Prenthol episode 6

Mendapat Hadiah Hape

Habis gajian Sarju dan Amir melihat-lihat di pasar Bulu Ia ingin membelikan daster istrinya mumpung tidak kepotong pinjaman karena sudah lunas, Sarju ingin mengajukan pinjaman lagi tapi khawatir istrinya marah ” Ah…tak apa buat membahagiakan Wartinah “, pikirnya. Amir geli melihat Sarju yang mengukur tinggi istrinya yang dibawah telinganya tanpa memperhitungkan kurus dan gemuknya, karena Wartinah orangnya kurus . Amir bingung bin kasihan pada Prentol dan ia mengatakan ” Kalau itu untuk Menik istriku…kalau Wartinah orangnya kurus…yang itu….yang cemanthel pojok itu…?!”

Prenthol   : ” Aku memang pingin yang besar bisa untuk selimut kalau malam, ini untuk Wartinah…”

Amir          : ” La yang besar itu untuk Menik jadi kau belikan ? ”

Prenthol   : ” Istriku bisa marah nanti, kamu mau beli ‘gak….? ”

Amir          : ” Dirumah ada banyak…aku ndak tahu seleranya saat ini…kalau ‘gak mood malah kupingku korbannya…”

Prenthol    : ” Wee…galaknya mbak Menik…kalau Wartinah mbanting kursi kayu…terus aku yang mbenerin ”

Amir          : ” Ya sama saja…kalau gitu…sama galaknya ” Sarju nyengenges saja. Mereka makan nasi goreng Rahayu langganan lamanya Amir dan Sarju, “Kalau dulu Rahayu cantik sekarang sudah tua sama jeleknya dengan kita…” kata Sarju

Amir          : ” Enggak ah…aku ‘gak pating prenthol kayak kamu…”

Sarju          : ” Biar pating prenthol tetap idolanya Wartinah….”

Amir          : ” Wartinah apa Parti…?! ”

Sarju          : ” Parti gundulmu….dia itu kasihan lo Mir…kemarin ider sana sini  kepegang kamtib malah minta teh anget sama nasi , kamtibnya kasihan dan dia dibelikan ramesan”

Amir          : ” Kamu juga ngasih pasti….!”

Sarju          : ” Enggak…tanggal tua…sangu dari Wartinah cuma untuk beli bensin”

Amir          : ” Kenapa ya…Menik itu cerewet bukan main…”

Sarju          : ” Sama…Wartinah juga cerewet tapi ia yang ngurusin makan, bersih-bersih dan belanja tiap hari., ngurusin anak ….apalagi kalau tanggal tua gini manyun terus bawaannya, tapi kalau amplop gaji sudah kita berikan badanku dipijitin..enak rasanya sampai tertidur…jadi ya wajarlah kalau istri kita cerewet wong untuk kebahagiaan kita juga “.

Amir         : ” Iya..ya…untuk kebahagiaan kita…dah ayok pulang jangan kelamaan nanti kumat marahnya…”

Mereka pulang Amir ke Tegalsari Sarju ke Krobokan lain arah tapi mereka sama – sama tersenyumnya yaaahhh….senyuman pegawai rendahan sebagai seorang sopir alias driver bahasa kerennya. Wartinah senang sekali dibelikan daster suaminya pas sekali dengan tubuhnya yang kecil , sore hari langsung dipakai karena kainnya adem. Harni, Parjo dan Wartinah memijit seluruh tubuh Sarju yang merasa keenakan.

Parjo         : ” Pak Jojo pingin punya ayam, belikan ya….? ”

Sarju         : ” Iya…, besok kalau bapak sudah libur….Bu Guru baik ndak Jo….?”

Parjo         : ” Bu Tutik baik pandai nyanyi….suaranya bagus kok pak…! ”

Sarju         : ” Kalau sama ibuk bagus mana…..?”

Parjo         : ” Ya….bagus semuanya….’

Sarju         : ” Yaaaa sekarang ibuk sama mbak Harni sudah mijitnya….tinggal Parjo yang belum…punggung bapak di injak-injak ya….?”

Parjo         : ” Kok sama seperti ibuk sukanya di injak – injak..enak ya pak…?! ”

Sarju         : ” He eh enak…dipinggang itu…itu enak..agak lama ya…?”

Parjo         : ” Pak bener lo..belikan ayam….”  Sarju tidak nyahut…dan malah merem. ” Walah bapak sudah tidur…sudah ya pak… Jojo sama mbak Harni…”

Sarju rupanya tertidur karena kelelahan, Parjo langsung lompat dari tempat tidur dan bermain bersama Harni kakaknya, Wartinah mengatakan jangan teriak-teriak biar bapak tidur sebentar karena hampir maghrib. Sarju segera mandi dan persiapan ke masjid bersama Jojo sedang Harni di rumah saja menyiapkan makan malam dengan bacem tahu dan telur juga kerupuk.


Sarju meminta tolong Kimli cara menggunakan hape karena Ia kurang mengerti cara pakainya .

Kimli      : ” Ini hape bagus lo Ju… Oppo A36 beli berapa seharang…? ”

Sarju       : ” Ini dikasih bos Pertamina Cepu….sudah sebulan tak dipakai….?”

Kimli      : ” Kok kamu kenal ?

Sarju      : ” Anak mantan bos aku …mana aku sanggup beli Kim…?!”

Kimli      : ” Bos mu baik banget sama kamu…”. Sarju tersenyum saja sambil memperhatikan pemakaiannya, ” Ini sudah ada paketannya…?” lanjut Kimli karna Sarju ‘gak tahu Harni disuruh memperhatikan, ” Hlo bapak ada hape..ihir aku bisa cari tugas sekolah dari pada ke warnet atau pinjam Kartini samping rumah putrinya pak Zainal…”Aku bisa memakainya pak” eriak Harni. akhirnya hape di serahkan kepada Harni. Ia menseting lagu dan volume agar tak mengganggu kalau tidur. ‘ Tulalit..Tulalit…Tulalit…Tulalit..suara penggilan hape dari mas Andi Cepu , Sarju bingung dan Harni memberikan cara menjawab tekepon, ” Hallo asalamuallaikum mas Andi…”   ” Waallaikum salam pak Sarju….sudah lancar pakainya…?’

Sarju       : ” Ini yang kasih tahu Harni anak wedok…”

Mas Andi  : ” Ya..ndak papa nanti ibu mau telpon  nomornya sudah tak masukan…di terima ya…?, ya sudah pak selamat makan …”

Sarju       : ” Inggih…” hape langsung mati..Sarju bingung hape diocok-ocok

Harni      : ” Eh…biarin saja jangan diocok-ocok..bapak gaptek banget ”

Sarju       : ” Sudah kamu saja yang bawa…cuma nanti kalau dokter Thoyib telpon kasihkan bapak ya…atau bapak kerja akan bapak bawa…”

Harni      : ” Inggih pak…siap…”

Tak berapa lama dokter Thoyibah telepon.

dr.Thoyib : ” Piye Ju pakaiannya sudah dicoba yang dari Bu Andi…? ”

Sarju          : ” Sudah dok…”

dr.Thoyib   : ” Kalau liburan semua diajak ke sini dan kita bisa tengok ke Cepu , biar Bu Andi tak kesepian…biar lekas punya cucu aku…wis gitu saja…sok ngabari ibu ya…?”

Sarju mengiyakan dan telepon segera di tutup dokter Thoyibbah.

Kantor gempar Sarju menggunakan telepon genggam terutama Eliz.

Eliz            : ” Wuiiiihhhh..kamu dah punya hape…bisa pakai ndak…? ”

Sarju         : ” Yo jelas to…punya hape harus bisa pakai.. ”

Amir          : ” Kemarin habis mborong daster…sekarang beli hape…kemajuan Prenthol…!”

Sarju          : ” Yang bener kamu ngomong…siapa yang mborong…kan kamu lihat sendiri…”

Dokter Maya memanggil Sarju untuk diajak keliling karena dokter Rini cuti dua hari ke Surabaya dalam rangka pendidikan dan Kesejakteraan Karyawan.

Dokter Maya yang diberi tugas rapat bulanan ke Dinkes mengajak Sarju yang hafal ruangan- ruangannya, dan Sarju amat rajin bertanya apa saja yang akan dibicarakan dokter Ananta ka sie kesehatan dan perumahan sederhana.

dr. Ananta : ” Ju…siapa wakil dinsos yang mewakili dokter Rini…? ”

Sarju           : ” Ada buk dokter Maya…sebentar saya panggilkan ”

dr.Ananta  : ” Mbok kamu pakai hape…jadi nggak kesana-kemari..”

Sarju           : ” Ada kok bu…ini nomor saya….”

dr.Ananta   : ” La gitu, jangan di umpetin mana tak masukke nomor saya ke hapemu…siapa tahu aku butuh sopir..”

dokter Ananta memasukkan nomor hapenya lalu Sarju missed call dr Ananta, ” Ya sudah masuk ” katanya. Sarju senang sekali menerima telepon dokter Ananta karena Ia orangnya baik, dokter Maya memberikan nomor teleponnya di hape Sarju juga. Eliz teriak-teriak karena hape Sarju kontaknya dokter semua padahal Sarju cuma seorang sopir. Mulut ceriwis Eliz membuat Sarju geli karena Eliz merasa minder.

Sarju           : ” Lah cemburu…cemburu….”

Eliz              : ” Cemburu kok sama kamu Thol Prenthol…”

Sarju            : ” La itu…mulutmu manyun…eh sorry asli manyun dari sononya ding….”

Eliz               : ” Biasa….kumat lagi…” Eliz memukuli pundak Sarju dan mencubit serta menarik-narik bajunya.

Sarju yang kesakitan berlari ke arah Sukarmi meminta perlindungan…eh malah Sukarmi memegangi Sarju sambil dicek ingel-ingel sampai Sarju kegelian serta terkencing-kencing.

Sukarmi   : ” Ngompol….ngompol…kkkkkk…” Sarju bingung celananya basah.. dia minta persediaan celana dalam pada bu Mul, yang mengemas pakaian pantas pakai sebelum ganti Ia melihat Sukarmi dan Eliz tertawa cekikian merumpi Sarju.

Hati Sarju sedih karena merasa dipermainkan Sarju bermaksud menyiram Karmi sama Eliz biar kapok , tapi keburu pak Darmo menghidupkan sanyo dan selang air belum dilepas Sukarmi akibatnya selang menari-nari menyiram Eliz dan Sukarmi yang lagi ngrumpi. Pak Darmo yang mendengar teriakan Sukarmi dan Eliz mematikan sanyo …semua tertawa melihat Eliz dan Sukarmi kebasahan….Sarju memintakan baju bekas sama bu Mul karena kasihan melihat mereka basah kuyub. Prenthol menahan ketawanya sampai mereka ganti baju kering.


Prenthol

Prenthol

Score 8
Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2022 Native Language: Indonesian
Prenthol adalah seorang lelaki yang sayang keluarga , walaupun pendidikannya rendah tak jadi masalah karena Prenthol terus selalu berusaha berbuat baik dan menerima apa adanya amat jujur dan lugu orangnya .Prenthol tak bakalan menyerah banyak yang mengasihi Prenthol alias Sarju , cobaan demi cobaan ia lalui dengan tabah. Seperti apa sajakah cobaan tersebut ? Mari kita ikuti kisah ini bersama dan semoga bisa menjadi contoh teladan kita

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset