Pendekar Cinta dan Dendam episode 44

Chapter 44

Obat yang dicampurkan Putri Ling ke dalam arak rupanya cukup ampuh. Lelaki itu dengan mudah dapat ditaklukan. “Ternyata kamu sangat hebat. Apakah kamu juga melakukan hal yang sama padanya?” ucap Putri Ling sambil memandangi Jenderal Wang Zhu yang tertidur di sampingnya.

Melihat ketampanannya membuat Putri Ling tergoda, hingga membuatnya mengecup bibir lelaki itu. Jenderal Wang Zhu terbangun dan melihat Putri Ling di sampingnya. Sontak, dia terkejut. “Apa yang aku lakukan di sini?” ucapnya sambil bangkit dari tempat tidur dan mengambil jubahnya yang tergeletak di lantai.

“Apa kamu tidak ingat dengan apa yang baru saja kita lakukan?” tanya Putri Ling yang sudah berdiri di depannya.

Lelaki itu menatapnya dan mencoba untuk mengingat, tetapi yang diingatnya hanyalah wajah Li jia. “Apa kamu menaruh sesuatu di dalam arak itu?” tanya Jenderal Wang Zhu sambil mencengkeram leher Putri Ling.

Wanita itu tersenyum. Jenderal Wang Zhu kemudian mendekatkan wajahnya di depan wajah wanita itu. “Lebih baik seperti itu karena aku hanya ingin melakukannya bersamanya dan kamu berhasil membuatku mengira kalau dirimu adalah dia. Aku tidak keberatan jika jalan itu yang kamu pilih. Jadilah bayang-bayangnya jika kamu masih ingin merasakan kehangatanku lagi,” bisik Jenderal Wang Zhu di dekat telinga wanita itu. Lelaki itu kemudian pergi.

“Baiklah, itu tidak masalah bagiku. Aku akan menjadi bayang-bayangnya asal kamu tetap ada di sisiku,” batinnya.

Jenderal Wang Zhu menuju kamar Li Jia. Dia kemudian masuk dan melihat Li Jia tengah tertidur. Ditatapnya wajah wanita itu hingga membuatnya tersenyum. “Di mataku, aku hanya melihat dirimu. Walau aku bersamanya, tapi wajahmu yang selalu aku lihat. Ah, aku terlampau mencintaimu hingga membuatku tidak bisa melupakanmu,” ucapnya sambil mengecup dahi wanita itu.

Dia lantas berbaring di samping Li Jia dan memeluknya dari belakang. Tanpa sadar, Li Jia menerima pelukan itu dan memeluk erat kedua tangan Jenderal Wang Zhu. Dia membalikan tubuhnya dan menyandarkan kepalanya di dada lelaki itu. “Suamiku, aku mencintaimu,” ucap Li Jia sambil mendekatkan tubuhnya ke dalam pelukan lelaki itu, hingga perlahan matanya terbuka dan mendapati tubuhnya dalam dekapan Jenderal Wang Zhu.

Sontak, dia terkejut dan ingin melepaskan diri, tetapi tubuhnya kembali diraih dan jatuh di atas dada Jenderal Wang Zhu.

“Lepaskan aku!”

“Tenanglah, biarkan aku memelukmu. Tidurlah kembali, aku tidak akan melakukan apa pun padamu. Aku hanya ingin tidur di sampingmu,” ucap Jenderal Wang Zhu sambil memeluk tubuh Li Jia seraya memejamkan mata. Tangannya mendekap tubuh wanita itu yang kini berbaring di sampingnya. Li Jia hanya terdiam.

Malam itu, Li Jia tidak bisa tidur. Hatinya gelisah karena tidak nyaman tidur bersama lelaki yang bukan suaminya. Sedangkan Jenderal Wang Zhu tertidur pulas di sampingnya dengan kedua tangan yang memeluk tubuhnya.

“Apa yang harus aku lakukan? Kenapa dia tidak melepaskan pelukannya dariku?” batin Li Jia yang sudah beberapa kali berusaha melepaskan pelukan lelaki itu, tetapi selalu gagal.

