Sendiri : Dia di Sini episode 3

Chapter 3

Setelah beres-beres rumah bersama bi Sutri, malam menjalang tidur. Dian, istrinya kembali menanyakan hal yang terjadi barusan.

“Sayang…kejadian tadi…kok aneh yah?”

“Hmm…,” berpikir mencoba mencari penjelasan yang lebih masuk akal. “Ya…yang barusan, mungkin kitanya aja kali yang kecapean ngurus ini itu. Tiba-tiba Ryan melihat sesuatu melintas dari luar pintu kamarnya. Berambut panjang, memakai pakaian serba putih menutupi kaki. Ekspresinya yang terkejut membuat istrinya kembali bertanya-tanya.

“Ada apa?” tanya istrinya.

“Engga…bner kayaknya karena kecapean aja,” berjalan menutup pintu kamar. “udah yuk, besokan udah mulai kerja lagi,” mereka berdua merebahkan diri ke kasur, Ryan mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu kecil disampingnya. “tadi apa? Kenapa semuanya begitu tiba-tiba?” tanyanya dalam hati.

Besok pagi, Ryan dan Dian sudah bersiap-siap untuk bekerja. Sarapan sudah disiapkan oleh bi Sutri berupa nasi goring dengan telur mata sapi diatasnya. Mereka berdua makan dengan lahap.

“Bi, sudah makan belum?” Dian bertanya kepada bi Sutri yang sedang menyiapkan minuman jeruk.

“Nanti saja Bu sarapannya,” jawab bi Sutri pelan.

Setelah sarapan, keduanya berangkat kerja bersama. Ryan mengantarkan Dian terlebih dahulu, sebelum berangkat kekantornya. Sebelum pergi, dia meminta istrinya untuk memanaskan mobilnya. Lalu dia perlahan berjalan ke arah bi Sutri yang saat ini di dapur sedang mencuci piringnya.

“Bi…maaf ganggu sebentar,” bi Sutri berhenti sejenak. “bi, jadi gini…kalau terjadi apa-apa di rumah tolong kasih tahu saya saja yah, istri saya ga usah diberitahu,” wajah bi Sutri nampak bingung.

“Hm..iya pak,” jawabnya agak ragu.

Mereka akhirnya berangkat, jalanan terpantau padat seperti biasanya. Tidak ada obrolan mengenai kejadian malam tadi, sepertinya sang istri sudah melupakannya. Hati Ryan menjadi lega untuk saat ini, dia berharap bi Sutri yang menjaga rumah sendirian hingga sore dalam kondisi baik-baik saja. Istrinya turun saat mobil yang Ryan kemudikan sudah berada di depan kantornya, Ryan mengecup hangat kening istrinya. Layaknya pasangan yang baru saja menikah, kehidupan mereka masih romantis.

“Nanti aku jemput yah,” Istrinya tersenyum lalu Ryan melanjutkan perjalanannya menuju apartemennya. “masih cukup,” melihat jam yang terpasang dipergelangan tangan kirinya.

Sebagai arsitek jam kerja Ryan tidak terlalu ketat seperti karyawan biasa, dia bahkan datang saat siang jika memang tidak ada pembicaraan tentang proyek. Dia sudah sampai diapartemennya, bergegas menuju lantai di mana kamarnya berada. Lorong di lantai ini sangat sepi, penghuni apartemen memang jarang keluar.

“Ini dia, kunci apartemen,” setelah mengorek-ngorek kantong ditasnya. Dia membuka pelan, namun perhatiannya tertuju ke arah lain. Dia menoleh kebelakang. “lagi-lagi,” dia merasa seperti ada yang mengintipnya dari persimpangan arah ke lift. Pintu berhasil dibuka, dia menyalakan lampunya. “masih sama saat terakhir aku tinggal,” ucapnya lega diapartemennya tidak terjadi apa-apa. Dia berjalan menuju meja kerjanya membuka lacinya lalu terdengar suara langkah kaki berlari di ruangan depan. “diamkan saja, nanti hilang sendiri,” menemukan buku merahnya. Tapi suara berlari kembali terdengar, kali ini dengan suara tawa anak kecil.

Ryan berjalan pelan, langkahnya sangat hati-hati menuju ruangan depan. Padahal dari meja kerjanya ke ruangan depan hanya berjarak kurang dari 2 meter. Dia melihat ke kiri dan ke kanan, suara berlari disertai anak kecil tertawa kini terdengar dibelakangnya.

“Huh!” dia membalikan badan dengan cepat, “sebaiknya aku cepat pergi dari sini!” dengan gerak cepat Ryan keluar dari apartemennya, menguncinya dua kali lalu pergi menuju lift.

Lift untuk penghuni apartemen ini ada dua, lalu ada satu lift khusus barang yang letaknya di ujung lorong. Kedua pintu lift terbuka bersamaan, salah satu lift ada seorang penghuni apartemen sedangkan satu laginya kosong. Ryan memilih masuk ke lift yang ada penghuni apartemen didalamnya, dia takut jika masuk ke lift kosong kejadian buruk akan menimpanya. Ryan keluar apartemen dengan selamat, tidak ada kejadian aneh yang menimpanya lagi kecuali di kamar apartemennya.

Ryan memacu mobilnya dengan cepat, penasaran dengan isi lain yang ada di buku ini. Dia berharap di buku merah itu akan menemukan cara mengusir sosok-sosok penggangu. Walaupun baru terjadi kemarin, dia ingin menyelesaikan ini dengan cepat dan kembali ke kehidupan yang normal dan bahagia bersama istrinya. Namun dia juga khawatir kepada bi Sutri, takut hal aneh menimpa padanya.

Sementara itu bi Sutri yang sudah menyelesaikan pekerjaan rumah beristirahat sejenak. Dia menyalakan televisi di ruangan utama, acara yang dicari adalah acara gossip.

“Abis kerja, enaknya nonton gossip sambil nunggu cucian kering,” tertawa girang sambil mencari channel televisi yang menanyangkan acara gossip.

“Bi!…..Bi!” terdengar suara dari dalam rumah memanggil bi Sutri.

Bi Sutri yang baru saja menonton beranjak dari sofa, dia berjalan ke arah pintu. “Iya bu sebentar,” mengira Dian sudah pulang tapi saat sudah sampai pintu dia malah terdiam. “suaranya dari dalam yah,” bi Sutri kebingungan.

“Sini bi, di atas!” suaranya sangat mirip dengan suara Dian.

Bi Sutri nampak takut, tapi waktu masih pagi membuat keberaniannya muncul. Dia mendekati tangga lalu melihat ke atas, “Si….siapa?” melihat wanita berpakaian seperti jaman belanda. Wanita itu lalu menjatuhkan dirinya ke bawah. “aaaaaaaaaaa!” bi Sutri teriak histeris saat melihatnya jatuh tergeletak di lantai lalu bi Sutri jatuh pingsan.

Ryan sudah sampai kekantornya, langsung menuju meja tempat dia bekerja. Pertama dia menyalakan laptopnya untuk mengecek email, tidak ada email penting dari klien maupun email proyek dari perusahaan. Karena tidak ada hal penting dia membuka buku merah yang dia bawa, dia membuka halaman satu-persatu dengan cepat. Membacanya namun tidak menemukan hal-hal yang berkaitan dengan pengusiran gangguan makhluk halus.

“Isi buku ini hanya cerita saja,” membukanya sampai ke halaman terakhir. “aku harap kalian menemukan tempat baru yang lebih aman dan damai,” tulisan pada akhir buku. “ini tidak membantu,” menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya, Ryan terkejut sangat keras. Dia hampir melompat dari kursinya.

“Hei…hei tenang, ini saya, Harry. Kenapa sih?” yang menepuk pundaknya adalah Harry.

“Kang…eh maksud saya Harry,” menghirup nafas dalam-dalam. “saya lagi bingung,” keluhnya.

Harry tidak sengaja melihat buku merah di meja Ryan, “Eh itu buku apa?” tanyanya penasaran.

“Hm….ini,” mencoba menyembunyikan. Tapi Ryan berpikir mungkin saja Harry bisa membantu. “ini…di buku ini ada cerita dari pemilik rumah sebelumnya.”

“Cerpen?”

“Bukan cerita kaya gitu, coba lihat sendiri deh,” memberikan buku merahnya untuk Harry liat.

Harry terkejut bukan main, dia baru melihat ada sebuah buku seperti diary yang menceritakan kejadian mistis yang dialami dirumahnya sendiri.

“Ini, cerita di rumah baru kamu Ryan?” Ryan mengangguk. “ini nemu atau dikasih sama sales rumahnya?”

“Ya ga akan dikasihlah kalau saya tahu rumah itu menyimpan cerita mistis, saya ga akan beli,” dia melanjutkan. “jadi, rumah yang saya beli itu di kamar utamanya di lantai dua, semua furnitur pemilik sebelumnya masih ada. Katanya sih bonus, pas saya cek salah satunya eh keluar buku merah ini.”

“Sales rumah udah tau?”

“Sama saya engga dikasih tau sih, saya juga awalnya ngira cerita di buku ini cuman karangan. Ternyata benar, saya ngalamin sendiri kemarin malam waktu syukuran.”

Ryan membeberkan ceritanya, Harry tidak tahu harus berkata apa. Cerita-cerita di buku juga banyak, dia takut kalau semua sampai terjadi kepada Ryan.

“Mana rumah udah dibeli lagi yah,” Harry berpikir untuk mencari solusinya. “gini aja, kamu tinggal dulu di sana. Nanti saya yang tanyakan kesalesnya. Saya jadi ga enak gini, rekomendasi rumah taunya banyak misterinya. Saya lihatnya sih rumah itu bagus, trus cocoknya sama kamu,” Harry merasa bersalah.

“Ga kok, santai aja,” mencoba meyakinkan Harry. “biar saya sendiri saja yang nanti tanyakan kesalesnya, oh iya sebentar lagi jam makan siang. Mau makan di luar?”

Bi Sutri yang tadi pingsan sekarang sudah sadar, dia terbangun sedang duduk di sofa ruang utama. Televisi masih menyala namun siarannya sudah berganti.

“Lho, kok di depan televisi. Bukannya tadi,” mengingat kejadian barusan. “untung…cuman mimpi, aneh juga masih pagi-pagi udah ketiduran aja,” kembali menonton televisi tanpa mengetahui apa yang akan terjadi padanya.


Sendiri : Dia di Sini

Sendiri : Dia di Sini

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2018 Native Language: Indonesia
Seorang pria membeli rumah untuk ditinggali kelak dengan calon pendampingnya, di rumah itu dia menemukan sebuah buku  berwarna merah yang menyimpan catatan tentang pengalaman misteri pemilik sebelumnya. Awalnya dia tidak mempercayai apa yang dituliskan di buku merah itu, namun hal-hal aneh mulai terjadi saat pasangan tersebut pindah ke rumah itu.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset