. Ayah membiarkan Dira makan terlebih dahulu. Setelah itu baru mereka ngobrol santai sambil menikmati puding jagung sebagai dessertnya.
“Dira..” Kata Dira dengan nada serius.
Dira menghentikan makannya, lalu fokus pada sang ayah.
“Kenapa, yah?”
“Semoga ini waktu yang tepat untuk bicara sama kamu.”
Dira meneguk air putihnya.
Ayah mengatur nafas lalu berkata. “Ayah mau menikah lagi.”
Dira langsung tersedak. “Uhuk.. Uhhukk..”
“Apa!?”
“Ayah mau menikah lagi.” Kata ayah mantap.
Dita terdiam, shock, bingung, kesal sema bercampur jadi satu.
“Ayah mau minta izin kamu.”
Dira mencoba mengendalikan emosinya, mengatur nafasnya, lalu bicara perlahan.
“Jadi bener ya dugaan aku selama ini. Ayah lupa sama ibu, kebiasaan ayah akhir2 ini berubah itu karna ada wanita lain yang mengisi hati ayah.”
“Ada wanita lain, iya. Ayah melupakan ibumu, tidak pernah! Ibumu tetap orang yang berarti dalam hidup ayah.”
Dira tersenyum sinis. “Lalu gimana sama wanita itu? Ayah sudah menduakan ibu. Bisa2nya ayah bilang ibu orang yg berarti untuk ayah.”
“Diandra.. Gak begitu. Ayah mencintai almh ibumu…”
Dira memotong “Dan ayah juga mencintai pacar baru ayah.”
“Bagaimana ayah harus menjelaskannya, ayah gak menduakan siapapun.”
“Waktu hari kematian ibu, ayah gak dateng ke makam, itu semua pasti gara2 wanita itu.”
“Iya, memang karna dia, tapi ada alasannya Di, kenapa ayah gak bisa tinggalin dia, dia sakit, hampir sekarat.”
Dira sudah tak sanggup melanjutkan perdebatan itu. Ayah pasti akan membela diri dan menolak semua tuduhan Dira. Dira memilih pergi dari sana dengan wajah muram.
Sementara ayah merasa salah memilih waktu untuk bicara. Dira belum bisa membuka hatinya untuk menerima kenyataan bahwa ayahnya juga butuh pendamping.
Dira mengemudikan motor matic merahnya dengan kencang kearah pgc. Dira tidak pulang kerumah, ia mengambil jalan kearah Bogor.
Ada beberapa alasan kenapa Dira sulit menerima ibu baru.
- Dira sangat menyayangi ibunya dan tidak ingin ada wanita yang harus ia lihat dirumah ini selain ibunya, untuk dipanggil ibu.
- Puluhan tahun tinggal bersama sang ayah, Dira sangat menyayangi sang ayah. Begitupun sebaliknya, tapi Dira takut jika ayah menikah lagi, sayangnya ayah padanya akan berkurang.
- Dira tidak suka ibu tiri
- Dira sudah terlalu nyaman dengan keadaan keluarga saat ini.
Itu isi hatinya Dira, tapi isi hati ayah siapa yang tau.
Dira.. Melajukan motornya kearah Bogor. Pikirannya sedang kalut dengan hal yang baru didengarnya dari sang ayah. Entah kenapa dia terpikir untuk pergi ke puncak untuk menenangkan pikirannya.
Dan didalam malam yg sunyi itu Dira memilih untuk pergi ke puncak pas, mencari warung langganan tempat ia biasa makan mie rebus kalau main kesana.
Dan! Ah, kenapa malah pergi ke tempat yang Dan tau, Dan bisa saja pergi kesana untuk mencarinya. Entahlah, yang jelas Dira hanya ingin menenangkan diri disana, kebetulan ini bukan malam libur, jadi sepi disana.
Secangkir teh hangat dan ubi cilembu menemani Dira yang diam membisu menatap kendaraan yang lalu lalang. Hp sengaja ia matikan. Ia tak mau diganggu.
Dira bisa saja sedang ingin sendiri. Tapi toh walau dia sudah berusaha bersembunyi dengan mematikan ponselnya, Dan tetap bisa menemukannya dengan mudah.
“Lo salah kalo lari kesini. Gue gampang banget nemuin lo.”
Kata Dan yg tiba2 muncul disebelah Dira. Dira kaget, menoleh sebentar, tapi tetap berusaha terlihat cuek.
Dan datang bersama seorang pria, sepertinya sepupunya.
“Don, lo bawa motor dia duluan kerumah ya.” Kata Dan mengambil kunci motor Dira dari atas meja.
“Gak usah! Gue bisa sendiri.” Timpal Dira ketus.
Dan melotot. “Ambil don, nih!”
Pemuda tanggung itu segera mengambil kunci motor Dira, lalu menghidupkan motor dan pergi dulu.
“Lo apa2an sih!” Sentak Dira.
“Gue tau lo capek! Jangan maksain bawa motor.”
“Kenapa?”
“Gue gak mau lo sakit, Di..”
“Kenapa?”
Dan diam, bingung mau menjawab apa. Apa Dan harus bilang karena Dan menyayangi Dira, lebih dari seorang teman.
“Kemaren lo cuekin gue, lo hindarin gue. Sekarang lo care sama gue! Ada apa sama lo?” Tanya Dira kesal.
“Gue dari kemaren bertanya2 kenapa lo, apa gue bikin salah, apa gue bikin marah. Tapi elonya gak mau ngomong.”
“Gue sayang sama lo.” Kata Dan singkat. Tanpa menatap Dira sama sekali.
Dira terdiam. Canggung lagi.