“Bu,” mencoba memanggil bu Ratna. Tapi tidak ada jawaban, “maaf bu..,” mencoba memanggilnya sekali lagi.
Bu Ratna menjawabnya dengan sedikit ketus, “Apa lagi sih?! Kamu kenapa ga pulang-pulang?!”
Ryan masih penasaran, apakah bu Ratna tahu cara mengusir gangguan makhluk halus dari rumahnya. “Saya mau tanya aja bu, kalau ibu tahu tentang Lady Marline. Ibu pasti tahu cara mengusirnya bukan? Bertanya dengan sangat sopan.
“Kamu sudah menemukan bukunya bukan? Lihat saja sendiri!!” lagi-lagi menjawabnya ketus.
Ryan menjelaskan bahwa buku merah yang dia temukan sudah berlumuran darah, sehingga tulisan yang ada di sana hampir tidak bisa terbaca olehnya. Dia juga berjanji jika diberitahu caranya, atau ada sesuatu petunjuk yang bu Ratna berikan kepadanya. Dia tidak akan mengganggu kehidupan bu Ratna lagi untuk selamanya.
“Huh….,” menghela nafasnya. “ketika saya tinggal sendiri di rumah itu, hampir setiap malam saya bermimpi bertemu Harlott. Saya tidak tahu apa yang coba dia beritahu, saya hanya melihatnya berjalan pergi. Posisi kami berdua di sebuah dapur dengan ornament klasik, saya tidak tahu percisnya,” bu Ratna menambahkan. “jika kamu penasaran, kamu coba tinggal sendirian di sana untuk beberapa hari.”
Setelah diberitahu begitu Ryan pergi dan mendoakan agar bu Wita cepat sembuh dan tidak terjadi apa-apa pada diri bu Wita. Dengan alasan untuk melakukan pekerjaan, Ryan meminta izin kepada istrinya untuk sementara waktu tinggal di rumah mereka. Awalnya istrinya tidak mau ditinggal berdua saja dengan bi Sutri, takut kejadian mistis menimpanya lagi. Ryan menegaskan bahwa apartemennya aman, tidak ada gangguan dari makhluk halus.
Ryan menyimpan buku merah yang sudah tidak bisa terbaca lagi di atas meja hias yang terbuat dari kayu-kayu jati. Merebahkan dirinya di kasur, suasananya sangat sunyi sekarang. Karena hanya dia yang tinggal sendiri di sana. Rasa kantuk datang, tanpa disadari Ryan sudah tidur.
Ryan membuka matanya, dia berada di sebuah ruangan. Tepatnya ruangan makan karena ada sebuah meja makan yang terbuat dari kaca yang ukurangnnya panjang dengan hiasan lilin di atas mejanya. Kursi makannya dilapisi kain berwarna putih yang bagian sampingnya diberi hiasan berwarna emas. “Hm..,” tidak menyadari dirinya ada di mana sekarang.
Lalu muncul seorang wanita muda berambut pirang, berpakaian ala-ala jaman dulu dengan rok besar mengembang yang menutupi kakinya. Dia berjalan menuju meja makan, namun hanya melewatinya saja tanpa duduk di kursi-kursinya. Wanita itu hanya memandangi Ryan lalu pergi. Ryan yang penasaran kemudian mengejarnya. saat ingin keluar dari ruangan ini, sesuatu menghalanginya. Sebuah tembok besar menutupi geraknya. Sisi lainnya juga kini ditutupi tembok, dia terjebak diruangan ini bersama dengan meja makan. Hal yang lebih mengejutkan wanita yang dilihatnya barusan sekarang terlihat berada di salah satu kursi.
Kepalanya tergeletak menyamping, matanya terbuka sangat lebar, dari mulutnya keluar busa-busa berwarna ungu gelap. Kedua tangannya berada di bawah meja. Ryan tidak tahu apa yang harus dia lakukan, saat ingin mendekat tiba-tiba sebuah tangan yang sangat keriput berwarna abu menembus dadanya. Dia tidak merasakan sakit hanya saja Ryan tidak bisa menggerakan tubuhnya. Lalu keluar kepala dari tembok dibelakangnya, seorang nenek tua dengan rambut yang sangat berantakan. Mukanya panjang senyumannya sangat lebar, dia membisikan sesuatu kepada Ryan.
“Jangan datang lagi….,” suaranya pelan namun menyeramkan.
Ryan terbangun dari tidurnya, seluruh tubuhnya penuh dengan keringat dingin. Dia mengecek dadanya, tidak ada lubang melongo di sana. “Mimpi buruk kah?” menelan ludah, lalu mencari air untuk menenangkan dirinya. Langkahnya sangat berat, efek mimpi tadi masih sangat terasa.
Setelah meminum segelas air barulah Ryan merasa kondisinya lebih enakan sekarang, dia tidak menyangka bahwa mimpi yang dikatakan oleh bu Ratna langsung terjadi padanya. Kejadiannya juga sama ketika tidak ada siapa-siapa di rumah, ini membuat Ryan bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang terjadi kepada wanita Belanda berambut pirang yang wujudnya seperti Harlott yang dia lihat dalam mimpinya. Apakah semuanya berhubungan dengan peristiwa mistis yang sering dia alami belakangan ini. pertanyaan-pertanyaan muncul dalam benaknya.
“Hm…masih jam dua dini hari, baiknya aku lanjut tidur sebentar sebelum siap-siap berangkat kerja.”
Ryan kembali kekamarnya di lantai dua, saat ingin menaiki tangga dia melihat sosok perempuan yang memakai baju yang sama dengan Harlott. Bertemakan Belanda jaman pertengahan, sosok ini tua dan warna rambutnya lebih gelap.
“Jangan-jangan ini….,” sosok wanita tua itu lalu melompat dari ujung tangga, terjatuh dengan keras ke lantai. Bunyi-bunyi tulang yang patah terdengar sangat jelas, Ryan yang melihatnya lalu mundur beberapa langkah. Tangannya gemetaran, gelas air yang dia pegang goyah.
Kepala sosok wanita itu bergerak-gerak, gerakan tidak mulus. Kepalanya bergerak seperti jarum jam, semakin lama semakin cepat lalu terhenti. Tepat saat kepala itu mulai berdiri sendiri, di saat bagian lain tubuhnya menghadap ke lantai. Menggunakan dagunya sebagai tumpuan, matanya juga melotot tajam. Kali ini tangan dan kakinya bergerak, sekarang wanita tua itu terlihat seperti laba-laba. Tiba-tiba berjalan cepat dengan kedua tangan dan kakinya, Ryan yang mulai panik tidak bisa berbuat banyak karena dia tersungkur ke belakang. Air digelasnya tumpah semua, lalu Ryan menutupi dirinya dengan kedua tangannya. Semuanya mendadak gelap.