Aqila mengerjap-ngerjapkan matanya berusaha mengumpulkan nyawa. Rasa kantuk masih menyelimutinya, namun ia harus terbangun karena hari ini ia akan fitting gaun pengantin. Aqila segera beranjak dari tempat tidurnya dan meraih handuk. Tiba-tiba ponselnya berdering menandakan ada yang telepon.
Aqila meraih ponselnya yang ada di atas nakas. Delon, batinnya. Ia segera menggeser tombol berwarna hijau sambil tersenyum sumringah.
Hallo sayang, ucap Aqila dengan lembut.
Morning kesayangan, kirain belum bangun, jawab Delon dari seberang sana.
Udah dong, kan hari ini mau fitting gaun. Ucap Aqila seraya duduk di tepi tempat tidurnya.
Gue ada rapat dulu di rumah sakit, tar lo berangkat duluan sama Rangga ya. Ujar Delon.
Oh gitu, iya okey deh. Ya udah gue tutup dulu teleponnya ya, see you honey. Jawab Aqila.
See you.
Aqila sangat memaklumi pekerjaan Delon sebagai dokter di salah satu rumah sakit terbesar di kotanya. Ia tidak pernah marah atau jengkel jika Delon tidak ada disisinya setiap saat karena ada pasien yang harus Delon rawat.
Setelah menutup telepon, Aqila segera mandi dan bersiap menunggu Rangga menjemputnya. Aqila mengenakan rok denim midi dipadukan dengan crop top long sleeve berwarna putih. Rambutnya dibiarkan tergerai begitu saja. Tak lupa ia mengenakan sneaker berwarna putih dan sling bag berwarna hitam. Make up natural menghiasi wajah cantiknya. Sempurna. Batinnya.
Tak lama kemudain terdengar suara mobil di depan rumahnya. Aqila segera turun dan membuka pintu. Rangga keluar dari mobilnya dan menghampiri Aqila.
“Delon udah bilang kan kalo gue yang jemput lo?” tanya Rangga tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.
“Iya udah kok, ya udah yuk berangkat.” Jawab Aqila.
“Mamah lo mana? Gue mau pamitan.” Ujar Rangga sambil menoleh ke dalam rumah.
“Mamah lagi pergi.” Aqila segera menutup pintu dan masuk ke dalam mobil.
Rangga mengikutinya dan segera masuk untuk menyalakan mesin mobil. Ia segera memasang sabuk pengaman dan melajukan mobilnya perlahan. Jalan raya terlihat lengang karena ini adalah hari kerja.
Rasa canggung tercipta diantara keduanya. Sudah sekian lama mereka tidak berada di mobil yang sama ataupun mengobrol bersama. Mereka berdua seperti orang asing yang sama sekali tak mengenal satu sama lain.
Selama ini Rangga mencoba melupakan Aqila, namun ia gagal karena semakin ia berusaha melupakan maka perasaannya terhadap Aqila semakin kuat.
Hati Rangga sudah benar-benar dikuasai oleh Aqila. Wanita yang di temuinya di devil rent. Wanita yang dengan santainya menyewa pacar padahal dirinya sangat mudah mendapatkan pacar.
“Hubungan lo sama Lena baik-baik aja?” ujar Aqila memecah keheningan.
“Yap, semuanya baik-baik aja,” lagi-lagi Rangga berbohong soal hubungannya dengan Lena.
“Baguslah.” Aqila menyandarkan kepalanya di jok dan memejamkan mata.
Rangga melirik sekilas dan mengagumi kecantikan Aqila. Tambah cantik aja ini cewe. Batin Rangga.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 menit, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.
Aqila segera turun dan masuk ke dalam. Rangga mengekorinya di belakang tanpa mengucapkan sepatah katapun. Pikirannya tak karuan, membayangkan bahwa dirinyalah yang menjadi calon pengantin prianya.
***
Aqila tampak cantik mengenakan gaun putih dengan lace detailed di setiap sisinya. Illusion sleevesnya yang pendek membuat Aqila semakin terlihat anggun. Gaun ala Barat ini membuat Aqila terlihat sempurna.
Rangga terpukau melihat kecantikan Aqila. Ia mengamatinya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Sempurna. Batinnya.
Aqila tersenyum ke arah Rangga. “Gimana? Bagus gak?” tanya Aqila seraya tersenyum manis.
Rangga seolah terhipnotis oleh kecantikan Aqila, ia tak segera menjawab pertanyaan Aqila melainkan menatapnya dengan jantung yang berpacu lebih cepat dari biasanya.
“Ga,” Aqila memanggil Rangga karena Rangga tak kunjung menjawab pertanyaannya.
“Hah? Em iya bagus kok,” jawab Rangga gugup setelah sadar dari lamunannya.
“Tolong cobain jasnya dong Ga, badan lo sama Delon kan hampir sama. Gue pengen liat.” Pinta Aqila.
“Gak gak, Delon juga bentar lagi nyusul kok,” tolak Rangga.
“Udah cepet sana cobain, gue mau ganti baju dulu.” Ujar Aqila yang seolah tak peduli dengan penolakan Rangga.
Rangga menghela nafas berat dan segera beranjak dari tempat duduknya. Yang nikah siapa yang nyobain baju siapa. Batin Rangga kesal. Kalau saja yang memintanya bukan Aqila pasti ia akan menolak mentah-mentah.
Aqila kagum melihat Rangga mengenakan jas yang dipilihnya. Setelan jas berwarna cream terlihat begitu menawan di pakai Rangga. Model slim fit dengan kombinasi kemeja dan celana yang juga ngefit menampilkan siluet tubuh Rangga yang membuatnya terlihat sempurna.
“Ga, lo ganteng banget! Sumpah gue baru sadar lo seganteng ini,” ujar Aqila yang langsung beranjak dari tempat duduknya dan memutari tubuh Rangga.
“Dari dulu lo kemana aja Qil? Biasa-bisanya baru sadar kalo gue ganteng?” tanya Rangga dengan nada sombong.
“Dih songong.” Aqila memukul bahu Rangga dengan cukup keras.
“Andai gue yang nikah sama lo Qil,” ujar Rangga dengan lirih.
Aqila sontak terkejut dan terpaku di tempatnya, tubuhnya seolah tak bergerak mendengar penuturan Rangga. Ia merasakan darahnya berdesir dan jantungnya berpacu cukup kencang. Sadar Qil sadar, lo milik Delon! Batinnya yang berusaha menyadarkan dirinya sendiri.
“Hahaha, apaan sih Ga, lo kan mau nikah sama Lena. Inget, gue kakak ipar lo.” Jawab Aqila berusaha senormal mungkin.
“Hahaha canda bund,” sahut Rangga sambil tertawa ringan.
Suasana antara Aqila dan Rangga sudah tidak canggung lagi dan mulai kembali seperti semula. Mereka pun saling melemparkan candaan dan tertawa bersama. Momen-momen yang tidak mau Rangga lewatkan begitu saja.
“Gak kerasa ya Ga, kita udah lama banget gak pernah ngobrol dan becanda kayak gini.” Ujar Aqila.
“Lo bucin mulu!” sahut Rangga ketus sambil berpura-pura kesal.
“Iri bilang bos,” sahut Aqila sambil menunjuk Rangga dan tertawa memamerkan deretan giginya yang putih bersih.
Tawa yang sangat dirindukan oleh Rangga selama ini. Ia bersyukur masih bisa menikmati momen bahagia ini sebelum Aqila benar-benar menjadi istri dari Delon, kakak kandungnya.
“Kok Delon belum nyusul juga ya?” tanya Rangga karena sudah cukup lama namun belum ada tanda-tanda kehadiran Delon.
“Gak tau nih, dia belum bilang apa-apa. Mungkin masih rapat sama ada urusan lain kali.” Jawab Aqila.
“Terus kita mau ngapain? Ini udah selesai loh. Yakali diem disini nungguin Delon.”
“Pergi aja yuk. Gue pengen makan yang pedes-pedes nih,” saran Aqila.
“Ide bagus, gue juga lagi pengen makan pedes,” sahut Rangga antusias.
Mereka pun pergi menuju salah satu restoran yang terkenal dengan makanan pedasnya. Sudah tidak ada rasa canggung lagi diantara mereka mambuat suasana lebih hidup dan menyenangkan.