Reinkarnasi Dewi Keabadian Episode 43

Chapter 43

Putri Anchi kemudian kembali ke Istana Khayangan. Di dalam kamarnya, dia terus memikirkan Qiang dan gadis yang dilihatnya bersama pemuda itu. Rasanya, dia begitu cemburu melihat kedekatan mereka.

Dengan kesal, Putri Anchi memukul meja hingga membuat beberapa barang yang ada di atas meja jatuh ke lantai. “Tidak bisa! Aku tidak akan membiarkan kalian bersama. Bagaimanapun juga, kalian tidak bisa bersatu!” Gadis itu lantas bangkit dan berjalan menuju ke ruangan pribadi Li Quan. Dia ingin melaporkan apa yang dilihatnya itu pada ayahnya. Namun, di depan pintu, dia menghentikan langkahnya.

“Apa yang harus aku lakukan? Jika aku melapor pada ayah, Qiang pasti akan mendapat hukuman dan aku tidak inginkan itu. Tapi, jika aku membiarkannya, Qiang pasti tidak akan bisa bersamaku. Ah, apa yang harus aku lakukan?” Gadis itu terlihat bingung dan berjalan mondar-mandir di depan pintu ruangan pribadi Li Quan. Setelah memikirkan kembali, Putri Anchi akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Dia tidak ingin membuat Qiang mengalami masalah walau dia tahu keputusan yang diambilnya menyakitkan baginya.

Putri Anchi terlihat berpikir keras tentang Qiang dan gadis yang bersama pemuda itu. Dia merasa harus mencari tahu lebih lanjut tentang gadis yang sudah membuatnya cemburu. Bila perlu, dia akan melakukan apapun agar gadis itu bisa meninggalkan Qiang.

“Baiklah, aku harus mencari tahu siapa gadis itu. Dilihat dari kemampuan bertarungnya, aku yakin dia bukan gadis sembarangan. Tapi, sehebat apapun dia, tidak mungkin dia bisa mengalahkanku yang merupakan seorang dewi.” Putri Anchi terlihat percaya diri. Wajahnya tersenyum sinis saat membayangkan wajah gadis itu saat nanti mereka bertemu.

Benar saja, dua hari setelah kejadian itu, Putri Anchi memutuskan untuk turun ke bumi. Dia ingin bertemu secara langsung dengan gadis itu. Putri Anchi yang terlihat cantik dan anggun berjalan perlahan menuju depan pintu kedai. Di depan pintu, dia berdiri dan tak sengaja dilihat oleh Yi Yuen yang berjalan perlahan ke arahnya.

“Maaf, ada yang bisa aku bantu?” tanya Yi Yuen dengan sopan. Putri Anchi hanya menatapnya dari kepala hingga ke ujung kaki.

“Apa kita bisa bicara sebentar?” tanya Putri Anchi yang membuat Yi Yuen mengerutkan dahinya. Dia menatap gadis yang kini berdiri di depannya dengan seksama.

“Maaf, apa sebelumnya kita pernah bertemu? Aku hanya tidak bisa meninggalkan kedai jika tidak dalam keadaan yang mendesak karena aku harus melayani pasien yang datang. Kalau tidak keberatan, mungkin kita bisa bicara di dalam.”

“Kita memang belum pernah bertemu sebelumnya, tapi aku yakin kamu pasti tidak akan menolak jika aku ingin membicarakan tentang Qiang.”

Mendengar nama kekasihnya disebut, Yi Yuen cukup terkejut, tapi dia berusaha mengontrol keterkejutannya itu dengan sebuah senyuman. “Apa kamu tahu dengan kekasihku itu? Apa kamu temannya?” tanya Yi Yuen yang membuat Putri Anchi menahan rasa cemburu.

“Kekasih? Aku ingin lihat apa yang akan kamu lakukan setelah tahu siapa Qiang sebenarnya,” batin Putri Anchi yang memaksa tersenyum.

“Kalau begitu, apa kita bisa bicara sebentar karena ada sesuatu yang ingin aku sampaikan.”

Setelah melihat ke dalam kedai yang sudah tidak terlalu ramai, Yi Yuen lantas meminta izin pada ibunya dan menemui Putri Anchi yang sudah menunggunya. Kedua gadis itu lantas berjalan menuju satu taman kecil yang tidak jauh dari kedai.

“Baiklah, apa yang ingin kamu sampaikan padaku?” tanya Yi Yuen memulai kata.

“Apa kamu tahu siapa Qiang sebenarnya? Aku lihat kalian sangat dekat, tapi apa kamu tahu siapa dia sebenarnya?”

Yi Yuen tersenyum dan menatap Putri Anchi dengan tatapan mata yang tenang. “Memangnya, apa yang kamu ketahui tentang dia? Lagipula, tidak ada rahasia di antara kami dan apa aku boleh tahu, kamu itu siapa?”

Putri Anchi tersenyum kecut saat mendengar ucapan Yi Yuen hingga membuatnya tertawa pelan. “Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Aku hanya ingin mengingatkanmu kalau dirimu dan Qiang tidak akan pernah bisa bersama. Apa kamu tidak menyadari itu? Sudahlah, jangan berharap lebih padanya dan lepaskan dia.”

Yi Yuen kembali tersenyum. “Apa karena kamu menyukainya?” tanya Yi Yuen yang membuat Putri Anchi terlihat gugup. “Apa karena itu kamu datang menemuiku dan menyuruhku melepas Qiang? Apa kamu pikir semudah itu kamu menyuruhku untuk meninggalkannya? Baiklah, jika apa yang aku katakan benar, maka berusahalah lebih keras untuk membuatnya menjauh dariku. Kalau dia benar bisa meninggalkanku, maka kamu boleh memilikinya.”

Putri Anchi merasa diremehkan dengan ucapan Yi Yuen hingga membuat kedua tangannya mengepal. “Kamu terlalu percaya diri. Apa kamu pikir bisa bersaing dengan seorang dewi?”

Ucapan Putri Anchi membuat Yi Yuen tertawa hingga kedua pipinya memerah. “Dewi? Apa karena itu kamu datang menemuiku?” Yi Yuen menatap Putri Anchi yang terlihat kesal. “Kamu cukup cantik, tapi kenapa kamu harus datang padaku dan mengatakan tentang hal sepele ini? Apa kamu tidak percaya diri hingga menemuiku yang tidak ada apa-apa bila dibanding denganmu?”

Mendengar ucapan Yi Yuen membuat Putri Anchi menatapnya tajam. Tanpa sadar, cahaya hitam terlihat di telapak tangannya dan bersiap menghantamkannya ke arah Yi Yuen yang menatapnya lekat.

“Kembalilah ke tempatmu dan jangan ikut campur dengan urusanku. Aku tidak ingin membuat masalah denganmu. Apa kamu pikir aku takut denganmu hanya karena kamu seorang dewi? Aku tidak akan pernah melepaskan Qiang demi apapun. Camkan itu!”

Yi Yuen lantas berbalik dan meninggalkan Putri Anchi yang terlihat kesal. Telapak tangan yang dipenuhi cahaya hitam lantas diarahkan ke pohon yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Suara ranting patah yang berderak membuat Yi Yuen bergeming. Dia terus berjalan meninggalkan tempat itu dan menghilang di ujung jalan.

Sementara Putri Anchi terlihat kesal dan meninggalkan tempat itu. Dia kembali dengan membawa amarah dan kekesalan hingga membuatnya membanting apa saja yang ada di dalam kamarnya. Semua pelayan dibuatnya kewalahan dengan sikapnya itu. Sementara Putri Mu Rong terlihat mencoba menenangkannya. “Putriku, ada apa? Kenapa kamu marah-marah seperti itu?” tanya Putri Murong sambil mengajak putrinya itu duduk.

“Ibu, aku membenci gadis itu. Dia telah merebut Qiang dariku!”

“Gadis? Gadis yang mana? Apa ada gadis di Istana Khayangan ini yang berani membuat putri dari raja Istana Khayangan menangis?”

“Dia bukan di sini, Bu, tapi dia adalah gadis yang tinggal di alam manusia. Qiang telah menjalin kasih dengan seorang gadis di sana dan gadis itu telah berani menghinaku, Bu.”

“Apa maksudmu? Apa kamu menemui gadis itu? Putriku, kenapa kamu berbuat nekat seperti itu? Jika ayahmu tahu, dia pasti akan sangat marah padamu”

Terlihat kekhawatiran di wajah wanita itu. Namun, dia mengerti dengan perasaan putrinya yang sama dengan apa yang dia rasakan. Dia juga merasakan sakit hati karena Li Quan pernah menjalin kasih dengan seorang gadis dari alam manusia. Walau terkejut dengan tindakan putrinya, tapi dia mengakui keberaniaan putrinya itu dibandingkan dengan dirinya yang tidak bisa melakukan apa-apa.

“Putriku, bersabarlah. Jangan khawatirkan hal itu. Ibu akan pastikan kalau Qiang akan menjadi milikmu. Tenanglah.” Putri Anchi mengangguk dan dia yakin dengan apa yang dijanjikan ibunya padanya.

Karena merasa putrinya tidak pantas untuk disakiti, Putri Mu Rong berencana membicarakan tentang masalah putrinya itu dengan Li Quan. Di dalam kamar, Putri Mu Rong tampak menunggu suaminya yang belum juga muncul. Hingga di tengah malam, Li Quan baru datang.

“Suamiku, ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” ucap Putri Mu Rong sambil mendekati suaminya itu.

“Ada apa? Katakan saja padaku.”

Li Quan lantas duduk di salah satu kursi dan melihat Putri Mu Rong yang kini duduk di sampingnya.

“Aku ingin kamu memberi izin pada Qiang untuk menikahi putri kita.”

Li Quan terkejut dengan apa yang baru saja diucapkan istrinya itu. “Apa maksud ucapanmu itu?”

“Putri kita mencintai muridmu dan dia tidak ingin melepaskannya. Apa aku salah jika menginginkan putri kita bahagia?”

Li Quan seakan berada di dua persimpangan. Kedua anak gadisnya menginginkan pemuda yang sama, tapi dia tahu kemana pilihan hati Qiang yang nyatanya lebih besar pada Yi Yuen. Sesaat, Li Quan terdiam dan mencoba mencari jawaban yang tepat untuk dia berikan.

“Aku tidak bisa memutuskan karena itu tergantung dari Qiang. Jika dia memilih Anchi, aku akan mengizinkan mereka menikah, tapi jika tidak, aku tidak bisa memaksakan dia untuk menikahi Anchi.”

Jawaban yang diberikan Li Quan membuat Putri Mu Rong tidak merasa puas, karena itu berarti suaminya tidak bisa memaksa Qiang untuk menikah dengan putrinya. “Apa kamu tidak bisa memaksanya untuk menerima putri kita? Apa kamu tidak ingin melihat putri kita bahagia?” tanya Putri Mu Rong hingga membuat Li Quan bangkit dari tempat duduknya.

“Apa sekarang kamu merasa bahagia? Pernikahan kita yang dipaksakan apakah membuatmu bahagia?”

Putri Mu Rong terkejut saat mendengar ucapan Li Quan yang kemudian pergi meninggalkannya. Wajahnya memerah karena ucapan yang baginya suatu penghinaan. “Li Quan, sampai kapan kamu memperlakukanku seperti ini? Apa kehadiran putri kita tidak bisa membuatmu melupakan wanita itu? Apa aku harus membunuhnya agar dia hilang dari ingatanmu?” Putri Mu Rong mengepal tangannya seiring air matanya yang jatuh. Kembali, dia merasakam sakit di hatinya hingga membuatnya semakin membenci wanita yang telah merebut perhatian Li Quan darinya. “Aku tidak akan membuatmu menyiksaku lagi. Aku harus hentikan semua ini.”

Putri Mu Rong meninggalkan kamar dan menemui ayahnya. Baginya, tidak ada yang bisa menenangkan hatinya selain ayahnya. Dia kemudian pergi dan mencari cara agar tujuannya itu bisa tercapai. Dan benar saja, sudah ada rencana besar yang disiapkan Dewa Perang yang sontak membuatnya tersenyum puas.

Hari yang dijanjikan Li Quan untuk bertemu dengan Zhi Ruo telah tiba. Lelaki itu terlihat gagah dengan jubah sederhana yang dipakainya. Begitupun dengan Qiang yang sudah menunggunya. Kedua lelaki itu telah bersiap meninggalkan Istana Khayangan dan dalam sekali lesatan cahaya, mereka berdua telah tiba di alam manusia. Keduanya lantas menemui Zhi Ruo san Yi Yuen yang sudah menunggu sejak pagi.

Melihat Zhi Ruo di depannya, Li Quan segera memeluknya. Mereka begitu bahagia dengan senyuman yang merekah di wajah keduanya. Tak hanya Zhi Ruo, tapi Yi Yuen juga dipeluknya. “Putriku, ada hal yang ingin Ayah katakan padamu.”

“Katakan saja, Ayah. Aku alan mendengarkan apa kata Ayah.”

Li Quan mengajak putrinya itu untuk duduk. Ditatapnya wajah putrinya itu sambil membelai kepalanya dengan lembut. “Maafkan Ayah karena ada satu hal yang harus kamu ketahui tentang Ayah.” Li Quan menarik napas dan mengembuskannya perlahan. “Kamu pasti sudah tahu tetantang Ayah dari cerita ibumu, tapi ada hal yang harus kamu ketahui. Ayah mempunyai seorang putri di Istana Khayangan.”

Yi Yuen mendengar dengan seksama dan dia tidak terkejut mendengar hal itu. “Ayah, apapun itu aku tidak peduli. Walaupun Ayah memilki putri selain aku, aku tidak peduli karena bagiku, Ayah tetaplah ayahku.”

Li Quan tersenyum mendengar ucapan putrinya itu. Entah apa maksud dari senyumannya yang nyatanya membuatnya gusar, tapi kebenaran harus dia ucapkan walau dia tahu kebenaran itu pasti akan membuat sebahagian orang terluka.

“Ayah tahu kamu dan Qiang saling mencintai walau sebenarnya Ayah tidak terlalu yakin jika kalian sanggup menerima perbedaan kalian. Ayah hanya tidak ingin kamu mengalami nasib yang sama dengan ibumu. Putriku, Ayah harus jujur padamu karena adikmu juga mencintai Qiang.”

Yi Yuen terkejut. Begitupun dengan Qiang yang berdiri tak jauh dari mereka. Walau terkejut, tapi Yi Yuen kemudian tersenyum hingga membuat ayahnya heran dengan sikapnya itu.

“Jadi, gadis cantik yang waktu itu datang menemuiku adalah adikku sendiri?”

Li Quan kembali dibuat terkejut dengan ucapan putrinya itu. “Gadis siapa maksudmu? Apa Anchi datang menemuimu? Apa itu mungkin?”

“Itu pasti dia. Dia sangat cantik bahkan dengan sinar hitam yang keluar dari telapak tangannya. Apa dia tahu kalau aku juga adalah putrimu?”

Li Quan tahu betul siapa putrinya itu. Putri Anchi memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengn ibunya. Apa yang diinginkannya haruslah dia dapatkan. Tidak peduli dengan orang lain yang akan terluka karena mereka. Dan itu jauh berbeda dengan sifat Yi Yuen yang membuat Li Quan lebih menyayangi putrinya itu.

“Guru, maafkan aku. Seharusnya aku tidak membawa Putri Anchi ke alam manusia. Itu karena dia terus mendesakku, tapi aku sama sekali tidak menyangka kalau dia berani mendatangi Yi Yuen hanya karena diriku. Guru, hukumlah aku!” Qiang berlutut di depan Li Quan hingga membuat Yi Yuen merasa kasihan padanya.

“Qiang, bangkitlah. Aku tidak menyalahkanmu karena aku tahu kamu mencintai Yi Yuen dan kamu harus bisa menjaganya dengan segenap kemampuanmu. Walau itu artinya kamu telah melanggar peraturan langit, tapi aku tidak bisa membuat putriku terluka karena peraturan itu. Aku akan mengizinkan kalian bersama karena aku tidak ingin peristiwa yang menimpa kami berdua terulang pada kalian,” ucap Li Quan sambil menatap Yi Yuen. “Ayah mohon, hiduplah lebih lama dan berbahagialah.”

Yi Yuen menitikan air mata mendengar penuturan ayahnya. Gadis itu lantas memeluk ayah dan ibunya. Dia begitu bangga dengan kedua orangtuanya yang begitu bijaksana. Namun, itu tidak berlaku bagi Putri Mu Rong dan Putri Anchi yang memaksa untuk menerobos masuk ke dalam ruangan pribadi Li Quan saat melihat lelaki itu pergi meninggalkan Istana Khayangan. Penjaga pintu ruangan itu dipaksa untuk membuka pintu. Mereka diancam akan dibunuh jika berani menolak membuka pintu. Tanpa perlawanan, pintu ruangan itu terbuka dan Putri Anchi terkejut saat melihat lukisan wajah dua orang wanita yang terpampang di depan matanya.


Reinkarnasi Dewi Keabadian

Reinkarnasi Dewi Keabadian

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2020 Native Language: Indonesia
Gemuruh petir menggelegar di atas langit mendung. Rintik air hujan perlahan turun dengan derasnya dan membasahi ranting pepohonan di dalam hutan. Di mulut goa, terlihat seorang gadis sedang berteduh sambil membersihkan rambut dan wajahnya dari percikan air hujan. Wajahnya tampak gelisah karena khawatir hujan tidak akan reda. Melihat langit yang mulai senja dengan mendung yang menyelimutinya, gadis itu mulai memanjatkan doa, berharap hujan yang makin deras itu akan segera reda.   Terlihat, mulut gadis itu komat-kamit sambil memejamkan matanya. Wajahnya yang cantik, tampak anggun saat matanya terpejam. Doa-doa yang dipanjatkan setidaknya menjadi kekuatan tersendiri baginya. Walau doa tak henti dia panjatkan, nyatanya hujan tak juga reda. Bahkan, hujan turun semakin deras dengan suara petir yang menggelegar bersahutan....Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera dibaca ceritanya...

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset