Pelet Hitam Pembantu episode 55

Chapter 55

“Sekarang saatnya kau mati.” ucap wanita manis itu melangkah maju dengan tenang. Senyum terkulum menggidikkan.

“Srek srek srek.”

Gesekan batang besi dan lantai keramik menghasilkan bunyi derit yang menyayat telinga. Membuat ngilu siapapun yang mendengarnya.

Dokter Andri masih tak percaya Yati yang selama ini selalu lembut dan halus bisa berubah begitu rupa.

Pelan tubuhnya beringsut untuk menghindari kejaran Yati yang terlihat ganas dan kejam. Sorot matanya dingin. Seolah siap menghancurkan apapun yang didekatnya.

Tepat lima kaki dari posisi dokter Andri, kembali Yati berhenti, dan dengan dengusan keras diayunkannya batang besi itu tepat ke arah kepala dokter Andri yang masih berbalut perban.

“Hghghghhhrrrrr….”

“Wuttts!”

“Bugggg!”

Namun, entah darimana datangnya, serangan itu mental begitu saja. Sepotong kain tebal telah berhasil menghalangi batang besi itu menghancurkan tulang tengkorak dokter Andri.

Bahkan bukan hanya itu, kain itu juga berhasil melilit batang besi, sehingga menyebabkan gerakannya terkunci rapat.

“Hghghghhhrrrrr…”

Yati mendengus keras serta menarik kembali batang besi itu dengan kuat.

Namun berbanding terbalik dengan tenaganya. Semakin keras ia menarik, bukannya terlepas batang besi itu dari lilitan kain, tapi justru terasa semakin kuat dan mengikat. Sesaat terlihat mereka saling tarik ulur, hingga akhirnya Yati berseru keras,

“Jangan kau campuri urusanku!!” hardik Yati dengan kesal.

“Aku akan terus mencampuri urusanmu. Kecuali kau tinggalkan dia dan kakakku!” tukas Laras kalem. Sikapnya tetap waspada.

Ia berusaha untuk tidak terpancing emosinya, karena itu akan sangat merugikannya. Setiap kali ia tersulut emosi, seketika itu tenaganya terkuras beberapa persen. Dan itu sama sekali tak menguntungkannya.

Beberapa saat tampak mereka saling bersikukuh untuk saling memenangkan pertarungan itu, hingga tanpa diduga-duga, tiba-tiba tubuh Yati terlonjak kesamping dan berputar vertikal, menyebabkan lilitan itu bebas dan dalam waktu secepat kilat kembali batang itu berusaha menggebuk kepala dokter Andri.

“Prakk!”

Dokter Andri yang sama sekali tak siap hanya bisa menangkis dengan lengan kanannya yang masih terbungkus perban, menjadikannya semakin kesakitan akibat luka yang semakin parah. Darah tampak mengalir pelan dari luka yang terbuka itu.

“Waaaaaaaa…” jerit dokter Andri bergulingan menahan sakit.

Laras terpancing emosinya mendapati kakaknya menjerit kesakitan. Ia tak tega pada dokter Andri.

Diambilnya kain tebal tadi, dan diputar-putar layaknya baling-baling.

“Wut wut wut!”

Cepat sekali putaran itu, hingga membuat Yati terpojok. Beberapa kali wajahnya terkena ujung kain itu, yang meninggalkan bekas merah layaknya tamparan.

“Plak plak!”

Beberapa kali tubuh wanita cantik itu bergulingan akibat tamparan kain itu telah mengenai rahangnya.

Namun seakan kebal terhadap rasa sakit, begitu tubuh itu jatuh, kembali ia bangkit dan siap melanjutkan pertarungan. Saat ini yang ada dalam pikiran Yati adalah bagaimana cara menjatuhkan lawan. Hanya itu.

“Wuts!”

Kembali serangan kain menyambar tubuhnya, menghasilkan angin besar yang membuat tubuhnya sesaat oleng dan terhuyung.

Menghadapi serangan kuat dan berbahaya itu, Yati tak hilang akal. Sengaja di pancingnya agar dia lebih dekat dengan posisi dokter Andri, sehingga Laras mengendorkan serangannya. Dan di saat itulah, dengan cekatan batang besi itu berhasil bersarang pada lambung Laras,

“Dukk!”

Mengakibatkan Laras terhuyung mundur beberapa langkah dan muntah darah.

“Huekkkkk! Huekkkkk!”

Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Yati. Satu gebukan pada punggungnya berhasil menghentikan serangan Laras yang langsung jatuh tak sadarkan diri.

Yati kembali bangun dan berjalan pelan mendekati dokter Andri. Disunggingkannya satu senyuman dingin namun kejam.

“Sudah saatnya dokter….” gumamnya pelan, hampir tak terdengar.

“Kkk….kkkauuu…ss…siapa?” ujar dokter Andri lirih. Matanya menatap Yati yang tampak nanar seakan haus darah.

Tak ada jawaban. Hanya senyuman (atau seringai?) saja yang terlihat disana. Sebuah senyuman yang mengingatkan dokter Andri pada sebuah peristiwa puluhan tahun silam. Pada senyuman seseorang. Senyuman yang dulu begitu dirindukannya. Bahkan sampai beberapa lama kepergiannya, senyum itu selalu layak untuk dirindukan.

“Kkk….kkaaau….?” ujar dokter Andri terbata-bata.

“Hmmmm…. Kau masih ingat juga rupanya?” ucap Yati. Kali ini senyumnya terlihat semakin lebar.

“Kau….Melati?”

“Benarkah kau Melati?”

Yati masih tersenyum (atau tepatnya menyeringai) dengan mata tajam dan nanar.

“Kau tidak pernah menghargai rasa cintaku padamu dokter. Kau sia-siakan kematianku demi hidup bahagia sendiri.”

“Kau laki-laki biadab. Seenaknya saja kau mencari wanita lain. Tak pernah kau berpikir untuk terus setia padaku. Kau…..”

“Tapi…alam kita sudah berbeda Melati. Dan tak pernah sedikitpun aku memintamu untuk mencintaiku.” ujar dokter Andri membela diri.

“Omong kosong! Kau memang tak tahu diri!” ujarnya seraya mengayunkan tongkat besi itu, namun tertahan oleh tangan Mbok Minah yang tiba-tiba bangun dan menggenggam erat batang besi itu.

“Istighfar Mbak. Istighfar!”

Lagi-lagi kata itu terlontar dari bibir tuanya, yang tak henti-hentinya memohon Yati untuk beristighfar.

Namun bukannya dituruti, justru hal itu membuat Yati makin meradang. Dan dengan satu sentakan keras, tongkat berhasil ditariknya lepas. Dan selanjutnya adalah,

“Kau wanita tua! Merepotkan saja.”

“Pergilah ke neraka!”

“Spakkk!”

Sebuah tendangan keras mengenai rahang wanita tua itu, membuatnya oleng dan menyemburkan darah segar.

“Mbaaaaak…..istighfar…..”

Mbok Minah muntah darah. Terlihat beberapa gigi turut jatuh bersamaan dengan cairan merah segar itu.

Yati kembali menyeringai menyaksikan tubuh tua itu lagi-lagi terbaring tak sadarkan diri.

“Nah, kau…dokter Andreas Sutawijaya yang terhormat. Pilih jalan kematianmu!” ucap Yati seraya tersenyum sinis.

“Melati! Sudah kukatakan berkali-kali. Alam kita berbeda. Kita tak berjodoh. Biarkan aku hidup dengan jalanku. Dan kau kudoakan tenang disana.”

“Brakkk!”

Batang besi itu keras menghantam dipan, mengakibatkan dokter Andri tersurut mundur.

Nyalinya hilang seketika saat dilihatnya bekas pukulan Yati yang mampu membuat dipan itu tergoncang keras dan hampir roboh. Bisa dibayangkan jika pukulan itu mengenai dirinya. Tulangnya bisa hancur atau patah.

“Cukup sudah. Aku tak mau berlama-lama lagi. Aku mencintaimu. Akan kubawa kau pergi bersamaku.”

“Biarlah cinta ini tak bertemu di dunia. Tapi yakinlah bahwa kita akan bertemu di surga. Kali ini biarlah kita mati bersama saja. Sudah terlalu lama aku menunggumu disana.”

Kembali Yati melangkah. Kali ini tepat diarahkannya batang besi panjang yang ternyata ujungnya lumayan tajam. Dan ujung runcing itu tepat diarahkannya ke jantungnya.

Dokter Andri melotot tak percaya. Dia yakin kali ini serangan Yati takkan main-main. Langkahnya sudah bebas. Tak ada lagi penghalang. Laras dan Mbok Minah sudah terkapar di sana.

Kali ini hanya keajaiban lah yang bakalan bisa menolongnya. Diam-diam dokter Andri berdoa sambil berbisik.

“Ya Allah. Benarkah kali ini aku akan mati?”

Yati berjalan pelan. Tak perlu buru-buru untuk menghabisinya. Toh saat ini tak ada lagi penghalang.

“Dok….”

“Inilah saatnya aku membawamu…”

“Hiaaaaaaaa……”

Dengan gerakan cepat ditusukkannya batang besi ke arah jantung dokter Andri. Begitu cepatnya hingga tak ada lagi kesempatan untuknya kabur barang sejengkal.

“Splash!”

Namun, tepat sejengkal sebelum batang besi itu melubangi tulang dada dokter Andri, sekonyong-konyong tubuh Yati oleng dan terjatuh. Tepat diatas tubuh dokter Andri yang hanya bisa pasrah dengan tubuh Yati yang tepat menimpanya.

“Hugh!”


Pelet Hitam Pembantu

Pelet Hitam Pembantu

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Sekonyong-konyong sebuah tas pakaian besar sarat isi menimpa tubuh mungil wanita berambut sebahu itu. Tak dikancingkannya retsleting dengan benar, hingga sebagian isinya berhamburan keluar."Aduh!"Wanita itu urung menutup wajah dan tubuhnya dari lemparan tas besar, hingga sempat mengenainya dan membuat tubuhnya tampak sesaat limbung, dan kemudian terjatuh duduk dengan lutut menghantam aspal jalanan.Penasaran dengan kelanjutannya? yuk segera simak cerita dibawah ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset