Dokter sedang memeriksa ayah saat Dira dan Liz masuk.
“Pasien sudah mulai bisa merespon, ini kemajuan. Tinggal menunggu beliau membuka mata.”
“Alhamdulillah.” Ucap semuanya berbarengan.
Dira mendekati sang ayah, mencium keningnya dengan haru.
Liz dan semua yang ada diruangan terharu melihatnya.
“Dira tau ayah kuat, Dira tau ayah pasti sembuh.”
Tiba2 ayah secara perlahan membuka matanya, ayahpun menangis melihat Dira.
“Ayah.” Kata Dira menangis haru.
Ayah memang sudah sadar, tapi beliau masih belum bisa bicara, hanya merespon dengan gerakan tangan atau tatapan mata.
“Kalian pulang dulu aja, istirahat. Biar saya yang jaga mas disini.” Kata Liz tersenyum.
“Tapi, bu…” Kata Dan
“Gak apa2, besok kan kita bisa gantian, saya pulang, kalian disini. Lagi pula kasian nenek, sudah berapa hari beliau disini, kurang tidur.”
Dan memandang Dira, Dira hanya mengangguk.
Danpun akhirnya mengajak nenek dan Dira pulang kerumah. Meninggalkan Liz berdua dengan ayah yang masih belum bisa bicara.
Dirumah, Dira menghabiskan waktu untuk beristirahat dikamarnya, tentu saja ditemani Dan yg setia disampingnya.
“Jadi? Lu udah baean sm ibu Liz yank?” Tanya Dan sambil membelai rambut Dira.
“Heem.”
“Terus?”
“Apanya yg terus?”
“Soal hubungan ayah sama dia…?”
“Gue bilang sama dia jangan pisah. Iya, lo bener yank, ayah bahagia sama dia, diapun sebaliknya. Mereka saling membutuhkan. Ayah butuh seseorang yang bisa jaga dan sayang sm dia setulusnya.”
Dan senang mendengarnya. Ia memeluk erat istrinya itu.
“Gue tau lu pasti bisa pahami semuanya dengan baik.”
“Iya yank, gue selama ini salah, gue egois, gue cuma mikirin perasaan gue sendiri aja.”
“Sssttt… Semua bisa dimaklumi kok yank, yang penting lu bisa ambil hikmahnya dari semua ini.”
“Iyaa sayaang.” Dira balas memeluk Dan dengan erat.
Keesokan harinya, Dira dan Dan kembali ke rumah sakit. Saat datang mereka melihat ayah sedang disuapi makan oleh Liz. Kondisi ayah kelihatan sudah membaik.
“Dira.” Kata ayah pelan.
Dira tersenyum, lalu memeluk ayahnya.
“Liz sudah cerita semua. Makasih, nak.”
Dira menatap sang ayah dengan mata berkaca2.
“Iya, iya.. Udah ayah jangan banyak ngomong dulu deh.”
Dira meraih tangan Liz lalu menyatukannya dengan tangan ayah.
“Yang penting sekarang ayah cepet sembuh, biar bisa cepet2 nikahin bu Liz.” Kata Dira dengan nada agak menggoda.
Ayah tersenyum, lalu menangis bahagia.
“Makasih Dira.” Kata bu Liz
“Jangan berterima kasih sama saya, bu. Saya melakukan ini karna ingin ayah bahagia. Sebagai seorang anak ini kan sudah kewajiban saya membuat ayah bahagia.”
Dan tersenyum melihatnya. Semua yang ada diruangan merasa bahagia saat itu.