Ruang tamu begitu hening, tidak ada sekata apapun keluar dari bibir Yana. Hanya tangan yang memegang semangkuk bubur hangat dan mulai menyuapiku dengan perlahan. Aku terbaring di kursi ruang tamu, dengan sabar Yana menyuapiku tanpa mengeluh.
Dengan perlahan mangkuk bubur yang tadinya penuh, kini telah habis tidak tersisa. Yana tersenyum padaku, melihatku makan dengan lahap. Tangannya mengambil obat dan segelas air yang ada di meja di depannya.
Yana menyuruhku meminum obat itu, dengan sabar Yana merawatku. Padahal aku hanya demam saja, tapi Yana begitu perhatian padaku. Setelah meminum obat Yana pamit pulang padaku.