Cahaya matahari pagi masuk dari sela-sela jendela. Jenderal Wang Zhu membuka matanya dan dia terkejut saat melihat Li Jia yang tidur dalam pelukannya. Wajah wanita itu begitu dekat, hingga napasnya pun bisa didengar olehnya.

Dia tersenyum melihat Li Jia yang diam dalam pelukannya. Dengan lembut, dia membelai wajah Li Jia seraya mengecup dahinya. “Tetaplah seperti ini karena aku tidak akan keberatan walau kamu melakukannya tanpa kamu sadari. Aku akan menikmati kebersamaan ini karena kamu adalah segalanya bagiku,” batinnya dengan tatapan penuh cinta.

Pagi itu, dia akan menghadiri pertemuan dengan pejabat istana untuk membicarakan pengangkatannya menjadi raja. Namun, dia lebih memilih untuk menemani Li Jia yang masih tertidur dalam pelukannya. Dia tidak ingin membangunkan wanita itu. Karena dengan begitu dia bisa menatap puas wajah cantik yang kini ada di depannya.

Semua pejabat istana sudah berkumpul, tetapi calon raja belum juga tampak. Sementara Putri Ling mulai gelisah karena suaminya belum juga menampakan diri di aula pertemuan. “Apa jangan-jangan dia masih berada di kamar wanita itu?” batinnya.

Putri Ling kemudian menuju kamar pribadi suaminya, tetapi dia dihalang oleh Dayang Lin. “Maaf, Nyonya. Tuan sudah memintaku untuk melarang siapa pun untuk masuk. Sebaiknya, Nyonya kembali,” ucap Dayang Lin yang berdiri di depan pintu.

Melihat seorang dayang menghalanginya membuat wanita itu geram. “Dasar pelayan rendahan!” bentaknya sambil menampar Dayang Lin. Walau ditampar, Dayang Lin bergeming. Dia masih tetap berdiri di depan pintu.

Di dalam kamar, samar-samar Jenderal Wang Zhu mendengar pertengkaran dan dia mengenali suara itu. “Apa yang dia lakukan di sini?”

Karena tidak ingin Li Jia terganggu, dia memutuskan untuk keluar. “Ada apa ini? Apa yang kamu lakukan di sini?”

“Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kamu masih ada di sini? Apa kamu lupa kalau pagi ini harus menemui pejabat istana untuk membicarakan pengangkatanmu menjadi raja? Atau jangan-jangan kamu sudah tidak tertarik menjadi raja karena sudah berhasil mendapatkan wanita itu?” tanya Putri Ling yang membuat lelaki itu geram.

Jenderal Wang Zhu lantas membawanya keluar dari tempat itu. “Aku tidak lupa dan biarkan mereka menungguku. Aku akan menjadi raja dan kamu tidak perlu mendikteku dengan apa yang harus aku lakukan. Jangan khawatir, karena aku akan menepati janjiku dan jangan menggangguku jika aku sedang bersamanya. Bukankah aku sudah memperingatkanmu?”

Melihat suaminya mulai marah membuat Putri Ling memilih pergi. Jenderal Wang Zhu kembali masuk ke kamar dan mendapati Li Jia sudah terbangun.

“Ada apa? Kenapa kalian sangat berisik?” keluh Li Jia sambil bangkit dari tempat tidurnya.

“Maafkan aku, jika sudah membuatmu terbangun,” ucap Jenderal Wang Zhu sambil mendekatinya dan memeluknya dari belakang.

“Apa yang kamu lakukan?”

“Biarkan aku memelukmu sebentar lagi. Aku masih ingin memelukmu,” ucap lelaki itu sambil mengeratkan tangannya di pinggang Li Jia.

Li Jia tersenyum sinis. “Baiklah, selama dia masih mencintaiku, aku akan membuatnya tunduk padaku,” batinnya

“Aku adalah janda dari mendiang raja dan aku tidak bisa diperistri oleh siapa pun karena itu sudah peraturan istana. Apa yang akan kamu lakukan kalau keinginanmu untuk memilikiku ditentang oleh istana?” tanya Li Jia yang membuat lelaki itu membalikkan tubuh Li Jia dan menatapnya lekat.

“Apa kamu pikir aku akan membiarkan mereka mendikteku? Aku akan mengubah peraturan itu dan tidak ada yang bisa menentangku.”

Li Jia tersenyum. “Lalu, kamu ingin menjadikanku sebagai selirmu? Apa pantas seorang mantan ratu menjadi selir dari raja selanjutnya? Sadarlah, itu tidak mungkin!” Li Jia tersenyum dan membalikkan tubuhnya. Dia berjalan sambil menyanggul rambutnya yang terurai. Leher jenjangnya terlihat begitu menggoda hingga Jenderal Wang Zhu kembali mendekatinya.

“Kita lihat saja, apa yang akan aku lakukan. Sebaiknya, kamu mempersiapkan dirimu karena aku tidak akan melepaskanmu,” bisiknya sambil mengecup lembut leher jenjang wanita itu.

Jenderal Wang Zhu kemudian keluar dan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan pejabat istana. Di dalam ruangan itu, mereka saling berbisik mempertanyakan kesungguhannya, hingga mereka terdiam saat melihatnya datang dan berdiri di depan mereka.

Jenderal Wang Zhu terlihat berwibawa saat berdiri di depan mereka. Tubuhnya yang tegap dan kekar membuatnya terlihat tegas.

“Aku akan menjadi raja selanjutnya. Menurut silsilah, akulah yang berhak menggantikannya,” ucapnya tegas.

“Lalu, bagaimana dengan Pangeran Wang Yi? Bukankah, dia yang lebih berhak?” tanya Perdana Menteri Qing.

“Saat ini pangeran sedang berada di luar istana. Atas permintaan ratu, pangeran dibawa ke kuil untuk belajar. Jadi, jangan lagi ada yang bertanya tentang dirinya,” ucap Jenderal Wang Zhu.

Setelah pertemuan itu, Jenderal Wang Zhu akhirnya ditetapkan untuk menduduki posisi raja. Besok, dia akan dilantik.

Keesokan harinya, aula istana sudah dihadiri pejabat istana. Sementara Jenderal Wang Zhu terlihat berwibawa dengan jubah raja yang dipakainya. Sedangkan Putri Ling telah mengenakan jubah ratu.

Mereka berdua kemudian menuju ke aula istana. Mereka disambut dengan rasa hormat. Seorang kasim datang sambil membawa nampan yang terdapat sebuah mahkota. Mahkota itu lantas dipakaikan di kepala Jenderal Wang Zhu.

“Hormat kami, Yang Mulia,” ucap mereka serempak saat mahkota telah dipakai Jenderal Wang Zhu.

Kini, gelar kaisar disematkan untuk Jenderal Wang Zhu dan ratu untuk Putri Ling. Karena keberhasilannya menyatukan Wilayah Utara dengan istana membuatnya mendapat gelar kaisar. Terlebih lagi dengan dijadikannya Putri Ling sebagai ratu yang membuat penduduk Wilayah Utara akhirnya bersumpah setia kepada istana.

Di kamarnya, Li Jia tampak murung. Istana yang selama ini dijaga oleh mendiang suaminya kini jatuh ke tangan orang-orang yang egois. “Suamiku, apa yang harus aku lakukan? Aku takut jika negeri yang selama ini kita jaga akan hancur di tangan mereka. Apa yang harus aku lakukan?” batinnya sedih.

Sementara Liang Yi juga merasakan hal yang sama. Mendengar lelaki yang sudah membunuh sahabatnya dan menderita telah menjadi raja membuatnya naik darah. Ingatannya pada Li Jia kembali hadir karena dia tahu kalau lelaki itu mencintai Li Jia. “Li Jia, apa yang akan terjadi padamu? Apakah di sana kamu baik-baik saja?”

Setelah upacara pengangkatan raja selesai, Kaisar Wang Zhu akhirnya memutuskan untuk mengumumkan tentang status Li Jia. “Ada hal yang ingin aku sampaikan pada kalian semua,” ucapnya pada semua pejabat. Mereka manatap ke arahnya.

“Apa yang ingin Kaisar katakan, kami akan mendengarkan,” jawab salah satu pejabat istana.

“Aku akan menjadikan mantan ratu sebagai istriku.” Seketika terdengar suara riuh. Ratu Ling menatapnya heran.

“Tolong tarik kembali keputusan Kaisar!” seru semua pejabat istana sambil berlutut di depannya.

“Aku tidak akan menarik keputusanku. Aku akan menjadikan Li Jia sabagai istriku. Aku akan segera menikahinya dan kalian tidak bisa menghalangiku!” Kaisar Wang Zhu terlihat tegas. Sorot matanya begitu tajam hingga membuat mereka terdiam.

Sementara Ratu Ling yang duduk di sampingnya mulai gelisah. Dia tidak menyangka kalau suaminya akan memperistri janda dari mendiang raja sebelumnya.

“Kaisar Wang Zhu, tolong tarik keputusan itu. Apa yang akan dikatakan rakyat negeri ini kalau mereka tahu mantan ratu akan diperistri oleh Kaisar. Negeri kita akan ditimpa musibah jika kita melakukan hal yang terlarang dan tercela ini,” ucap Perdana Menteri Qing yang begitu terkejut mendengar penuturan Kaisar Wang Zhu.

“Tutup mulutmu! Apa kamu menganggapku manusia tercela?”

Kaisar Wang Zhu tampak marah. Wajahnya memerah dengan tatapan yang terlihat kejam. Dia tidak pernah main-main dengan ucapannya dan keputusannya untuk menikahi Li Jia tidak bisa diganggu gugat oleh siapa pun.

“Prajurit! Seret orang tua ini masuk ke dalam penjara! Aku tidak akan membiarkan mulut besarnya itu menghinaku dan Ratu Li Jia!” perintahnya.

Melihat Perdana Menteri Qing ditangkap membuat pejabat istana lainnya memilih untuk bungkam.

“Siapa lagi yang ingin menentang keputusanku? Aku tidak meminta apa pun, aku hanya ingin menjadikan ratu Li Jia sabagai istriku. Jika ada yang keberatan, lebih baik katakan sekarang juga padaku!” seru Kaisar Wang Zhu sambil menatap mereka dengan sorot mata yang tajam.

Ruangan itu hening. “Aku akan menganggap keputusanku ini telah final dan aku tidak ingin mendengar pembicaran tentang keputusanku ini di belakangku. Jika aku menemukan orang-orang yang mencela keputusanku ini, maka aku sendiri yang akan menghukumnya dengan hukuman mati karena telah menghina Kaisar,” ucapnya membuat semua orang yang ada di tempat itu saling memandang.

Ratu Ling mengepalkan kedua tangannya saat mendengarnya. Walaupun dia ingin membantah, tetapi dia sendiri takut dengan lelaki itu.

Kaisar Wang Zhu akhirnya bangkit dan meninggalkan tempat itu dan diikuti Ratu Ling di belakangnya. “Suamiku, kenapa kamu ingin menikahinya? Biarkan saja dia menjadi selirmu, tapi kenapa kamu harus menikahinya?”

“Itu adalah urusanku. Sekarang kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan. Dan kamu tahu apa yang aku inginkan, yaitu menjadikannya istriku. Kenapa sekarang kamu mempertanyakan keputusanku ini?”

“Aku tahu, tapi menikahinya dan menjadikannya sebagai istrimu sangat menyakitiku. Aku adalah istrimu dan dia juga akan menjadi istrimu. Itu berarti dia juga akan menjadi ratu. Apa mungkin negeri ini mempunyai dua ratu? Suamiku, aku tidak akan melarangmu kalau kamu menjadikannya sebagai selirmu, tapi kenapa kamu harus menjadikannya istrimu?”

“Apa kamu lupa tujuan kita menikah? Kamu sudah mendapatkan gelar ratu dan aku hanya ingin memilikinya menjadi istriku. Bagaimana mungkin wanita yang aku cintai akan aku jadikan sebagai selir? Dia tidak pantas untuk itu karena dia wanita yang sangat istimewa bagiku. Lakukan saja apa yang sudah menjadi tugasmu dan jangan membantah keputusanku. Kalau kamu keberatan, tanggalkan saja gelarmu dan kembalilah ke Wilayah Utara. Aku tidak butuh wanita cengeng menjadi ratuku. Kalau tidak suka, maka pergilah dan kamu tidak akan lagi pernah bisa berada di sisiku,” ucap Kaisar Wang Zhu yang kemudian pergi meninggalkannya.

Wanita itu terdiam. Walau marah dan cemburu menguasai hatinya, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima keputusan suaminya yang akan menikahi wanita yang sangat dibencinya.

Sementara di halaman, Li Jia berdiri memandangi bunga yang bermekaran. Bunga-bunga itu tampak indah dengan aneka warna yang mencolok. Namun, keindahan itu tidak membuatnya bahagia. Dia terlihat sedih.

“Apa yang kamu lamunkan?” tanya Kaisar Wang Zhu yang sudah berdiri di sampingnya. Melihat lelaki itu yang telah memakai jubah raja membuatnya menunduk dan memberi hormat.

“Jangan menunduk seperti itu di depanku. Bukankah aku pernah mengatakan kalau aku tidak ingin melihatmu menunduk di depanku?” Li Jia perlahan mengangkat wajahnya dan menatap lelaki itu yang kini memeluknya.

“Aku akan menjadikanmu sebagai istriku. Kita akan menikah dan aku akan memberimu gelar ratu,” ucap Kaisar Wang Zhu yang membuat Li Jia terkejut.

“Yang Mulia, jangan lakukan itu. Aku tidak bisa menjadi ratu karena sudah ada Ratu Ling. Jangan lakukan sesuatu yang akan membuatmu ditentang. Aku tidak mengapa jika harus menjadi selirmu karena aku tidak ingin lagi menghindar darimu,” ucap Li Jia sambil berlutut di depannya.

“Bangkitlah, jangan berlutut di depanku.” Lelaki itu meraih bahu Li Jia dan mengajaknya untuk berdiri. “Aku senang jika kamu akhirnya bisa menerimaku. Baiklah, aku akan ikuti kemauanmu. Kita akan segera menikah dan mulai saat ini kamu akan dipanggil Nyonya Wang. Aku rasa itu adalah panggilan yang terhormat untukmu karena kamu akan menjadi istriku,” ucapnya sambil memeluk Li Jia.

Li Jia telah bertekad untuk menjaga negerinya dari orang-orang yang rakus akan kekuasaan. Dia akan memanfaatkan rasa cinta Kaisar Wang Zhu padanya dan menjadi wanita yang paling dicintai lelaki itu. Dia telah bertekad untuk membuatnya tidak berkutik dan mengikuti apa pun permintaannya. Selama itu untuk kebaikan negerinya dan untuk membalaskan dendamnya, dia rela mengorbankan perasaan dan juga tubuhnya.

Dua hari setelah menjadi raja, Kaisar Wang Zhu memutuskan untuk menikahi Li Jia. Upacara pernikahan itu dilaksanakan di aula istana dan dihadiri oleh seluruh pejabat istana.

Kaisar Wang Zhu sengaja mengadakan upacara pernikahan di depan semua pejabat istana untuk menguatkan keputusannya. Dia akan menjadikan Li Jia sebagai istrinya yang sah bukan sebagai seorang selir yang hanya dijadikan sebagai pemuas napsu semata. Baginya, Li Jia pantas untuk mendapatkan perlakuan istimewa.

Li Jia tampak cantik dengan hanfu berwarna merah. Wajahnya terlihat cantik walau tanpa senyuman.

“Nyonya, apa Nyonya sudah yakin dengan keputusan ini?” tanya Dayang Lin yang paham dengan perasaan Li Jia saat ini.

“Dayang Lin, hanya ini yang bisa aku lakukan. Aku hanya harus berpura-pura tersenyum di depannya. Aku hanya harus merelakan tubuhku menjadi miliknya agar bisa balas dendam. Dayang Lin, apakah mendiang suamiku akan memaafkanku atas apa yang aku lakukan ini?” tanya Li jia yang tiba-tiba memeluk wanita itu dan menangis di pelukannya.

Dayang Lin ikut menitikkan air mata. “Nyonya, aku yakin Yang Mulia akan memaafkan Nyonya. Aku akan selalu bersama Nyonya hingga hari di mana pangeran datang menjemput kita. Untuk saat ini, Nyonya hanya perlu bersabar dan aku yakin Dewa pasti akan membantu Nyonya,” ucapnya yang membuat Li Jia memeluknya erat.

Di aula istana, semua pejabat istana telah hadir. Tidak satu pun dari mereka yang menolak untuk hadir karena itu bisa menjadi akhir dari hidup mereka.

Tak lama kemudian, Li Jia datang bersama Dayang Lin. Dia terlihat anggun. Kedatangannya membuat semua orang memandanginya.

Sementara Ratu Ling memilih untuk tidak hadir. Dia tidak ingin melihat wanita yang dibencinya itu bersanding dengan suaminya.

Kaisar Wang Zhu dan Li Jia saling memberi hormat setelah upacara pernikahan selesai. Lelaki itu tampak tersenyum saat Li Jia memberi hormat padanya. Tanda hormat dari seorang istri untuk suaminya.

Dia terlihat bahagia. Keinginannya untuk memiliki Li Jia secara utuh telah kini menjadi nyata. Penantian untuk hidup bersama wanita yang dicintainya akhirnya berakhir.

Baginya, Li Jia adalah hidup dan cintanya. Dia akan menjaga wanita itu dengan segenap jiwa dan raganya. Dia tidak akan membiarkan siapa pun menyakitinya dan akan melakukan apa pun untuknya.

Malam itu, hujan turun dengan deras. Di dalam kamar, Li Jia duduk menatap wajahnya di depan cermin. Ada rasa bersalah yang mengganggu hatinya, hingga membuat air bening menggantung di pelupuk matanya. “Suamiku, maafkan aku. Izinkan aku untuk melakukan semua ini. Kebersamaan kita di dunia ternyata tak lama, tapi aku akan menebusnya saat aku telah berhasil membalaskan dendammu. Aku akan menemuimu dan selamanya kita akan bersama.” Li Jia menghapus air matanya seiring pintu kamar yang terbuka.

Di depannya, Kaisar Wang Zhu menatapnya dengan tatapan penuh cinta dan dia membalas dengan senyuman kepura-puraan yang terpaksa mengembang di sudut bibirnya.


Pendekar Cinta dan Dendam

Pendekar Cinta dan Dendam

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Kepulan asap hitam tampak mengepul di atas sebuah bukit. Bukit yang ditinggali beberapa kepala keluarga itu tampak diselimuti kepulan asap dengan kobaran api yang mulai membakar satu per satu rumah penduduk yang terbuat dari bambu. Warga desa tampak berlarian untuk berlindung, tapi rupanya penyebab dari kekacauan itu enggan membiarkan mereka meninggalkan tempat itu."Cepat bunuh mereka! Jangan biarkan satu pun yang lolos!" perintah salah satu lelaki. Lelaki yang menutupi setengah wajahnya itu menatap beringas siapa pun yang ada di depannya. Tanpa belas kasih, dia membantai setiap warga yang dijumpainya. Tak peduli anak-anak ataupun orang dewasa, dengan tega dia membantai tanpa ampun.penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset