Aris sudah berada di Aceh bersama pak Marwanto menuju titik permasalahan langsung ,yaitu di tempat kapal yang mendaratkan ratusan imigran gelap Rohingya di pantai Kulle , Laweung , Kecamatan Muara Tiga , Kabupaten Pidie . Para imigran Rohingya itu berjumlah 200 orang yang terdiri dari 67 orang laki-laki ,67 orang perempuan serta 60 orang anak-anak . Diketahui 6 orang diantaranya kabur saat kapal sampai di pantai Aceh dan 6 orang tersebut dalam pengejaran pihak kepolisian .Berdasarkan hasil penyelidikan , kapal yang membawa ratusan imigran Rohingya tersebut berasal dari hasil patungan yang diserahkan kepada agen agar mereka bisa berlayar. Aris menuju tempat lain yaitu di perairan Bireun yang terlihat baru datang dan masih memasuki perairan tersebut karena mereka ditolak oleh masyarakat setempat dan belum diketahui jumlah imigran tersebut. Aris bertemu dengan rekan sesama jurnalis kebetulan asli Aceh dan mereka saling berpincang tentang imigran gelap tersebut . Ahmadi nama jurnalis tersebut menerangkan kepada Aris tentang muasal imigran tersebut
Ahmadi : ” Mereka tersebut membayar pada agen yang masih melarikan diri dan dalam pengejaran polisi “.
Aris : ” Wah kalau demikian lebih pelik permasalahannya….ayo…kita merapat ke kapal yang terombang -ambing di perairan Bireuen ini…”
Ahmadi : ” Tak mungkin kak….mereka malah memohon kepada kita agar bisa mendarat …banyak warga menolak karena tahu silsilah imigran Rohingya tersebut sehingga masyarakat melarangnya turun ke sini ” . Sosial media banyak yang menjelaskan tentang asal muasal etnis Rohingya yang mencari perlindungan hidupnya baik di Banglades, Malaysia atau dimanapun mereka tinggali karena sudah terusir dengan negaranya di Miyanmar . Aris diikuti Ahmadi dan pak Marwanto menuju ke segerombolan emak-emak.
Aris : ” Selamat sore ibu-ibu…sedang apa disini….ramai sekali kelihatannya ” . Salah seorang emak-emak yang tak mau disebutkan namanya menerima kedatangan aris dan mengajaknya bicara tentang pengungsi gelap tersebut . Emak-emak tersebut mengatakan kalau masyarakat sebenarnya amat prihatin pada mereka tetapi tak mungkin menerimanya karena mereka elegal tanpa surat-surat lengkap.
Emak-emak : ” Mereka sudah diusir para nelayan kami , dan mereka juga sudah kami bantu makanan tetapi tetap tak mau menjauh …dan kami serahkan ke pihak yang berwajib…”
Aris : ” Jadi mereka sudah di beri bantuan makan ya…”
Emak-emak : ” Iya soalnya mereka bilang mau makan….dan perutnya kelaparan yan kami berikan makanan….tapi mereka malah membuangnya…jadi kami marah…kami saja meminta bantuan kepada masyarakat saja kesulitan tetapi mereka malah membuang makanan tersebut….ya jelas kami marah….” kata emak-emak tersebut dengan menggebu-gebu. Karena melihat mereka yang kecapaian dan terkena hembusan air laut dan ditolak kesana kemari akhirnya warga berinisiatif menjemput mereka berdasarkan rasa kemanusiaan . Pengungsi tersebut di jemput , mereka juga akan menjamin kesejahteraan pengungsi serta akan mau membantu kalau sudah berada di darat katanya. Warga akan membantu serta pemerintahan setempat akan memberikan sumbangan beras dan memasaknya .
Aris menyaksikan detik-detik penjemputan pengungsi yang sudah loyo tersebut dan di videokan agar Semarang Sejahtera bisa menyaksikannya bersama dengan menggunakan kapal nelayan mereka di dampingi petugas para pengungsi tersebut di bawa ke desa Lancok , mereka menjalani rapid test virus corona dengan hasil negatif untuk seluruh pengungsi , mereka ditampung di di bekas kantor imigrasi dan mereka belum tahu motif mereka meninggalkan tempat tinggalnya secara pasti. Derita Nestapa dialami pengungsi Rohingya yang ditolak kesana kemari dan ada yang sudah meninggal karena kecapekan dan mayatnya di buang ke lautan. Berbulan- bulan mereka berlayar dengan persediaan makanan yang mulai menipis dan bisa diterima di Aceh. Kini mereka berjumlah banyak sekali bahkan sampai ribuan datang ke Aceh untuk mencari ketenangan di Sabang . Ahmadi menemani Aris sampai di sini karena banyak keperluan yang akan dilakukannya . Tiga hari Aris berada di Sabang dan hendak kembali ke Aceh karena pak Marwanto kecapekan dan mengalami trauma melihat banyaknya pengungsi Rohingya , Pak Marwanto akhirnya pulang ke Jawa dan di urus Aris kepulangannya , selanjutnya balik ke Sabang lagi. Aris membaca berita dari beberapa penulis serta menonton youtube tentang warga Rohingya yang memiliki watak keras dan tak tahu berterima kasih dimana pengungsi Rohingnya tega membuang baju yang di berikan warga karena tak sesuai dengan gaya pakaian keseharian yang dipakai etnis Rohingya serta menyebutkan pula kalau etnis Rohingya kuat dalam perkelahian yang hanya memperebutkan colokan hape saja . Etnis Rohingya juga tak mau di perintah kalau disuruh pura-pura tak mendengar sehingga menyarankan Indonesia jangan menerima pengungsi etnis Rohingya. Macam Israel saja seperti itu wataknya…. malahan Israel bisa mengeklaim Palestina dan mendudukinya serta mengusir Palestina, begitu batin Aris ‘ Kok bisa ya…bangsa memiliki watak keras kepala dan merebut kepemilikan tanah sedangkan Palestina yang empunya malah diusirnya . Ituah perbedaan antara Israel dan Rohingya macam itu guman Aris selesai melihat you tube dan menelepon Ahmadi selesai mengantar pak Marwanto dari bandara Bandara Internasional Aceh Sultan Iskandar Muda .
Ahmadi : ” Hallo kak…iya…aku jemput sekarang ya kak….?!”
Aris dijemput oleh Ahmadi dan membicarakan tentang pengungsi ilegal Rohingya.
Aris di ajak Ahmadi menemui rekannya yang lain dan bertukar fikiran mengenai masalah Rohingya dan mendengar beberapa informasi dari masyarakat dan juga dari kaum mahasiswa tentang tujuan mereka ke Indonesia yang di duga memang Indonesia menjadi tujuan pengungsi tersebut dengan macam-macam alasan ada yang kelaparan , ada yang ingin mencari kerja , dan ada yang mengatakan kapalnya karam juga mesin mengalami kerusakan , mereka singgah acak diberbagai perairan dan ada yang singgah di perairan Belawan, rupanya mereka masuk kesegala penjuru dan membuat mahasiswa marah kemungkinan mereka berfikiran Indonesia merupakan negara yang lemah di kawasan perairannya dan tak memiliki penjaga yang menetap .
Sementara itu Badan PBB untuk masalah pengungsi UNHCR masih menunggu kepastian dari pemerintah Aceh dari pemindahan 127 pengungsi Rohingya Aceh dari tempat penampungan sementara ke Gedung Palang Merah Indonesia Aceh .Pihak UNHCR juga meminta masyarakat dapat menerima pengungsi Rohingya dan tak akan menyebarkan isyu yang dapat menyebabkan gesekan antara pengungsi dan masyarakat . Sebelumnya Menko Polhu. kam Mahfud MD mengaku sudah berkoordinasi dengan ketua PMI Pusat Yusuf Kalla untuk memindah pengungsi tersebut dan tak akan menampung secara permanen lantara Indonesia tidak ikut dalam konfensi tahun 1951 tentang pengungsi .
Aris memberitakan siaran langsung tentang keadaan pengungsi yang sakit karena bebagai masalah dan itu memang sudah menjadi tugasnya di Semarang Sejahtera dan mereka mendapatkan pengobatan karena sudah saatnya mereka diperiksa keadaannya setelah melaut beberapa bulan, umumnya mereka kena penyakit kulit serta sakit lambung yang tak teratur makannya . Tapi kondisinya sehat karena masyarakat mau membantu mereka dan memberikan apasaja terhadap pengungsi Rohingya tersebut. Saat ini mereka menunggu saudara-saudarany pengungsi yang lain dari segala penjuru di enam titik lokasi untuk berkumpul di Gedung PMI Aceh . Pengungsi yang tersebar tersebut berada di enam titik tersebut diantaranya di Banda Aceh , Aceh Timur , Sabang , Lhokseumawe , Pidie dan mereka ada yang belum melaporkan beberapa tempat lainnya karena memang mereka mencari titik keamanan untuk mengungsi. Karena waktu sudah habis Aris menelepon Rina untuk menjemputnya pulang ke Semarang meskipun masih ada gejolak lagi tentang Rohingya yang akan datang karena mereka memiliki anak-anak yang perlu tumbuh dan berkembang , Aris tertidur di pesawat menuju Jakarta dengan membawa segudang pemikiran antara Rohingya dan Israel yang benar-benar jauh berbeda tetapi sama -sama tak memiliki tanah kenegaraan dan malah merusak dan mensabot Palestina tetapi kalau Rohingya malah memiliki kasus Genosida dimana pemerintahan Myanmar tak memasukkan etnis Rohingya ke dalam etnis Myanmar sungguh perjalanan hidup selama di pengungsian amat menyedihkan .