“Dian…,” Ryan semakin sesak, dia tidak punya pilihan lain selain sekuat tenaga melawannya. Dia melempar tubuh Dian ke samping. “hei…hei…tenang,” Ryan masih mengumpulkan nafasnya. “darah?” lalu dia bergerak ke tepi kasur.
Dian tertawa terbahak-bahak, suaranya melengking. Perlahan dia menjilati pisaunya, “selanjutnya giliranmu,” suara Dian sangat berbeda. Suara yang biasanya lembut berubah menjadi suara yang sangat serak, berat, seperti suara nenek.
“Dia kerasukan,” ucap Ryan dalam hati.
Ryan melihat sekelilingnya, tidak ada benda yang bisa dia gunakan untuk menahan Dian. Namun ada sebuah lampu tidur yang berdiri tegak di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Ryan mengambilnya , lalu meminta Dian untuk mundur. Tetapi Dian tidak mau menurutinya, dengan gerakan yang liar Dian mendekati Ryan. Dengan berat hati Ryan memukul istrinya dengan lampu tidur tepat dipelipis kepalanya. Lampu itu pecah dan hancur berkeping-keping. Dian tergeletak tidak sadarkan diri.
“Maaf…maafkan aku Dian,” sambil memeluk istrinya yang untungnya masih bernafas hanya saja tidak sadarkan diri. Dengan sigap Ryan mengambil pisau yang masih ada ditangan istrinya, lalu membuangnya jatuh.
Saat akan membawa istrinya pergi, tiba-tiba Dian bangun. Matanya melotot, kemudian mencekik leher Ryan dan melemparnya kuat sampai tubuh Ryan menghantam tembok kamar dengan keras. “Beraninya kau!” ucapnya.
Ryan merasakan sakit yang hebat dipunggungnya, sedikit demi sedikit dia mulai bangun. Saat Dian akan mengambil pisaunya, Ryan bergegas bangun. Menutup pintu kamarnya lalu menguncinya dengan cepat. Dian mengedor-ngedor pintu dengan sangat keras sambil berteriak akan membunuh Ryan. Di luar kamar sungguh mengejutkan, banyak darah yang menempel di lantai. Bahkan darah juga tercecer sampai tangga bawah.
“Da…darah siapa?” Ryan tidak mau memikirkannya tetapi korban yang terlintas di kepala adalah bi Sutri. “tidak…tidak mungkin, Dian mungkin berjalan ke sini sendirian lalu menemukan pisaunya di dapur,” Ryan bergerak menuju pintu depan, sialnya pintu depan terkunci. “sial! pasti dia menyimpannya,” belum lagi ponselnya tertinggal di kamar.
Pintu kamar akhirnya jebol juga, Dian berlari ke bawah sambil membawa pisau. Di bawah Ryan sudah menunggunya.
“Tidak ada tempat tuk bersembunyi hah?”
“Tidak, aku tidak akan sembunyi untuk istriku. Dian dengar….,” Dian memotongnya sambil berteriak.
“Aku bukan Dian! aku akan membuatmu seperti si pria tua dungu itu, aku membunuhnya dengan kejam sampai istrinya menjadi orang yang gila,” tertawa dengan keras.
“Siapa?…siapa yang dia bicarakan?” ucap Ryan dalam hati.
Dian mengarahkan pisaunya ke dada Ryan, namun dia bisa menahannya. Tenaga Dian sangat kuat, ujung pisaunya sudah menancap sedikit.
“Argh!…Di….an,” masih berusaha agar pisaunya tidak menancap kedadanya.
“Ha..ha! mati kau!”
“Tidak…tidak!” Ryan membanting lengan istrinya ke arah lain, walaupun dadanya tergores akibat dia melakukannya. “apa…apa yang harus aku lakukan?” perlahan Dian mulai bangkit lagi. Ryan pergi ke arah dapur, membuka semua laci yang bisa dia buka. Akhirnya dia menemukan kotak perkakas yang sengaja dia simpan di area dapur, dia terlalu malas untuk menyimpannya di gudang.
Dian sudah mendekat, Ryan mengambil sebuah kunci tang berwarna merah. Dia bisa merasakan bahwa Dian sudah berdiri dibelakangnya, bayangannya menutup diri Ryan yang sedang menunduk di depan kotak perkakas.
“Maafkan aku Dian!” tangan kanannya diayunkan menuju perut Dian, Ryan memukul perut istrinya terlalu keras sehingga dia memuntahkan darah saat perutnya terkena kepala kunci tang yang besar.
“Kau tega melakukan ini pada istrimu?!” Dian berlutut sambil memegangi perutnya.
“Iya, karena aku tidak ingin istriku dirasuki setan jahat sepertimu!” Ryan memukul kepala istrinya dengan keras. Dian jatuh tidak sadarkan diri, darah segar mengucur dari dahinya. Ryan memeluknya lagi, hembusan nafas pelan terasa di leher Ryan. “syukurlah,” lalu dia menghubungi ambulans untuk datang kerumahnya.
Dengan gergaji ditangannya, Ryan masuk kekamarnya. Merobek kasurnya dengan gergaji, lalu membuka isinya. Sama seperti dalam mimpinya, sesosok mayat terbungkus oleh perban-perban tersimpan di dalam kasurnya. Inilah mengapa dia selalu dihantui, dan membuat rumahnya menjadi sangat angker. Ryan membawa mayat itu ke dalam mobilnya, meninggalkan istrinya yang bersimbah darah di rumah. Dua ambulans terlihat saat mobilnya berpapasan.
Ryan menjalankan mobilnya menuju pemakaman Belanda yang waktu itu dia kunjungi, dia melihat penjaga yang sama. Bukan orang tua waktu itu, tetapi penjaga sungguhan. Ryan turun dari mobilnya, menyimpan sebuah palu di balik kemejanya. Terjadi percakapan sebentar sebelum si penjaga tumbang akibat dipukul kepalanya oleh Ryan. Dia membawa mayatnya keluar, menggotongnya menuju tempat pemakaman.
Dia berhenti di tempat keluarga Van Garlie, menaruh sebentar mayatnya kemudian mencari sebuah alat untuk menggali tanah. Dia menemukannya di tempat penjaga makam, si penjaga masih hidup hanya saja tidak mampu bangun karena kepalanya mengeluarkan darah yang banyak.
“Kuat juga anak ini,” Ryan meninggalkannya kemudian masuk lagi ke area pemakaman. Dia menggali tanah tepat disebelah makam anggota keluarga Van Garlie. Lalu menguburkan mayat yang terbungkus perban di sana. “beristirahatlah dengan tenang.
Sosok Harlott tiba-tiba muncul disebelahnya, “Terima kasih, sekarang nenekku bisa pergi dengan tenang,” sambil mengusap wajah Ryan.
“Ya….,” Ryan menjawabnya lirih.
Beberapa hari kemudian sebuah televisi lokal memberitakan bahwa telah terjadi percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh seorang suami kepada istrinya beserta asisten rumah tangganya. Keberadaan sang suami sampai sekarang belum diketahui. Harry yang datang ke rumah sakit untuk mengunjungi Dian sempat menanyakan keberadaan Ryan. Namun hal terakhir yang diingat oleh Dian adalah saat dia harus mendadak pulang dari kantor karena mengalami gejala mual dan muntah-muntah.
Kondisi Dian sudah berangsur pulih, dia mengalami geger otak. Perutnya mengalami luka dalam, bakal janin yang merupakan hasil cintanya dengan Ryan pun harus keguguran. Bi Sutri masih dalam keadaan koma, setelah perutnya robek di bagian sisi kanan. Beruntung nyawanya tertolong karena saat kejadian, seorang petugas kebersihan melihat suara minta tolong yang berasal dari unit tempat keluarga Ryan tinggal sementara. Informasi terbaru dari kepolisian adalah mereka menemukan mobil Ryan terparkir di sebuah jalan tol, jauh dari kota asal Ryan tinggal.