Herlian mendapat WA dari Astuti meminta uang untuk belanja, Naila mendengar percakapan itu, ternyata suamiku masih berhubungan dengan wanita nakal itu . Hati Naila sakit meskipun masih makan di rest area Cikopo Naila terpaksa menguntit Herlian waktu ke kamar kecil yang ternyata telepon Astuti. Karena perasaannya tak enak pada waktu perjalanan pulang ke Semarang, Naila tak bisa menyembunyikan sakit hatinya sehingga Naila menangis keras. Andin merasa heran tiba-tiba mamahnya menangis seperti itu.
Andin : ” Mamah..mamah..sakit apa…?”
Naila :” Hu…hu….hu…teganya kau ulangi lagi….kesalahan itu…..pah…?”
Herlian : ” Maaahhh…ada apa…?” Naila jengkel Herlian merasa tak bersalah.
Naila : ” Enggak apa-apa…..perut mamah sedikit kram….?!” Naila menutupi perasaannya di depan anak-anaknya dan menghela nafas panjang sembari menghirup Fresh Care karena hidungnya tersumbat.
Herlian terdiam Ia tahu istrinya mendengar percakapannya dengan Astuti waktu di toilet tadi , tapi Herlian pura-pura tak tahu dan menyembunyikan perasaannya seolah-olah tak ada masalah yang mengganggu fikirannya. Sebaliknya Naila ingin segera sampai dirumah dan menyelesaikan masalah suaminya sampai lupa membeli oleh-oleh. Keluar tol Palimanan Naila membeli telur asin Yes di Brebes dan beberapa oleh-oleh lainnya untuk mbok Ratemi yang akan pulang kampung di Solo.
Naila amat capek dan penat perjalanan dari Ancol terasa melelahkan ditambah fikiran perselingkuhan Harlian semakin runyam tekanan batin yang dirasakan Naila. Perlahan air mata Naila mengalir …hatinya amat luka, Sementara Herlian diam jika disinggung masalah Astuti.
” Ya Tuhanku ampunilah dosaku…aku manusia lemah tapi aku masih ingin menjalankan perintahMu….mendidik anak-anakku dan masih banyak kekuranganku….aku mohon padaMu mudahkanlah semua langkahku…Aamiin ” Isak tangis Naila menemani dikala melakukan shollat tahajud di Hotel Pemalang tempat menginap keluarga Herlian. Andin yang memulai masa pra dewasa cukup paham keadaan mamahnya, Andin berusaha mencari tahu sendiri sebenarnya apa yang telah terjadi di keluarganya dengan pendekatan ke papahnya.
Nawang mengantarkan mbok Ratemi pulang ke Solo di daerah Palur, Naila ikut mengantar ke Solo sambil menghabiskan cutinya bersama Bayu si kecil sementara Herlian capek dan ingin istirahat di rumah saja . ” Ini adalah suatu kesempatan yang bagus, mamah mengawasi mas Nawang dan aku mengawasi papah….bagus itu semoga ada masukkan yang telak mengenai sasaran ” begitu pikir Andin. Jam 20.00 Naila sudah sampai rumah. Harlian tetap acuh Nailapun tambah cuek….”.
Andin merasa dibuat bingung papahnya, seharian pak Yani telepon gak diangkat padahal hape disamping tempat tiburnya dan saat ini Naila dah sampai rumah hape diangkatnya.
” Injih pak….nyuwun sewu tadi ketiduran….injih…injih …besok saya ke rumah ” . Lalu hape dimatikan, dan Herlian ngomel-ngomel sendiri sambil mendekati Nawang. Naila mangkel mendengarkan omelan Herlian
Naila : ” Injih…injih pak…..besok aku kelonin…ha..ha…terlalu banyak akting…dasar penipu…?!”.
Herlian panas dingin istrinya mengatakan seperti itu….” Apa maksudmu mengatakan itu padaku ”
Naila : Sutradara cinta…permainanmu sudah harus kau ganti…aku klepek…klepek…karena kebohonganmu…?!”
Disaat genting Salim telepon.
Naila : ” AssalamuAllaikum …Ya..malem Lim…ada apa…? ” ..” Iya..aku dah sampai rumah..makasih buah nangkanya …met malem…WaAllaikumusalam ”
Herlian : ” Naila..pertanyaanku belum kau balas…apa maksudmu…?”
Naila : ” Buat apa membalas…tanyakan saja pada Nawang sopirmu itu…?!” Herlian mendekati Nawang dan bertanya.
Nawang :” Sepurone kulo pak Lian…tadi pak Yani telepon terus…saya sudah bilang saya masih sibuk mengantar ibu ke Solo…tapi pak Yani ngeyel terus dan hape diminta ibuk..terus di speaker…”
Naila meminum teh hangat buatan Andin sambil mendengarkan percakapan Astuti dan Nawang.
Nawang : ” Karena dispeaker akhirnya ketahuan siapa pak Yani tersebut….dan ibu merekam semua pembicaraan mbak Astuti…..sepurone..pak…?!” Nawang memohon ampun pada Harlian.
Naila memutar video percakapan Nawang dan Astuti, : ” He..orang baru yang tolol setolol Herlian…sok bos…dasar pelit…emangnya aku cinta sama dia….hah..aku cinta uangnya bodoh..tolol… sedari siang aku telepon gak diangkat, injih…injih…tak sudi aku mengalah pada Naila ..istri bodoh yang gak tahu selera suaminya….dasar tua bangka …pelit ..selalu Naila yang di nomor satukan”.
Merah padam Herlian mendengar dan melihat video tersebut, ” Dasar wanita murahan…ditolongin malah seperti ini…besok akan kuselesaikan masalah ini…?!” Herlian langsung meminta maaf pada Naila….tapi hati Naila masih sakit dan membiarkan Herlian yang menangis memohon ampunan istrinya. Naila merasa ditipu berkali-kali oleh Herlian suaminya dan bersama Dimas pula mendholiminnya tapi nyatanya malah nikah siri sama Astuti dengan dalih kasian pada wanita itu . Naila membiarkan suaminya mengintropeksi dirinya sendiri kalau selama ini hanya ngibuli dan mendholimi Naila.
Herlian malam itu hatinya amat dongkol, Naila mendiamkannya dan saat Naila akan melakukan shollat tahajud dan berwudhu Herlian memohon sekali lagi..tapi Naila diam saja dan terus shollat. Herlian masuk ke kamar dan melihat Naila shollat , Lian menungguinya….selesai shollat Harlian menciumi istrinya, Naila tetap diam dan tidur…Herlian ikut tidur disamping Naila dan merayunya, : ” Maahh….aku sebenarnya cemburu pada Salim….kenapa mamah masih berhubungan dengannya….?” Naila jengkel..
” Ada apa ini …tiba-tiba ada Salim dalam fikiranmu”, Naila berfikir Herlian akan membuat masalah lagi untuknya, tapi Naila tetep diam dan diam menghadapi sikap Herlian yang tak sabaran dan mau menang sendiri bahkan tak mau intropeksi tentang kesalahannya. Didiamkan Naila Herlian semakin meradang amarahnya dan melampiaskan ke minuman keras…dan mabuk-mabukan, tentu saja Naila sedih mendengar kabar dari Nawang…tapi Naila tetap tegar karena khawatir hanya permainan Herlian belaka.
Naila amat bersedih dengan sikap suaminya juga Andin dan Bayu yang merasa dikecewakan papahnya, yang tak mau intropeksi diri dan malahan jarang pulang.
Andin : ” Maaah.., papah bagaimana kabarnya….Andin kangen”.
Naila : ” Biarlah papahmu belajar menilai dirinya sendiri..tak usahlah kamu bersedih..pasti papahmu pulang..”.
Andin : ” Baru saja pulang tapi pergi lagi…papah…mengapa papah begitu tega sama kami meninggalkan kami…”. Naila memeluk putrinya dan saling berangkulan.
Herlian menelepon Naila.
Herlian : ” Maaah…, aku sudah bersih dan meninggalkan perempuan laknat itu….”
Naila : ” Alhamdulillah…mana buktinya…”. Herlian mengirimkan video, disitu tampak pak lurah, Herlian, Astuti dan warga kampung yang menyaksikan penyelesaian kawin siri dikarenakan Astuti tidak terima dan selalu menghujat istri sahnya , maka selesai sudah hubungan tersebut dengan baik buat Herlian . Naila merasa lega dan mengatakan pada Andin kalau papahnya segera pulang, Andin kaget : ” Benarkah …papah….segera pulang….?” Mata Andin berkaca-kaca mukanya nampak kecerahan hati kerinduan pada papahnya tapi Naila menahan Andin yang akan menelepon Herlian papahnya, ” Cukup doakan keselamatan untuk papah dan dijauhkan dari kejahatan”. Bayu turun dan mendapat telepon dari papahnya mau bicara sama kakaknya Andin.
Andin : ” Papah….papah sedang apa sekarang..?”
Herlian : ” Papah lagi perjalanan pulang…mau dibawakan makanan apa…mumpung papah masih di Weleri…?”
Andin : ” Burung dara sama kepiting pah….cepet ya pah , pas perut lapar nih…makasih pah…”. Naila menuju ke arah kamar mandi untuk berwudhu dan melakukan shollat isyak. Andin dan bayu masih ngobrol sama papahnya dan bergantian.
Herlian : ” Mamah mana Bayu…?”
Bayu : ” Masih shollat dan katanya gak mau diganggu dulu.
Herlian : ” Oke kalau begitu papah jalan lagi ya….salam buat mamah…jangan capek-capek jaga kesehatan ya…?!”
Bayu : ” Ya pah..akan Bayu sampaikan, AssalamuAllaikum..” .
Jam 22.00 Herlian sampai rumah dan menurunkan burung dara juga kepiting goreng, karena mbok Ratemi belum pulang masih di Solo . Herlian memohon ampunan istrinya dan Nailapun mengangkat badan , Herlian sedih…mengapa engkau begitu benci padaku…aku salah…aku mohon maaf tak akan mengulang lagi perbuatan tersebut”
Naila : ” Bagaimana kalau kamu lalai dan iba melihat wanita sengsara lagi…. apakah kamu akan mengawininya lagi..lalu bersekongkol sama sopir-sopirmu lagi..aku akan lebih hati-hati lagi..?”
Herlian : ” Tapi kamu memaafkan aku kan….sayang..?”
Naila : ” Ya, asalkan tak melakukan kesalahan yang berulang-ulang”. Herlian memeluk Naila dan berlutut memohon maaf.