Prenthol episode 23

Bantuan Palestina

Sarju dan Kimli berniat mencari peminat untuk kemanusiaan karena mereka amat prihatin dengan negara Palestina.

Sarju     : ” Kita adakan bakti kemanusiaan bagaimana….? ”

Kimli     : ” Mana aku ada uang sisa…..wong semua uangku sudah di caplok bojoku…..sampai seluruh pendapatan sekecil kecilnya dia bisa tahu…..uang yang kudapat dari rotimu saja di sambarnya, untung kamu punya istri seperti mbak Wartinah yang mau membagi pendapatannya padamu serta anak-anakmu…”

Sarju     : ” Samalah yang namanya perempuan kalau butuh yaaa…. semuanya di embat.Wartinah dulu juga seperti itu semua pendapatanku di korek-korek…tapi setelah dia dapat tambahan dari rotinya bu Rindu aku menjadi lega….ternyata dia pengertian padaku…jadi semua perempuan itu sama..selalu menyortir dompet sampai tinggal catatan bon kantor yang di sisakan..ha…ha…carikan istrimu pendapatan yang bisa membantu kebutuhan untuk dirinya saja mungkin agar tak mengganggu kebutuhan makan sehari-hari…”

Kimli    : ” Iya….dia juga menjual roti kamu….tapi belum bisa nraktir aku dan masih tetap nyikat habis uang gaji bulanan ku….”

Sarju     : ” Sabar Kim….belum waktunya…karena istrimu selalu titip uang pada  Wartinah untuk kulaan rotinya jadi dia tak mengambil roti baru bayar tapi dia sudah bayar baru ambil roti…”

Kimli    : ” OOOO…gitu to…aku salah tafsir sama istriku yang ternyata membantuku juga…walau tak terang-terangan menenangkanku, jadi dia tak punya hutang dong sama mbakyu Wartinah ?!”

Sarju     : ” Sepertinya sih tidak…tapi itu setahuku…..he…he… ”

Kimli    : ” Kalau gitu aku akan rundingan sama istriku agar mau menyumbangkan di masjid kita….” Sarju bersukur karena Kimli mau menerima usulan Sarju untuk menggalang sumbangan kemanusiaan di Palestina. Dan keinginannya didukung pak Marjuki pengurus Masjid Istikomah di kampungnya serta mau menggalang dana. Sarju di kantornya juga meminta bantuan pada dokter-dokter.

Elis     : ” Walah paling itu Prentol akal-akalan wae…..”

Sarju   : ” Sejak kapan to Lis…aku ngakali awakmu…wong malah kamu yang selalu bantu aku nolongin ambilkan jahitan…beliin makanan ….”

Elis      : ” Wlah padune ngrayu…..wis ini ada uang seratus ribu buat sumbangan Palestina lho….bukan sumbangan untuk kamu…..”  sambil membuka dompet yang ada dalam tasnya.

Sarju    : ” La itu Karmi… apa mau nyumbang Palestina tidak….? ”

Elis      : ” Yo tanyain sendiri….masak ya aku ….” Elis sambil berteriak mengumumkan sumbangan Palestina akan di terima lewat Prenthol…, dokter yang mendengarnya segera keluar ruangan dan membantu amal kemanusiaan.

dr Sherley : ” Nih aku bantu seiklasnya…..” sambil mengeluarkan uang lima ratus ribu rupiah….dan meneruskan pembicaraannya,” Waah barengan sama teman kantor suamiku…tapi tak apa pak Sarju…semoga kebaikan hatimu diijabah yang Maha Kuasa ” Banyak yang memberikan sumbangan lewat Sarju yang terkenal jujur itu bahkan Elispun bersedia membatu di kampungnya di Gunungpati serta mencatatkan semua uang yang diterima karena banyak dokter yang menyumbang lewat Sarju.

dr Gunarto  : ” Ini aku sumbangkan satu juta dan aku juga mau menolongmu untuk menggalang dana…” Sarju sangat berterima kasih sekali karena mendapat sumbangan sebanyak Tujuh Juta Tiga Ratus Rupiah dari kantornya Dinsos dan dapat tambahan lagi Lima Juta ,jadi totalnya Dua Belas Juta Tiga Ratus Rupiah . Sarju memasukkan uang tersebut di dalam amplop panjang coklat  yang bertuliskan Bhakti Sosial Palestina. Sorenya uang itu diserahkan kepada Pak Marjuki. Elis yang opyak-opya di kampunya mendapatkan sumbangan di tambah dari gereja tempatnya beribadah  sebesar Sepuluh Juta Lima Ratus Tujuh Belas Ribu Rupiah yang diserahkan esok harinya bersamaan dengan Kimli  dan sekretaris RT sama bendaharanya yang minta bantuan beberapa kampung sebelah. Sumbangan tersebut ngumpul dan di serahkan lewat Masjid Baitul Rahman sebagai pusat penyelenggara se kota Semarang dengan hasil sumbangan sebesar Lima Ratus Juta Tiga Ratus  Tujuh  Puluh Lima Ribu Lima Ratus Rupiah dan di tambahin pengurusnya menjadi Enam Ratus Juta Rupiah. Sarju diajak pak Marjuki bertemu pengurus Masjid Baitul Rahman bersama Kimli dan sekretaris juga bendahara masjid dan RT  yang berkat keberanian Sarju menggalang Bhakti Sosial untuk Rakyat Palestina yang akan di kirimkan lewat Bank yang ditunjuk oleh para Donatur Palestina dan mereka pada berfoto untuk mengabadikan kebahagiaannya karena mampu mengumpulkan uang tersebut cuma dalam waktu singkat satu minggu . Sarju, Kimli , pak Marjuki dan pengurus RT mendapat kenang-kenangan berupa plakat piagam sebagai pengatur sumbangan Masjid Baitul Rahman.

Sarju    : Untuk apa ini pak Marjuki…..”

Marjuki  : ” Ini kita dipercaya sebagai menyalur sumbangan untuk selanjutnya…biar kita tidak di curigai sebagai penyalur bantuan secara ilegal…” Sarju tersenyum dan menganggukkan kepalanya yang tandanya Sarju tak mengerti makna dari piagam tersebut. Kimli menjelaskan waktu pulang karena tak enak kalau didengar pengurus Masjid Baitul Rahman .

Kimli     : ” Piye dah ngerti belum arti pemberian plakat piagam kepercayaan terhadap kita dan kartu anggota donatur kemanusiaan Masjid Baitul Rahman ” .

Sampai rumah Wartinah menanyakan suaminya uuntuk apa piagam tersebut, tapi Sarju cuma menjawab ” Kita dipercaya sebagai tenaga resmi dari Masjid Baitul Rahman untuk masalah sumbangan ” Harni yang mendengarnya sangat senang karena berkat kejujuran hati bapaknya bisa mendapat kepercayaan. Harni memfoto bapaknya bersama piagamnya di masukkan ke Face book agar masyarakat bisa menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada bapaknya yang jujur. Elis yang melihat face book Harni mengomentari foto tersebut yang mendapat banyak kometar dan diperlihatkan kepada ibuk/bapaknya.

Sarju     : ” Kok malah di pammerkan di face book to ndukkk…?! ”

Harni     : ” Iya karena bapak keren…sebagai tenaga yang jujur….”

Sarju      : ” Kok malah di pamerke….jujur iku tak boleh di pamerkan….”

Harni     : ” Sekarang itu orang banyak yang nipu….kelihatannya baik padahal penipu…”

Sarju       : ” Bapak takut kalau dikomentari yang enggak-enggak soalnya..” Harni membacakan semua komentarnya dan Sarju mendengarnya tapi tetep tak boleh lagi memuat foto Sarju karena malu pada teman-teman anaknya.

Harni     : ” Harni malah bangga pada bapak karena dapat predikat jujur…lo ini malah akan menyumbangkan uang dan mau datang ke rumah besok..bapak jangan kemana-mana ya….?”

Sarju      : ” Lo piye to kok malah kamu jadi ngatur bapak…besok bapak mendapat tugas dokter di Sapta Marga II dengan pengurus, jadi bapak tak bisa….”

Wartinah  : ” Dah biar ibu saja yang terima dan nanti di fotokan ya nduk….dari pada pusing ndengerin bapak sing gak mudengan…..”

Harni      : ” ‘Gih buk…nanti akan Harni dokumentasikan…masuk face book lagi…”  Wartinah menemui tamu-tamunya yang pingin bertemu Sarju untuk menerima sumbangan kemanusiaan, berkat face book sumbangan mengalir dengan derasnya yang mau tak mau Sarju akhirnya mengalah sama Harni yang menerima guru sekolahnya menyumbangkan dana kemanusiaan lewat masjid Baitul Rahman. Sudah dua kali Sarju bersama pak Marjuki ke Masjid Baitul Rahman untuk menyerahkan sumbangan lewat face book yang di foto pengurus masjid dan dikirimkan kepada Harni untuk di muat di face booknya. Guru sekolah Parjo juga menitipkan sumbangannya kepada Sarju sepulang kerja yang akhirnya mereka mengerti kalau ayahnya Harni pulangnya sore dan mau bertemu Sarju kalau sore hari. Wartinahpun lega karena sudah tidak mengurusi keuangan Sarju yang di pegang Harni.

Harni     : ” Bapak nabung saja di bank biar mereka tak repot-repot ke rumah dan menggangu istirahat bapak…”

Sarju      : ” Bapak tak repot kok malahan bapak senang dapat kenalan dengan mereka…matur nuwun ya nduk sudah dimasukkan di Face book dan bapak di percaya menyalurkannya ke Masjid Baitul Rahman ”

Harni    : ” Inggih pak sami-sami…”

Tiap bulan sekarang panitia mengambil sumbangan ke rumah Sarju dan memberi bantuan memperbaiki teras rumah Sarju, Sarju hanya mesem saja sambil memeluk istrinya Wartinah sambil menggandeng Parjo. Ketentraman membuat hidup Sarju nyaman dengan kejujurannya Sarju mendapat kepercayaan walaupun dia tak mengerti administrasi tapi anaknya membantu Sarju untuk mencatat apa adanya keuangan tersebut dan Sarju hanya tersenyum saja melihat kiprah anak perempuannya yang sebentar lagi akan menghadapi ujian sekolahnya .


Prenthol

Prenthol

Score 8
Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2022 Native Language: Indonesian
Prenthol adalah seorang lelaki yang sayang keluarga , walaupun pendidikannya rendah tak jadi masalah karena Prenthol terus selalu berusaha berbuat baik dan menerima apa adanya amat jujur dan lugu orangnya .Prenthol tak bakalan menyerah banyak yang mengasihi Prenthol alias Sarju , cobaan demi cobaan ia lalui dengan tabah. Seperti apa sajakah cobaan tersebut ? Mari kita ikuti kisah ini bersama dan semoga bisa menjadi contoh teladan kita

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset